PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI LEMBAGA KEPRESIDENAN

(1)

commit to user

PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI LEMBAGA KEPRESIDENAN

(Studi Analisis Isi Perbandingan Pemberitaan Presiden RI Periode Pra Reformasi, Reformasi, dan Paska Reformasi pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode

Januari - Maret Tahun 1995, 1999 dan 2005)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Komunikasi Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh: Kurnia Yuniarwan

D1208581

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI LEMBAGA KEPRESIDENAN (STUDI ANALISIS ISI PERBANDINGAN PEMBERITAAN PRESIDEN RI PERIODE PRA REFORMASI, REFORMASI, DAN PASKA REFORMASI PADA HALAMAN DEPAN SURAT KABAR KOMPAS PERIODE JANUARI - MARET TAHUN 1995, 1999 DAN 2005)

Karya :

Nama : Kurnia Yuniarwan

NIM : D1208581

Konsentrasi : Ilmu Komunikasi

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi pada jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D. Drs. Kandyawan


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh panitia penguji skripsi progran Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Tim penguji Skripsi :

Ketua : Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D ( ) 196 00813 198702 2 001

Sekretaris : Mahfud Anshori, S.Sos.MSi ( ) 19790908 200312 1 001

Penguji I : Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D. ( ) 19540805 198503 1 002

Penguji II : Drs. Kandyawan ( )

19610413 199003 1 002

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D. NIP. 19540805 198503 1 002


(4)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Ilmu Komunikasi Swadana Transfer

PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI LEMBAGA KEPRESIDENAN

(Studi Analisis Isi Perbandingan Pemberitaan Presiden RI Periode Pra Reformasi, Reformasi, dan Paska Reformasi pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode Januari - Maret Tahun 1995, 1999 dan 2005)

Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian, serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Agustus 2011

Kurnia Yuniarwan D1208581


(5)

commit to user

MOTTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.


(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini bagi :

Kedua orang tuaku tercinta Saudara-saudaraku terkasih Orang-orang didekatku Atas kasih semangat yang diberikan padaku, hingga bisa membuatku berdiri tegak menghadapi tantangan hidup ini


(7)

commit to user

ABSTRAK

KURNIA YUNIARWAN, D1208581. PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI LEMBAGA KEPRESIDENAN (Studi Analisis Isi Perbandingan Pemberitaan Presiden RI Periode Pra Reformasi, Reformasi, dan Paska Reformasi Pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode Januari - Maret Tahun 1995, 1999 dan 2005). Skripsi. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Kompas adalah surat kabar nasional yang mempunyai jangkauan diseluruh wilayah Indonesia. Kompas menempatkan dirinya sebagai forum dialog, yang merupakan tempat meleburnya perbedaan dengan cara memberi ruang seluas-luasnya untuk kelebihan dan meminimalisir kekurangan orang perorang.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode analisa isi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan isi pesan komunikasi atau mengungkap kecenderungan yang ada pada isi pesan komunikasi yaitu isi berita tentang Presiden di halaman depan surat kabar Kompas periode Januari-Maret tahun 1995, 1999, 2005. Dilihat dari tema berita, sumber berita, arah berita, dan jenis isi berita. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan tersebut, data dianalisis dengan menggunakan test uji beda chi square.

Dengan tes uji beda chi square, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara isi berita tentang Presiden di surat kabar Kompas periode Januari-Maret tahun 1995, 1999, 2005. Dalam kategori tema berita tentang Presiden, hasil perhitungan memperlihatkan X2hitung lebih besar dari X2tabel (19,37>9,49). Perbedaannya terletak pada jumlah berita pada masing-masing tema yang tidak sama, dimana pada tahun 1995 beritanya banyak memuat tema politik dan pemerintahan, konflik dan bencana, perekonomian. Pada tahun 1999 berita dengan tema politik dan pemerintahan sangat menonjol, disusul oleh konflik dan bencana, perekonomian. Untuk tahun 2005 berita yang menonjol masih tentang politik dan pemerintahan, konflik dan bencana, serta masalah kesehatan dan kesejahteraan. Untuk kategori sumber berita, hasil analisis berita menunjukan bahwa X2hitung lebih besar dari

2

X tabel (26,75>7,81), dimana pada tahun 1995 sumber dari Presiden lebih menonjol dari pada sumber-sumber yang lainnya. Tahun 1999 sumber dari Presiden banyak diimbangi oleh sumber dari tokoh politik dan pemerintah. Sedangkan tahun 2005 sumber dari Presiden hanya diimbangi dari sumber yang berasal dari pemerintah saja. Pada kategori arah berita, pada tahun 1995 mengarah pada berita positif, tahun 1999 beritanya mengarah pada berita negatif, sedangkan tahun 2005 beritanya mengarah pada berita netral, hal ini dapat dilihat dari perhitungan analisis data menggunakan chi square dimana X2hitung lebih besar dari X2tabel (23,44>5,99). Sedangkan untuk kategori jenis pemberitaan, pada tahun 1995 berita yang ada lebih bersifat informatif, untuk tahun 1999 beritanya lebih bersifat argumentatif, dan tahun 2005 beritanya bersifat informatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis data menggunakan chi square dimana X2hitung lebih besar dari X2tabel (6,81>5,99).


(8)

commit to user

ABSTRACT

KURNIA YUNIARWAN, D1208581. MASS MEDIA NEWS RELEASE ABOUT PRESIDENTIL INSTITUTION (Analysis Study for News Release Ratio from Republic Indinesia President during Pre-Reformation, Reformation, and Pasca-Reformation Era at Ahead of Kompas during January-March 1995, 1999, and 2005). Script. Faculty of Social and Political Science. Sebelas March University. 2011.

Kompas is a national newsaper with scope troughout Indonesia. Kompas serves as dialog forum where differences integrated by provides far-ranging medium for advantages and minimize disadvantages of person.

It is a descriptive research with method of content analyze. The aim of this research is to consider communication order or reveal propensity of news about president at ahead of Kompas during January-March 1995, 1999, and 2005 based on the theme, source, direction, and type of news release. To know whether difference among them; data is analyzed with chi square test.

Chi square test shows any significant difference about news content especially

about president at Kompas during January-March 1995, 199, and 2005. In news category about president, result test shows X2count greater than X2table (19,37>9,49). The difference find in amount of news in each different theme. In 1995, majority news told about politic and goverment, conflict and disaster, and economic. In 1999, news about politic and goverment is most prominent, followed by conflict and disaster, and economy. Politic and goverment still be the most prominent in 2005, followed by health and welfare issues. In news source category; analysis result show that X2count greater than X2table (26,75>7,81); where news source from presiden more prominent than others. In 1995, news source from president is balanced by news source from other figures. Where as, news category; news in 1995, 1999, and 2005 are included in positive, negative, and neutral news, respectively. It based on chi

square data analysis which is X2count greater than X2table (23,44>5,99). In news

release category, news in 1995, 1999, and 2005 are included in informative, argumentative, and respectively. It based on chi square data analysis which is X2count


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat berkarya dan pada akhirnya skripsi dengan judul PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI LEMBAGA KEPRESIDENAN (STUDI PERBANDINGAN PEMBERITAAN PRESIDEN RI PERIODE PRA REFORMASI, REFORMASI, DAN PASKA REFORMASI DI SURAT KABAR KOMPAS PERIODE JANUARI - MARET TAHUN 1995, 1999 DAN 2005) dapat selesai dengan segala usaha dan bantuan banyak pihak. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Nabi Muhammad SAW penuntun umat manusia di muka bumi.

2. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Surisno Satrio Utomo, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas segala bantuannya.

5. Prof. Pawito Ph.D selaku Pembimbing I, dari beliau, penulis belajar bahwa “kesabaran dan ketekunan adalah kunci dari keberhasilan yang akan diraih”. 6. Drs. Kandyawan selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas

bimbingan dan kesabaran yang diberikan selama ini.

7. Dra. H. Sofiah, M.Si selaku pembimbing akademik selama mahasiswa melaksanakan studinya.

8. Sahabatku: para pecinta UNS sebelas Januari bertemu, khususnya teman-teman Komunikasi Swadana Transfer 2008 FISIP UNS, Pupud, Icha, Irin, Era, Alit, Fera, Ronny, Ezi, Abung, Diky, Iswan, Juno, Gunawan, Adit,


(10)

commit to user

Fuad, Memed, Om Mimi, dan khususnya Dana Christianti. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

9. eSpecially… thank’s for enlight me in my decisive moment.

Segala kesempurnaan bersumber pada satu yang kekal yaitu Illahi Robbi. Manusia merupakan pangkal dari segala kekurangan sehingga penulisan ini tidak luput dari berbagai kesalahan. Setiap saran dan kritik penulis harapkan untuk kemajun dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga yang dihadirkan oleh penulis dapat bermanfaat bagi setiap kalangan yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2011


(11)

(12)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..…….……….…... HALAMAN PERSETUJUAN .. ………... HALAMAN PENGESAHAN ………... MOTTO ...………..………..……... HALAMAN PERSEMBAHAN ..………...…...…... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ...………...…………...………...…... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ……… ABSTRAK ...

i ii iii iv v vi viii xi xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..………... 1

1.2 Rumusan Masalah ...………... 11

1.3 Tujuan Penelitian...………..………... 12

1.4 Manfaat Penelitian ………. 13

1.5 Kerangka Teori ..…..………..………... 14

1.6 Definisi Konsepsional ...……….... 39

1.7 Definisi Operasional ... 40

1.8 Hipotesis ... 45

1.9 Metode Penelitian ... 45

1.9.1 Jenis dan Sumber Data ……… 47

1.9.2 Populasi dan Sampel ... 48

1.9.3 Teknik Pengumpulan Data ………. 48

1.9.4 Unit Analisis ………49

1.9.5 Teknik Pengukuran ……… 49

1.9.6 Teknik Analisa Data ………..……… 50


(13)

commit to user

BAB II GAMBARAN UMUM SURAT KABAR KOMPAS

2.1 Sejarah dan Perkembangan Surat Kabar Kompas ………..….. 55

2.2 Visi dan Misi Surat Kabar Kompas …………...…... 60

2.3 Motto Kompas ……….………... 62

2.4 Sasaran Operasional ………... 63

2.5 Kebijakan Redaksional ………... 64

2.6 Rubrik Surat Kabar Kompas ……….... 65

2.7 Susunan Redaksi Kompas ………... 66

BAB III PENYAJIAN DATA Penyajian Data Halaman Depan Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995 Tentang Pemberitaan Presiden 3.1.1 Sajian Data Kategori Tema Berita ...………... 69

3.1.2 Sajian Data Kategori Sumber Berita ...………... 75

3.1.3 Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan ...………... 80

3.1.4 Sajian Data Jenis Isi berita …. ………... 84

Penyajian Data Halaman Depan Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1999 Tentang Pemberitaan Presiden 3.2.1 Sajian data Kategori Tema Berita ...………... 87

3.2.2 Sajian Data Kategori Sumber Berita ...………... 91

3.2.3 Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan ...………... 94

3.2.4 Sajian Data Jenis Isi berita …..………... 97

Penyajian Data Halaman Depan Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 2005 Tentang Pemberitaan Presiden 3.3.1 Sajian data Kategori Tema Berita ...…………... 99

3.3.2 Sajian Data Kategori Sumber Berita ...…..…... 103

3.3.3 Sajian Data Kategori Arah Pemberitaan ...…..…... 106

3.3.4 Sajian Data Jenis Isi berita ….………..…... 108

BAB IV ANALISIS DATA Analisis Statistik Uji Beda Isi Berita Tentang Presiden Dalam Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret Tahun 1995, 1999, 2005 ... 111

4.1.1 Analisis Statistik Uji Beda Kategori Tema Berita Tentang Presiden Pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode


(14)

commit to user

Januari-Maret 1995, 1999, 2005………..………… 113

4.1.2 Analisis Statistik Uji Beda Kategori Sumber Berita Tentang Presiden Pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995, 1999, 2005………...…… 117

4.1.3 Analisis Statistik Uji Beda Kategori Arah Pemberitaan Tentang Presiden Pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995, 1999, 2005……….………..……… 119

4.1.4 Analisis Statistik Uji Beda Kategori Jenis Isi berita Tentang Presiden Pada Halaman Depan Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995, 1999, 2005………...……… 123

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.1 Kesimpulan ... 126

5.1.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 132

5.1.3 Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 136 LAMPIRAN


(15)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1 Distribusi Frekuensi Kaetgori Tema

Tahun 1995 Tentang Presiden... 69 Tabel 3.1.2 Distribusi Frekuensi Kaetgori Sumber Berita

Tahun 1995 Tentang Presiden ………...………. 76 Tabel 3.1.3 Distribusi Frekuensi Kaetgori Arah Pemberitaan

Tahun 1995 Tentang Presiden ……….…………... 81 Tabel 3.1.4 Distribusi Frekuensi Kaetgori Jenis Isi Berita

Tahun 1995 Tentang Presiden... 84 Tabel 3.2.1 Distribusi Frekuensi Kaetgori Tema

Tahun 1999 Tentang Presiden... 88 Tabel 3.2.2 Distribusi Frekuensi Kaetgori Sumber Berita

Tahun 1999 Tentang Presiden... 91 Tabel 3.2.3 Distribusi Frekuensi Kaetgori Arah Pemberitaan

Tahun 1999 Tentang Presiden ……… 94 Tabel 3.2.4 Distribusi Frekuensi Kaetgori Jenis Isi Berita

Tahun 1999 Tentang Presiden... 97 Tabel 3.3.1 Distribusi Frekuensi Kaetgori Tema

Tahun 2005 Tentang Presiden... 100 Tabel 3.3.2 Distribusi Frekuensi Kaetgori Sumber Berita

Tahun 2005 Tentang Presiden... 104 Tabel 3.3.3 Distribusi Frekuensi Kaetgori Arah Pemberitaan

Tahun 2005 Tentang Presiden... 106

Tabel 3.3.4 Distribusi Frekuensi Kaetgori Jenis Isi Berita

Tahun 2005 Tentang Presiden... 109 Tabel 4.4 Perbedaan Distribusi Frekuensi berita Tentang Presiden

Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995, 1999, 2005……….... 112 Tabel 4.4.1 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Tema Berita Tentang

Presiden Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995, 1999, 2005… 113 Tabel 4.4.2 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Sumber Berita Tentang Presiden Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995, 1999, 2005… 117


(16)

commit to user

Tabel 4.4.3 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Arah Pemberitaan Tentang Presiden Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995,

1999, 2005... 120 Tabel 4.4.4 Perbedaan Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Isi Berita

Tentang Presiden Pada Surat Kabar Kompas Periode Januari-Maret 1995,


(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era teknologi awal abad ini, media massa menjadi sebuah mesin raksasa yang mendefinisikan masyarakat sebagai penonton, objek pasif yang menerima apa yang disampaikannya. Pesan dan makna yang dimuat oleh media massa pun cenderung dikendalikan oleh budaya mainstream demi menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang berarti keuntungan bagi penguasa media tersebut. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga untuk masyarakat dan kelompok secara kolektif.

Peran media massa sangatlah penting dalam membentuk opini, memberi definisi terhadap suatu objek, bahkan mengarahkan persepsi masyarakat terhadap perubahan. Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media massa sangat berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku dari suatu masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa dalam masyarakat sangatlah penting. Dengan adanya media massa, masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi masyarakat yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya orang-perorang tapi sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di permukaan masyarakat.


(18)

commit to user

Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun berkembang pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya stasiun televisi, stasiun radio, perusahaan media cetak, baik itu surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Lerner dan Schramm yang mengunggapkan adanya korelasi yang tinggi antara indeks modernitas dan ketersediaan media. Dalam argumen mereka, semakin maju suatu bangsa maka semakin tinggi ketersediaan outlet media massa dan sebaliknya1. Dengan semakin banyaknya persaingan tersebut mendorong media berkompetisi menyajikan berita-berita yang tajam dan akurat terkait berbagai realitas peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Para pengusaha merasa diuntungkan dengan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang media massa seperti itu. Hal itu disebabkan karena mengelola perusahaan dengan jenis spesifikasi mengelola media massa adalah usaha yang akan selalu digemari masyarakat sepanjang masa, karena sampai kapanpun manusia akan selalu membutuhkan informasi. Oleh karena itu, demi untuk menarik lebih banyak pembaca dan karena pada dasarnya adalah juga merupakan lembaga sosial, maka surat kabar harus melakukan seleksi dan menentukan berita mana yang layak ditampilkan pada hari ini dan mana yang tidak.2

Semakin banyaknya media massa cetak yang hadir dalam menyajikan berita untuk khalayak tidak membuat eksistensi dari surat kabar di indonesia surut. Perkembangan teknologi yang pesat membuat khalayak semakin mudah mendapatkan informasi terbaru yang terjadi didalam maupun luar negeri. Saat ini tidak ada hal apapun yang luput dari pemberitaan surat kabar karena sifatnya yang kritis. Kemajuan teknologi dan sumber daya manusia menjadikan surat kabar sangat dibutuhkan,

1

Tran, Hai, Linking Measures of Global Press Freedom to Developtment and Culture: Implications from a Comparative Analysis, International Journal of Communication, 2011,

2

Suwardi, Harsono, Peranan Pers Dalam Politik Di Indonesia, PT. Midas Surya Grafindo, tahun 1993, hlm. 17


(19)

commit to user

terutama yang berkaitan dengan informasi yang disampaikan. Bila dibandingkan antara televisi, radio, dan surat kabar terlihat jelas surat kabar menempati urutan terakhir dalam hal penyebaran beritanya. Hal ini disebabkan surat kabar di sebarkan pada khalayak dalam bentuk cetak. Namun dilain hal surat kabar lebih unggul dibandingkan televisi dan radio, yaitu dalam hal publikasi surat kabar dapat dilipatgandakan, informasinya dapat di simpan karena bentuknya yang berupa cetakan, surat kabar menyuguhkan uraian berita yang lebih detail dan dikupas secara mendalam, surat kabar bisa dibaca kapan dan dimana saja tidak terikat oleh waktu. Beragam informasi disajikan surat kabar mulai dari informasi yang berat seperti politik, berita luar negeri, ekonomi, sosial budaya, sampai dengan berita ringan tentang teknologi, human interest, dll.

Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha ”menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristwa atau keadaan. Realitas tersebut tidak serta merta melahirkan berita, melainkan melalui proses interaksi antara penulis berita, wartawan, dengan fakta yang ada. Peristiwa politik menjadi salah satu perhatian besar bagi institusi media. Perbedaan dalam merespon realitas yang sebenarnya menjadi realitas media, menjadi sebuah fenomena yang lazim dalam setiap institusi pers. Realitas yang ditampilkan mencerminkan realitas yang sesungguhnya sangat tergantung pada kebijakan redaksional masing-masing media yang bersangkutan.

Banyak peristiwa masih akan terjadi dan bisa dicatat dalam perkembangan surat kabar di indonesia. Negara kita yang menganut demokrasi sudah seharusnya menghormati adanya kebebasan berpendapat dan memperoleh informasi seluas-luasnya, namun kebebasan tersebut masih jauh untuk dijamah pada masa lalu khususnya dikalangan pers.


(20)

commit to user

Sejarah kelam peristiwa pemutarbalikan kebebasan pers pernah menghampiri praktisi pers di Indonesia. Dalam sidang gabungan Komisi Umum dan Komisi Khusus di Solo mengambil keputusan untuk merevisi UU No. 11 Tahun 66 mengenai ketentuan Pokok Pers, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 4 Tahun 1967. Kontroversi mulai muncul saat pemerintah berencana memasukkan klausul perlu dibuat Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dalam UU Pokok Pers Terbaru No. 21 Tahun 1982.3 Undang-undang tersebut dibuat sebagai suatu usaha pemerintah untuk mengadakan pembinaan yang lebih mantap terhadap pers. Alih-alih menapak lebih kokoh pers Indonesia, melainkan kamuflase dari pemerintah untuk membatasi ruang gerak pers dalam melakukan pemberitaan yang berhubungan dengan pemerintahan saat itu. Pada massa pemberlakuan UU tersebut, semua penerbitan di media massa berada dalam pengawasan pemerintahan yaitu melalui departemen penerangan. Pada waktu itu media massa yang ingin tetap terbit harus memberikan informasi yang berisikan kebaikan pemerintah atau keberhasilan yang dicapai pemerintah serta menyiratkan himbauan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam program yang akan dilaksanakan. Jadi tidak berlebihan bila dikatakan, pers Indonesia yang terpasung saat itu juga berperan serta dalam melanggengkan kekuasaan rezim yang menindasnya.

Media massa elektronik dan cetak yang merupakan saluran penyampaian pesan komunikasi biasa disebut sebagai pers. Sementara dalam arti yang sempit pers sering diidentifikasikan dengan media cetak atau penerbitan. Pers atau media massa sering juga disebut sebagai lembaga sosial. Dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, mendefinisikan pers sebagai

Lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

3


(21)

commit to user

mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.4

Dalam riwayatnya, pers menjadi saksi bisu dalam perjalanan demokrasi dan kebebasan pers yang terjadi di indonesia, yaitu saat rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Kebebasan pers yang terdapat dalam suatu Negara tidak boleh dihambat oleh siapapun, hal ini dikarenakan pers mempunyai fungsi sebagai anjing penjaga (watch dog). Analoginya, anjing akan ikut mengawasi keadaan yang terjadi disekelilingnya bila ada yang mencurigakan maka anjing itu akan menggonggong untuk memberitahukan kepada masyarakat agar waspada.

Pada masa Orde Baru tersebut pemerintahan Soeharto secara cerdik berhasil merumuskan system pers baru yang “orisinil” yakni Pers Pembangunan, satu labelisasi dari negara dunia ketiga. Gagasan utama dari Pers Pembangunan adalah bahwa pemberitaan mengenai peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional haruslah memberikan kontribusi yang positif kepada pembangunan Negeri bersngkutan5. Pers Pembangunan atau Pancasila pertama kali diperkenalkan dalam sidang Pleno Dewan Pers ke-25 di Solo pada pertengahan 1980 oleh Soeharto, rumusan tersebut berbunyi: Pers Pembangunan adalah Pers Pancasila, dalam pers yang orientasi sikap dan tingkah lakunya berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan sebagai dalil adalah:

a. Pers melaksanakan tugas-tugas pembangunan yang positif sesuai dengan kebijakan pemerintah.

b. Kebebasan pers harus terbuka bagi pembatasan sesuai dengan prioritas-prioritas ekonomi dan kebutuhan pembangunan bagi rakyat.

4

Yustisia Seri Pustaka, Hukum Jurnalistik, Pustaka Widyagama, Yogyakarta, tahun 2005, hlm 8 5

Kusumaningrat Hikmat dan Kusumaningrat Purnama, Jurnalistik; Teori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, tahun 2009, hlm. 271


(22)

commit to user

c. Pers harus memberikan prioritas dalam isinya kepada budaya dan bahasa nasional. d. Pers memberikan prioritas dalam pemberitaan mengenai Negara-negara lain yang

berdekatan secara geografi, budaya, dan politis.

e. Para pekerja pers mempunyai tanggungjawab dan kebebasan dalam menghimpun dan menyebarkan informasi mereka.

f. Demi kepentingan tujuan pembangunan, negara mempunyai hak untuk ikut campur dalam, atau membatasi, operasi-operasi media pers, serta penyelenggaraan sensor, pemberian subsidi dan kontrol langsung dapat dibenarkan.6

Dalam surat kabar yang terbit pada masa pemerintahan Soeharto, frekuensi pemberitaan mengenai pemerintahan amatlah tinggi. Sistem politik yang dianut oleh Indonesia mempunyai kekuasaan sentral berpusat pada kepresidenan. Bila diperhatikan segala keputusan yang diambil oleh pemerintah segala sesuatunya atas restu presiden, dan biasanya berita mengenai presiden lebih banyak menempati halaman muka surat kabar yang ada saat itu. Sebagaimana kita ketahui, meskipun semua halaman surat kabar mempunyai halaman yang sama, namun secara organis dan psikologis halaman satu tetap diterima oleh semua pihak sebagai halaman terpenting.7 Berita dalam surat kabar saat itu posisi pemerintah sangat dominan dalam mengisi halaman surat kabar. Tiada hari tanpa berita tentang presiden soeharto, kekuasaan yang Soeharto miliki telah membuat pers ataupun surat kabar yang ada menjadikannya sebagai sumber pokok pemberitaan pers. Selain pemberitaan mengenai Presiden Soeharto yang hampir separuhnya berada di halaman muka. Hal itu mempertegas, bahwa Kompas yang saat itu menjadi surat kabar Nasional yang paling tinggi oplah nya, menjadikan dirinya sebagai corong pemerintah sebagai media propaganda pihak yang sedang berkuasa. Hal ini karena pers berperan sebagai

6

Ibid hlm. 25-26 7

Jakob Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus, Kompas, Jakarta, tahun 2001, hlm. 248


(23)

commit to user

komunikator, yakni sebagai penghubung antara pemerintah dengan rakyat. Upaya campur tangan Soeharto untuk membengkokkan suatu peristiwa menjadi momok tersendiri bagi per-suratkabar-an di Indonesia. Menghadapi kondisi yang demikian, kebanyakan surat kabar melakukan sensor sukarela (self censorship).8 Pada masa orde baru setiap orang boleh bicara sekeras-kerasnya, mengkritik bahkan menghujat terhadap rezim yang berkuasa, tetapi itu tidak akan pernah sampai menjadi berita, wartawan akan “melindungi” anda dengan menghilangkan kata-kata keras.

Mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 dijadikan tanda berakhirnya orde baru. Hal ini dipicu akibat krisis ekonomi dan karena arus informasi yang mengungkapkan kebobrokan pemerintahannya mengalir tanpa bisa dibendung. Pada saat yang bersamaan lahirlah apa yang disebut dengan era reformasi. Posisi presiden saat itu diambil alih oleh B.J. Habibie, yang sebelumnya menjadi wakil presiden Soeharto. Otomatis pandangan mengenai peranan pers turut mengalami perubahan. Presiden Habibie berusaha mengambil beberapa langkah untuk mengembalikan kebebasan pers Indonesia, salah satunya dengan mencabut apa saja yang menghambat kebebasan berpendapat dicabut. Namun langkah yang diambil ternyata tidak sepenuhnya mebuahkan hasil sebagaiman diharapkan.

Pada era transisi ini, pers Indonesia lebih longgar menyampaikan informasi. Pers mengalami kebebasan yang fantastis, surat kabar saat itu mencapai 5.000 buah, dengan tanpa peizinan. Disamping itu, negara tidak lagi dijadikan pembina pers secara formal kecuali sebagai pengawal jalannya pembangunan. Materi yang paling banyak beredar adalah menyangkut kekayaan Soeharto, disamping juga mengenai demokrasi, dan hak asasi manusia.

8


(24)

commit to user

Terkait dengan pemberitaan mengenai presiden maka tidak akan lepas dari sejarah pemilihan umum (pemilu) di Indonesia. Pemilihan umum di indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota perwakilan, yaitu DPR dan konstituante. Peilihan ini sering kali di sebut dengan pemilu 1955, dan dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Lima tahun setelah pemilu 1955 kemudian di lakukan lagi pemilihan umum pada tahun 1971. Pemilihan umum ini merupakan pemilihan umum pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 10 partai politik. Selanjutnya pemilihan umum pada rentang waktu 1977-1997 (1977, 1982, 2987, 1992, 1997) yang diselenggarakan dibawah pemerintahan Soeharto. Pemilu-pemilu tersebut seringkali disebut dengan Pemilu-pemilu “Orde Baru”, saat Pemilu-pemilu yang diselenggarakan pada rezim Soeharto hanya diikuti oleh dua partai politik dan satu Golongan Karya sesuai dengan fusi (penggabungan) partai-partai politik pada tahun 1975. Pemilihan umum tersebut kesemuanya dimenangkan oleh Golongan Karya.

Pada tahun 1998 rakyat melakukan gerakan untuk melengserkan jabatan Soeharto sebagai persiden. Penyebab desakan untuk lengser tersebut karena tekanan yang dirasakan oleh rakyat sudah sangat besar terutama tekanan pada stabilitas ekonomi dan keamanan Negara. Akhirnya banyak terjadi penjarahan, tindakan kekerasan dan demonstrasi besar-besaran, puncak demonstrasi tersebut adalah saat mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Kemudian pada tanggal 21 Mei 1998, tepat pukul 09.05 Soeharto mengundurkan diri dari kursi presiden. Setelah itu lengsernya Soeharto kemudian dibawah kepemimpinan Habibie diselenggarakan pemilihan umum yang tujuannya untuk memilih MPR, DPR, dan DPRD. Sedangkan pemilihan presiden dilakukan oleh MPR yang kemudian Abdurahman Wahid yang terpilih sebagai presiden, dan Megawati sebagai wakilnya. Pemilihan umum 2004 merupakan pemilu pertama dimana rakyat bisa secara langsung memilih presiden dan


(25)

commit to user

wakil presiden. Pemilihan umum ini dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, pemilihan presiden ini dilakukan dalam dua putaran karena tidak ada pasangan calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Pemilihan umum terakhir yang dilakukan bangsa indonesia pada saat ini yaitu pada tahun 2009, dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono hanya dalam satu putaran.

Dalam penelitian ini diambil bulan Januari, Februari, dan Maret sebagai objeknya, dikarenakan peneliti ingin mendapatkan gambaran pemberitaan media cetak mengenai kinerja pemerintahan khususnya presiden di tahun sebelumnya. Di setiap awal tahun baru, banyak dilakukan evaluasi dan refleksi kritis terhadap kinerja pemerintahan oleh media khususnya di surat kabar. Diantara ketiga periode tersebut mempunyai banyak informasi dan karakteristik yang berbeda, misalkan pada kategori berita politik dan ekonomi yang dominan pada surat kabar Kompas. Sedangkan peneliti mengkushuskan meneliti pemberitaan surat kabar terhadap presiden karena presiden merupakan tokoh penting dalam suatu negara, sehingga layak untuk diberitakan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latarbelakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pemberitaan tentang lembaga kepresiden dalam halaman depan surat kabar Kompas periode Januari-Maret tahun


(26)

commit to user

1995, 1999, dan 2005 dilihat dari urutan atau prioritas tema berita, sumber berita, arah pemberitaan, dan jenis isi berita?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan mengenai pemberitaan presiden dalam halaman depan surat kabar Kompas periode Januari-Maret 1995, 1999, dan 2005 dilihat dari urutan atau prioritas tema berita, sumber berita, arah pemberitaan,dan jenis pemberitaan. Dimana pada tahun-tahun tersebut mewakili pra-reformasi, transisi dan paska reformasi yang berpengaruh besar terhadap image atau citra kepemimpinan presiden.


(27)

commit to user

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang fenomena-fenomena berita yang berkembang dewasa ini khususnya tentang porsi pemberitaan dalam media cetak.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan gambaran megenai perkembangan surat kabar indonesia dalam ranah politik Indonesia. Secara tidak langsung penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perusahaan media cetak mengenai kecenderungan pemberitaannya. Khusunya pada ranah pemerintahan dan politik. Penelitian ini juga diharapkan


(28)

commit to user

menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi media massa cetak terhadap pemberitaan presiden di surat kabar Indonesia.

1.5Kerangka Teori

1.5.1 Komunikasi Massa

Media massa cetak yang sering disebut dengan surat kabar, berfungsi sebagai penyampai pesan-pesan komunikasi termasuk dalam komunikasi massa. Dan Nimmo dalam bukunya “Komunikasi Politik, komunikator, pesan, dan media” mengatakan komunikasi adalah:

Proses interaksi sosial yang dilakukan orang untuk menyusun makna yang merupkan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol.

Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern dewasa ini, terutama kemampuannya untuk menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka berpikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian tentang komunikasi massa. Seperti jurnal internasional yang berjudul Communication, Power and Counter-Power


(29)

commit to user

in the Network Society. Dijelaskan bahwa saluran komunikasi massa antara sistem

politik dan masyarakat bisa berasal dari televisi, radio, dan media cetak. Pada dasarnya media-media tersebut digunakan untuk mempengaruhi pemikiran khalayak, dan saat ini media cetak menjadi penghasil informasi yang asli. Informasi-informasi tadi kemudian disebarluaskan lagi oleh televisi dan radio sehingga menjadi interaktif.9

Ilmuwan politik Harold Lasswell mengemukakan bahwa cara yang mudah untuk melukiskan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertannyaan-pertanyaan berikut:

a. Who? (Communicator, Source, Sender), adalah pelaku utama atau pihak yang

mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu Negara sebagai komunikator.

b. Says what? (Message, adalah apa yang akan dikomunikasikan kepada

komunikan dari komunikator.

c. In which chanel? (Channel, Media, adalah alat untuk menyampaikan pesan

dari komunikator kepada komunikan baik secara langsung (dengan tatp muka) maupun tidak langsung (dengan media cetak/ elektronik)

d. To whom? (Communicant, Communicatee, Receiver, Recipient, adalah orang/

kelompok/ suatu Negara yang menerima pesan dari sumber.

9

Castells, Manuel, Communication, Power and Counter-Power in the Network Society, Annenberg School for Communication University of Southern California,2007, http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/46,2007


(30)

commit to user

e. With what effect? (Effect, Impact, Influence, adalah dampak yang terjadi pada

komunikan setelah menerima pesan dari komunikator, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.10

Komunikasi massa menurut Pawito dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif”, disebutkan bahwa komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi.11 Hal tersebut dikarenakan media massa seperti yang telah disebutkan diatas mempunyai peran yang begitu kuat dalam menguasai ruang publik, yang artinya dengan berita atau informasi yang disebarluaskan dengan medianya bisa menggerakkan opini masyarakat.

Arti komunikasi massa yang hampir sama juga dikemukakan oleh Onong dalam bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktik” mengatakan para ahli koomunikasi berpendapat yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass

communication) adalah komunikasi dengan menggunakan media massa. Selain itu

komunikasi massa ditujukan kepada massa, yang luar biasa banyaknya. Littlejohn menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima sub bidang dalam kajian komunikasi massa yang berkaitan dengan media massa, yaitu:

a. Media (isi dan struktur)

b. Hubungan-hubungan institusional media dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan

c. Hubungan personal individu khalayak dengan media

d. Dampak (impact) media terhadap masyarakat (pengaruh media secara makro)

10

Onong Effendy Uchjana. Dinamika Komunikasi, Remaja Karya Bandung, tahun 1986, Hlm 10 11


(31)

commit to user

e. Pengaruh (effect) media terhadap individu-individu (pengaruh media secara makro)

Hubungan antara komunikasi massa dengan media massa bertujuan untuk melanggengkan pesan-pesan yang ingin disampaikan komunikator terhadap komunikan. Namun, media massa baru bisa dikatakan efektif dalam membentuk pendapat menenai isu-isu baru bila individu dan kelompoknya belum mempunyai pendapat mengenai isi-isu tersebut.12

Dalam komunikasi massa terdapat beberapa fungsi bagi masyarakat. Menurut Dennis McQuail bahwa fungsi komunikasi massa untuk masyarakat meliputi:

a. Informasi

- Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.

- Menunjuk hubungan kekuasaan. - Memudahkan inovasi.

b. Korelasi

- Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi. - Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.

- Melakukan sosialisasi.

- Mengkoordinasi beberapa kegiatan, membentuk kesepakatan. - Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relative. c. Kesinambungan

- Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru.

- Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.

12


(32)

commit to user d. Hiburan

- Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi. - Meredakan keteganangan sosial.

e. Mobilisasi

- Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama.

Dalam menjalankan fungsi komunikasi massa, institusi media massa menjalankan peran mediasi (penengah atau penghubung). Dalam hal ini yang dimaksud sebagai penengah adalah pihak yang berada ditengah, yang tujuannya menjembatani hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Kemudian sejalan dengan itu, Dennis McQuail menyebutkan peran media massa sebagai berikut:

a. Media massa sebagai jendela pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi di sekitar diri kita, tanpa campur tangan pihak lain atau sikap memihak.

b. Media massa sebagai juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas.

c. Media massa sebagai pembawa atau penghantar informasi dan pendapat. d. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui

berbagai macam umpan balik.

e. Sebagai penunjuk jalan yang secara aktif menunjukkan arah, memberikan bimbingan atau intruksi.


(33)

commit to user

f. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya, baik secara sadar dan sistematis atau tidak.

g. Cermin yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri; biasanya pantulan citra itu mengalami perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap segi yang ingin dilihat oleh para anggota masyarakat, atau seringkali pula segi yang ingin mereka hakimi atau cela.

h. Tirai atau penutup yang menutupi kebenaran demi pencapai tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan (escapism) 13.

Bertolak dari uraian mengenai peran media massa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak aspek yang membentuk dan menentukan jalannya sebuah komunikasi massa, dan antara satu dengan yang lain memiliki keterkaitan yang erat. Media massa secara langsung berinteraksi dengan institusi-institusi lain yang ada dalam masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

Kemudian, Marhaeni Fajar menambahkan setidaknya terdapat lima ciri dari komunikasi massa, kelima ciri tersebut adalah komunikasi massa berlangsung satu arah kalaupun berlangsung dua arah umpan baliknya tertunda atau tidak langsung, komunikator yang ada pada komunikasi massa melembaga sebab media massa adalah lembaga sosial bukan orang per orang, pesan pada komunikasi massa bersifat umum dan ditujukan pada orang banyak, media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, dan yang terakhir komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen yaitu, tidak saling kenal dan terdiri dari individu-individu dengan dengan

9


(34)

commit to user

berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.14

1.5.2 Surat Kabar

Media massa yang pertama kali ditemukan adalah media cetak dalam hal ini, berupa surat kabar atau majalah. Surat kabar adalah barang cetakan yang berisi informasi, penyajian informasi dan pendidikan yang terbit secara kontinyu yang biasanya harian. Sedangkan dalam buku “Jurnalisme Masa Kini” karangan Dja’far Assegaf, surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang dicetak dan secara tetap atau periodik dan dijual umum.

Awalnya, surat kabar digunakan sebagai alat propaganda politik, kemudian surat kabar perlahan-lahan menjadi perusahaan perorangan yang menjadikan berita dan hiburan sebagai komoditinya. Dalam perkembangannya sekarang, surat kabar mencakup fungsi mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Berikut ini beberapa karakteristik surat kabar yaitu :

a. Publisitas, bahwa isi pesan harus bersifat umum dalam arti semua dapat membacanya. Dapat diartikan semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum dan menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan.

b. Periodesitas, bahwa surat kabar diterbitkan secara periodik dan teratur. Menunjukan pada leteraturan terbitannya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan.

14


(35)

commit to user

c. Universalitas, keserempakan isi, beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Hal inilah yang membuat hampir semua media cetak baik lokal, regional, ataupun nasional selalu menambahkan kolom internasional pada media mereka. d. Aktualitas, bahwa isi pesan harus sesuatu yang baru atau hangat. Tidak

dipungkiri saat ini khlayak memerlukan informasi yang paling baru, hal ini menunjuk pada kebaruan.

e. Kontinuitas, bahwa isi pesan harus berkesinambungan dan terus– menerus selama masih menjadi perhatian khalayak luas.15

Dalam setiap terbitannya, surat kabar nasional Kompas mempunyai kewajiban untuk menyampaikan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Perubahan dalam pemberitaan mengenai kegiatan pemerintahan membuat pemerintah yang bertindak sebagai pengontrol surat kabar yang terbit saat itu juga melakukan persuasi dengan menggunakan media surat kabar. Banyak definisi yang bisa dikemukakan dari definisi persuasi tersebut, yaitu mengubah sikap dan perilaku orang dengan menggunakan kata-kata dan tertulis, menanamkan opini baru, dan usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan.16

Menyambung uraian diatas, menurut Dennis McQuail surat kabar memiliki enam fungsi utama,yaitu: Berguna untuk menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia. Kedua, mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita. Kemudian yang ketiga adalah berfungsi untuk menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan dan media dengan mengutamakan fakta dan kebenaran.17

15

Efendy Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi. Remaja Karya, Bandung, 1981, hlm. 198-199 16

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komuikator, pesan, dan Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, tahun 2004, hlm. 119

17


(36)

commit to user

Perusahaan pers adalah perusahaan yang bergerak dibidang media komunikasi massa. Merujuk pada ciri media massa, maka yang disebut perusahaan pers adalah surat kabar, majalah, perusahaan radio, perusahaan kantor berita dan perusahaan TV.

Bertolak dari ketiga fungsi surat kabar diatas, salah satu produk dari perusahaan pers yang ada di Indonesia adalah surat kabar Kompas. Kompas menawarkan jurnalisme damai. Visi dari Kompas menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat, seta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok yang bersifat membatasi dalam kecenderungan pengelompokan politik, agama, sosial dan ekonomi.18

Peran surat kabar saat ini sudah mengalami banyak perubahan, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi tetapi juga menyampaikan berbagai materi menarik lainnya yang dikemas dalam informasi yang menghibur.

Sementara Sumadiria mengklasifikasikan pers dalam lima bentuk kelompok berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasinya serta segmentasi pasarnya, yaitu pers komunitas (comunity newspaper), pers lokal (local newspaper), pers regional

(regional newspaper), pers nasional (national newspaper), dan pers internasional

(international pers)19. Sumadiria menjelaskan bahwa pers nasional yang kebanyakan

berkedudukan di ibukota. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh provinsi, kebijakan redaksional lebih banyak menekankan kepada masalah isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secara keseluruhan tanpa memandang sekat-sekat geografis atau ikatan primordial seperti agama, budaya, dan suku bangsa. Dari sisi isi, isu-isu yang dimunculkan adalah isu yang tidak hanya berlaku secara nasional tetapi juga menjangkau wilayah serta kepentingan masyarakat global secara universal.

18

www.kompas.co.id 19

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Panduan Praktis Jurnalistik Profesional. Simbiosa Rekatama Media, Bandung, Tahun 2006, hlm 41


(37)

commit to user

Daripada itu daalam sejarah jurnalistik yang ada, terdapat beberapa teori pers yang dianut oleh negara-negara di dunia, diantaranya yang pernah ada adalah:

a. Teori Pers Authoritarian (Authoritarian Press Theory), Konsep dasar dari teori pers ini adalah masyarakat tidak mempunyai kewenangan untuk mempertanyakan kebijakan pemerintah dan hanya dalam posisi menjalankan apa yang sudah ditetapkan pemerintah. Sebaliknya pemerintah mempunyai hak untuk mengatur kehidupan pers dan menegaskan bahwa semua keputusan pemerintah harus ditaati oleh masyarakat.

b. Teori Pers Libertarian (Libertarian Press Theory), Konsep dasarnya adalah masyarakat termasuk kehidupan persnya diberi kekuasaan yang luar biasa dan berada pada posisi pers sulit atau tidak dikendalikan pemerintah.

c. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility Press Theory), Konsep dasarnya adalah bahwa pers mempunyai kebebasan dan kewenangan yang disertai tanggung jawab sosial. Didalamnya terdapat makna bahwa pemberitaan pers harus diarahkan pada kesejahteraan masyarakat.

d. Teori Pers Soviet Komunis (Communist Soviet Press Theory), Konsep dasarnya adalah informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat haruslah sesuai dengan keinginan Negara atau keinginan pemerintah yang berkuasa.20

Pada masa Orde Baru, negara indonesia tidak menggunakan salah satu dari teori pers diatas, melainkan pada zaman pemerintahan Orde Baru Soeharto berhasil merumuskan sisitem pers yang baru yakni pers pancasila. Satu liberalisasi gaya Indonesia dari konsep development journalism. Konsep pers pembangunan atau pers pancasila sering didefinisikan sebagai bukan pers liberal atau pers komunis. Pers pembangunan dalam arti luas yang orientasi sikap dan tingkah lakunya bedasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. Hakekat pers pembangunan adalah pers yang sehat, yakni pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai

20

Jani Yosef, To Be A Journalsit: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat Kabar yang Profesional, Graha Ilmu, tahun 2009, Hlm 16


(38)

commit to user

penyebar informasi yang benar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat , dan kontrol sosial yang konstruktif.

Seperti yang terdapat pada buku “The Pressidency and The Media” karya Amy Mckay dan David L. Paletz, dasarnya surat kabar merupakan salah satu media yang digunakan oleh para penguasa sebagai alat eksploitasi diri dan memaksimalkan kekuasaan mereka. Artinya siapapun orang berkuasa di suatu negeri dan mereka juga mempunyai akses yang luas terhadap media massa maka bisa dipastikan orang tersebut akan mudah dalam mempengaruhi banyak orang dengan media massa, baik surat kabar, radio, atau televisi.

1.5.3 Berita

Definisi berita secara umum ada laporan peristiwa atau fakta yang berkaitan dengan kepentingan publik yang harus segera disampaikan. Berita menurut Prof. Mitchel V. Charnley daalam bukunya Reporting, berita merupakan laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat bagi sejumlah besar penduduk.21

Sedangkan Dja’far H. Assegaff mendefinisikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang dipilih oleh staff redaksi surat kabar harian untuk disiarkan yang dapat menarik perhatian pembaca. Sedangkan menurut Haris Sumadiria dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Indonesia”, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media

21

Effendy Onong U, Ilmu, Teori, dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, tahun 2001. Hlm 131


(39)

commit to user

online internet22. Menurut The GrolierWebster International Dictionary, yang dikutip oleh Hikmat Kusumaningrat dalam Jurnalistik Teori dan Praktek23. Berita adalah:

“(1) Current information about something that has taken place, or about something not known before; (2)News is information as presented by a media such as papers, radio, or television; (3) news is anything or anyone regarded by a news media as a subject worthy of treatment.”

Berita yang baik adalah berita yang mengacu kepada nilai-nilai berita yang kemudian dipadukan dengan unsur-unsur berita sebagai rumus umum penulisan berita. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsure berita 5W + 1H. Menyambung dari kalimat diatas, maka suatu peristiwa bisa dianggap mempunyai nilai berita apabila didalamnya mengandung satu atau beberapa unsur nilai berita yang disebut dibawah ini:

a. Significance (seberapa penting), yaitu kejadian yang bisa mempengaruhi orang

banyak atau pembacanya.

b. Magnitude (besaran), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang

berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat yang dijumlahkan dalam angka menarik buat penikmat berita.

c. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi

atau baru ditemukan.

d. Proximity (dekat), yaitu kedekatan disini berarti maknanya sangat bervariasi,

yakni dapat berarti dekat dalam arti lokasi, pertalian ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, mupun kepentingan yang terkait dengan yang lain.

e. Prominance (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat

dikenal oleh orang banyak, seperti orang, benda, atau tempat.

22

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, tahun 2006, Hlm 65

23

Hikmat Kusumaningrat dan PurnamaKusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, tahun2005. Hlm 39


(40)

commit to user

f. Human interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberikan sentuhan

perasaan bagi orang banyak,kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa.24

Bila dikaji lebih dalam apa itu nilai berita, patut untuk diketahui bahwa nilai berita itu lebih penting daripada definisi berita. Bahkan tak sedikit definisi berita disusun berdasarkan nilai-nilai berita.

Format yang dipakai dalam penulisan berita mengenai presiden dalam surat kabar nasional Kompas bulan januari-Maret tahun 1995, 1999, 2005. Kategori ini dibagi dalam beberapa sub kategori, antara lain:

a. Hard News adalah Berita yang mengungkapkan fakta mengutamakan pada

aktualitas, signifikan, dan magnitude yang menjadi cirri khas berita ini.

b. Soft News adalah berita yang mengungkapkan fakta hal yang mengandung

unsur kemanusiaan dan sesuatu yang tidak biasa.

Berita yang terdapat ada di halaman depan, termasuk dalam berita hard news. Berita ini biasanya ditulis dengan piramida terbalik, tulisan yang memakai piramida terbalik akan menggunakan pilihan kata-kata tepat, singkat, dan hanyalah berupa daftar fakta-fakta. Urut-urutannya, bagian awal adalah bagian yang paling penting , kurang penting, dan tidak penting.

Dalam kebijakan setiap perusahaan surat kabar, mereka mempunyai kewenangan dalam menempatkan berita di sebuah halaman. penempatan halaman ini dibagi dalam beberapa kategori, antara lain:

a. Halaman depan, yaitu penempatan berita mengenai preisden yang dimuat pada halaman muka. Biasanya berita yang ditempatkan dihalaman depan adalah berita-berita terbaru yang sedang hangat dibicarakan khalayak.

24

Mursito BM. Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita, Studi Pemberdayaan Komunikasi, tahun1999, hlm 38


(41)

commit to user

b. Halaman dalam yaitu, penempatan berita mengenai presiden yang dimuat pada halaman dalam atau halaman belakang. Berita yang ditempatkan pada halaman dalam merupakan berita yang kurang bila dilihat dari aspek kebaruannya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti halaman depan dari surat kabar Kompas. Pada dasarnya halaman depan sebuah surat kabar merupakan bagian terpenting, sebab halaman depan tersebut banyak memuat berita yang aktual disekitar pembaca. Disamping itu, halaman depan sebuah surat kabar juga sebuah maghnet yang bisa menarik pembaca untuk membaca lebih banyak berita yang disuguhkan dihalaman-halaman selanjutnya.

Pada umumnya setiap orang mengharapkan berita yang diperoleh dapat memenuhi atau membantunya mencapai tujuan dalam kehidupannya. Berita-berita yang diinginkan pembaca tersebut antara lain:

a. Berita yang memberitahukan adanya bahaya yang mengancam kehidupannya, bahaya fisik, semacam tindak kekerasan, bahaya alam, penyakit, dan sebagainya.

b. Mengungkapkan ancaman atau tekanan terhadap kebebasan seseorang: semacam panahanan tidak melalui prosedur hukum, penggusuran, kesenjangan ekonomi, dan sebagainya.

c. Membantu memperbaiki kedudukan ekonomi atau sosial; semacam berita mengenai perkembangan perdagangan, situasi lapangan dan kesempatan kerja, petunjuk-petunjuk untuk menambah pendapatan, dan sebaginya.

d. Mengungkapkan perkembangan atau penghambat dalam peningkatan kehidupan semacam kemerosotan kehidupan perkotaan (gelandangan,


(42)

commit to user

perumahan kumuh), kemajuan dalam perumahan dan dunia hiburan , mode, dan sebagainya.25

Pada dasarnya berita lahir dari rekonstruksi atas realita ke dalam bentuk tertulis, dimana nilai yang terkandung dalam penulisan berita adalah melaporkan atau menginformasikan seluk-beluk suatu peristiwa yang telah, atau sedang terjadi. Konstruksi realitas menjadi aspek yang sangat penting bagi sebuah media. Meskipun berita sendiri bukanlah realitas, melainkan penafsiran atas realitas yang dilakukan media massa.

Dalam posisi ini media dengan wartawan sebagai ujung tombaknya melakukan interpretasi dengan menggunakan perangkat pengetahuan dan keterampilannya. Pengetahuan, keterampilan, serta latar belakang seorang wartawan inilah yang nantinya akan banyak memberikan pengaruh pada hasil pemberitaan.

Berita yang diangkat oleh kompas sewaktu ketiga presiden menjabat yakni pada tahun 1995, 1999, dan 2005 dapat dikatakan mempunyai empat pengaruh surat kabar dalam politik bagi masyarakat, yaitu penambahan informasi, kognitif, perilaku memilih, sitem politik. Berita yang diinformasikan oleh media lebih banyak berupa himbauan dari presiden kepada masyarakat guna bersama membangun negara. Namun dalam isinya yang berhubungan dengan presiden, setiap media mempunyai ciri tersendiri. Hal ini terbentuk, bergantung pada visi, misi, dan sifat media yang bersangkutan. Dalam surat kabar nasional Kompas pemberitaan mengenai presiden cukup mempunyai porsi yang lebih dibandingkan dengan pemberitaan lainnya, terlebih pada saat zaman orde baru masih berkuasa. Dalam pemberitaan peristiwa yang menyangkut lembaga atau tokoh tertentu, disadari atau tidak akan membentuk sebuah opini dan akhirnya menjadi citra yang bakal disandang, baik itu negatif

25


(43)

commit to user

maupun positif. Sejalan dengan itu, Aceng Abdullah mengatakan, citra positif muncul karena isi pesan yang positif, dan orang atau lembaganya tentu lebih senang jika diri atau lembaganya muncul dalam media massa dalam citra positif. Sedangkan citra negatif muncul karena isi pesan yang diberitakan adalaha negatif, dan tentu saja setiap orang orang enggan untuk diberitakan secara negatif26. Terlebih bagi seorang presiden, pembentukan citra positif pada jabatannya tentu secara terus menerus agar dapat meraih simpati masyarakat, karena hal tersebut merupakan pendukung eksistensi sebuah jabatan tetinggi dalam sebuah negara.

Dalam penulisan berita, setiap surat kabar yang ada biasanya menggunakan format piramida terbalik yang sekurang-kurangnya menggunakan 3 bagian, yaitu: pembukaan (lead), tubuh (body), dan penutup.

Dalam sebuah susunan berita yang ada dalam surat kabar, lead merupakan bagian terpenting dan bertugas untuk merayu pembaca untuk membaca berita tersebut hingga selesai. Lead merupakan “etalase” wajah depan dari sebuah berita yang dimuat dalam surat kabar. Terkadang dalam sebuah berita lead yang dipakai hanya memuat unsur apa dan siapa, didalamnya memuat pernyataan tokoh penting yang dianggap dapat diperhitungkan dan berpengaruh.

Bagian kedua dalam surat kabar adalah tubuh (body), yaitu bagian yang membahas lebih lanjut pokok-pokok fakta yang terdapat pada lead. Unsur “bagaimana” dan “mengapa” biasanya mengambil banyak uraian dalam tubuh. Bagian terakhir dalam surat kabar yaitu lebih pada akhir dari berita yang berupa kesimpulan ataupun review dari pemaparan berita yang ada pada tubuh berita.

26

Aceng, Abdullah. Press Relations; Kiat Berhubungan dengan media massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, tahun 2004, hlm 5


(44)

commit to user

Sejalan dengan hal diatas, bahwa isi berita dalam surat kabar haruslah mempunyai bobot nilai yang dapat dipertanggungjawabkan namun seringkali ditemui sebuah berita yang memihak atau memojokkan suatu kelompok. Hal tersebut merupakan salah satu musuh dari suatu perusahaan media, karena dibalik pemberitaan tersebut pasti ada suatu kepentingan yang menguntungkan salah satu pihak. Surat kabar juga merupakan salah satu alat yang terlibat secara tidak langsung dalam pengambilan kebijakan publik, artinya surat kabar bisa menjadi alat sosialisasi program pemerintah sebelum program tersebut disahkan. Dari sosialisasi lewat surat kabar tersebut nantinya bisa diketahui reaksi masyarakat terhadap program pemerintah tersebut, baik yang pro maupun kontra.

1.5.4 Agenda Media

Dalam surat kabar Kompas, pengaturan agenda media adalah upaya media massa dalam mengatur suatu topik menjadi topik penting dengan lebih menonjolkan topik tersebut dalam penyampaian informasi kepada masyarakat luas atau publik. Media senantiasa dijadikan sebagai rujukan untuk melihat penting dan tidaknya suatu hal dan mengarahkan persepsi masyarakat dalam menilai suatu kasus yang diberitakan oleh media massa.

Perkembangan dan kebebesan surat kabar menjadikan media lebih peka terhadap berbagai isu-isu politik, ekonomi, sosial dan budaya yang seakan tak pernah luput dari jangkauan pemberitaan media. contohnya berbagai kasus politik yang berkembang seperti kasus-kasus korupsi, persidangan para elit pejabat dan politik hingga penderitaan masyarakat miskin setiap saat menghiasi media massa. Salah satu cara yang digunakan dalam mempengaruhi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat luas dalam upaya menarik perhatian dan menggiring publik untuk


(45)

commit to user

mengukuti keinginan dan isu-isu yang ditampilkan, maka media massa mengatur agenda pemberitaannya. Perkembangan media massa semakin menjadikan masyarakat sangat terikat dengan apa yang disajikan dan seakan menjadikan mereka menjadi pasif.

Sejumlah pemberitaan media massa khususnya media cetak di Indonesia yang menyampaikan mengenai suatu topik tertentu yang dianggap penting dan kemudian menjadikannya sebagai pemberitaan utama dengan menambah durasi tentang hal tersebut semakin tinggi dan menyampaikan setiap perkembangan topik tersebut secara terus- menurus ternyata mengakibatkan terpengaruh kepada agenda masyarakat. Topik yang dianggap penting oleh media massa tersebut juga menjadi topik penting bagi publik dengan menjadikannya sebagai topik utama dalam perbincangan keseharian masyarakat. Dalam penelitian ini topic yang diangkat banyak dibagi menjadi beberapa topic dianataranya adalah politik dan pemerintah, konflik dan bencana, perekonomian, kesehatan dan kesejahteraan, serta masalah moral dan agama. Untuk mendukung tujuan media cetak menggiring publik pada isu-isu yang diberitakan maka berita tersebut lebih banyak menempati halaman muka pada surat kabar. Hal itu dimaksudkan agar para pembaca termakan oleh berita yang memang dibuat menonjol untuk menarik perhatian.

Agenda media juga bisa sengaja dimunculkan, contoh yang bisa diamati adalah kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang melibatkan mantan pejabat orde baru sudah banyak yang dilupakan. Secara tiba-tiba media massa mengekspos keterlibatan KKn seorang mantan pejabat orde baru. Kemudian, berita tersebut menjadi perhatian utama media massa. Agenda yang dilakukan media massa ini akhirnya akan menjadi agenda pembicaraan publik, meskipun kasusnya sudah lama


(46)

commit to user

dilupakan. Semakin gencar media massa memberitakan, semakin hangat dan ramai topic tersebut dibicarakan masyarakat.27

1.5.5 Pendekatan Lingkungan, Komunikasi Politik, dan Pemerintahan

Pengertian pendekatan lingkungan menurut Pawito dalam bukunya yang berjudul “komunikasi politik media massa dan kampanye pemilihan” menyebutkan bahwa pada pendekatan ini lingkungan sosial-politik yang sampai tingkat tertentu, berpengaruh terhadap komunikasi28. Artinya antara sistem politik dan komunikasi politik terdapat hubungan timbal balik. Perubahan yang terjadi dalam sebuah sistem politik cenderung diikuti oleh perubahan kondisi komunikasi politik termasuk kondisi media. Dalam penelitian ini, pendekatan lingkungan dimaksudkan untuk menelti bagaimana perubahan kondisi politik yang terjadi di Indonesia apakah juga berpengaruh pada media massa yang ada pada waktu itu, khususnya dengan surat kabar Kompas. Pengaruh kuat yang berasal dari lingkungan sosial-politik dapat dicontohkan pada kasus kebebasan pers yang terjadi saat masa Orde Baru dibandingkan dengan saat setelah Orde Baru atau sebelum Orde Baru. Dapat dilihat jelas perbedaannnya, dimana saat Orde Baru kebebasan gerak pers selalu diawasi oleh pemerintah yang berkuasa sehingga apa yang ditulis oleh surat kabar merupakan kehendak dari pemerintah. Sedangkan pada masa setelah Orde Baru, kebebasan pers dibuka selebar-lebarnya, waktu itu pers boleh menyuarakan apa saja termasuk mengkritik jalannya pemerintahan saat itu.

Sedangkan Pamela J. Shoemaker dan stephen D. Resse dalam bukunya

Mediating the Message Theories of Influences on Mass Media Content mengatakan

27 Nurudin,Pengantar Komuikasi Massa, PT. Raja Grafindo Persada, hal. 196 th. 2007

28


(47)

commit to user

apa yang disajikan oleh media pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Mereka menuliskan ada beberapa faktor lingkungan diluar media yang bisa mempengaruhi pemberitaannya. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

“In this chapter, we shift our attention to factor extrinsic to (outside of) the media organization. They concluded the source of the information that becomes media contents, such us special interest group, public relation campaigns, and even the news organzation themselves; revenue source, such as advertisers and audiences; other social intitutions, such us business and goverment; economic environment; and technology.”

Dalam bagian ini, kami memindahkan perhatian kami pada faktor ekstrinsik dari organisasi media. Faktor tersebut disimpulkan ssebagai sumber informasi media yang menjadi isi media, seperti kelompok penekan, kampanye politik, dan bukan organisasi berita itu sendiri; sumber pendapatan, seperti iklan dan penonton; institusi sosial yang lain, seperti

saingan bisnis dan pemerintah; lingkungan ekonomi, dan teknologi.29

Sejalan dengan itu dalam bukunya Pamela J. Shoemaker dan stephen D. Resse menjelaskan lagi mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi media tersebut, yaitu:

a. Sumber berita, sumber berita disini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu pada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang tidak baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media.

b. Sumber penghasilan media, berupa iklan, atau bisa juga berupa pelanggan/pembeli media. Media harus bertahan, dan bertahan hidup

29

Pamela J. Shoemaker dan stephen D. Resse, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, (2nd Edition. NY. Longman Publisher. 1996.Hlm 175


(48)

commit to user

kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang membiayai mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dilakukan dengan cara memaksa media mengembargo berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak penjualan akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan mensia-siakan momentum peristiwa yang disenagi oleh khalayak.

c. Pihak-pihak eksternal yang lain, seperti pemerintah, persaingan bisnis, lingkungan ekonomi, dan teknologi yang berkembang saat ini. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media. Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentuka berita apa yang disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis. Persaingan bisnis dan lingkungan ekonomi mempengaruhi strategi dan kebijakan yang diambil oleh media. Sedangkan perkembangan teknologi informasi yang cepat menuntut media untuk selalu aktif mengikuti perkembangannya.

Sejalan dengan asumsi dari pendekatan lingkungan diatas, kaitannya dengan komunikasi politik. Bahwasannya terdapat berbagai macam definisi tentang politik, pada umumnya politik bisa dimaknai sebagai bermacam kegiatan dalam suatu sistem


(49)

commit to user

(atau negara) yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Dengan mengutip pandangan dari Lasswell yang menyatakan bahwa politik tidak hanya membahas mengenai persoalan who, gets,

what, when, and how (siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana), melainkan juga

who, says, what, in which, channel, to whom, with what effect (siapa menyatakan apa

melalui sarana mana, kepada siapa, dengan pengaruh apa) serta tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya.30 Sejalan dengan uraian definisi diatas dapat disimpulkan konsep pokok dari politik adalah:

a. Negara (state) b. Kekuasaan (power)

c. Pengambilan keputusan (decisionmaking) d. Kebijaksanaan (policy, beleid)

e. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).31

Dalam kajian ini yang paling menjadi persoalan adalah mengenai kekuasaan dari pemimpin negara ataupun pemerintah, dan setiap pemimpin negara mempunyai pengambilan keputusan dan kebijaksanaan yang menguntungkan atau merugikan bagi pelaku persuratkabaran dan masyarakat. Pada dasarnya surat kabar yang merupakan media publik yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan pemerintah, maka dari itu surat kabar tidak hanya menyuarakan kepetingan dari pemerintah saja tetapi juga menampung dan mempertimbangkan masukan dari masyarakat yang disampaikan melalui media publik tersebut. Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat dalam wilayah tertentu. Bahwa proses politik dapat diasosiasikan dengan komunikasi massa, dan karenanya juga

30

ibid, hlm. 8 31

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2002, Hlm. 9


(50)

commit to user

dapat dikaitkan dengan media massa sehingga media massa tampak sangat berperan dalam mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pemerintah.

Semua yang dilakukan oleh lembaga dan elit pemerintahan dapat dikategorikan sebagai politik, tetapi politik tidak terbatas pada kegiatan lembaga pemerintahan, dengan kata lain pemerintah hanya salah satu unsur dalam proses politik.

1.6Definisi Konsepsional

Defenisi konsepsional merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

1.6.1 Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu bentuk penerbitan yang tergolong tua. Menurut Wilbur Schramm surat kabar merupakan buku harian tercetak bagi manusia. Meski pada awalnya hanya berfungsi sebagai media informasi. Dalam perkembangannya mencakup fungsi mendidik, menghibur, mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang dimaksud surat kabar adalah surat kabar Kompas.

1.6.2 Berita

Dikatakan oleh Dan Nimmo, dimana definisi berita adalah sebagai laporan yang bermakna tentang peristiwa, laporan yang menyangkut pilihan beberapa orang (terutama wartawan) yang melakukan pilihan dan memberi nama,


(1)

commit to user

lainnya masing-masing muncul sebanyak 4 item berita atau 12,90% dan 1 item berita atau 3,22%.

Pada tahun 1999 berita yang sumbernya berasal dari Presiden muncul sebanyak 11 item atau 37,93%, kemudian tokoh politik muncul sebanyak 9 item atau 31,03%, pemerintah sebanyak 7 item atau 24,13%. Terakhir adalah lainnya muncul sebanyak 2 item berita atau 6,89%.

Sedangkan pada tahun penelitian 2005, berita yang menggunakan sumber terbanyak adalah Presiden dengan frekuensi sebanyak 14 item atau 48,27%, kemudian disusul oleh pemerintah sebanyak 10 item atau 34,48%, untuk sumber lainnya dan tokoh politik masing-masing sebanyak 4 item atau 13,79% dan 1 item berita atau 3,44%.

Hasil sajian diatas membuktikan bahwa Presiden masih dominan dalam kategori sumber berita disetiap tahun penelitian, setelah itu terdapat pemerintah, lainnya, dan tokoh politik sebagai sumber berita terbanyak. Dengan demikian secara keseluruhan, surat kabar Kompas menganggap Presiden sebagai pusat sumber berita pada berita yang diterbitkannya. Kemudian tidak jauh dari Presiden ada sumber dari pemerintah yang notabene bisa diibaratkan sebagai pembantu Presiden, dimana pemerintah dalam kategori ini bisa berupa lembaga pemerintah yaitu DPR/MPR ataupun lembaga-lembaga dibawahnya. Selanjutnya diikuti oleh sumber berita yang berasal dari lainnya dan tokoh politik. Dengan kata lain keberimbangan sumber berita masih jauh dari kata seimbang, karena adanya dominasi dari Presiden dan pemerintah terutama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. 3) Setelah dilakukan penelitian dalam hal kategori arah berita, berita kompas tahun 1995 lebih bernada positif dibandingkan dengan tahun yang lainnya. Hal


(2)

commit to user

tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa prosentase berita kompas tahun 1995 yang bernada positif lebih besar dibandingkan dengan berita Kompas di tahun yang lain. Jika dibandingkan, berita Kompas tahun 1995 berjumlah 17 item atau 50,83%. Sedangkan berita positif ditahun 1999 berjumlah 6 item atau 20,67%, dan berita positif tahun 2005 berjumlah 11 item atau 37, 93%.

Untuk penelitian tentang arah nada pada tahun 1999 berita negatif lebih sering muncul daripada tahun 1995 dan 2005. berita negatif ditahun 1999 muncul sebanyak 17 item atau 50,83%. Sedangkan untuk berita dengan nada arah negatif pada tahun 1995 hanya muncul sebanyak 5 item berita atau 16,12%, dan pada tahun 2005 muncul sebanyak 3 item berita atau 10,34%. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 1999, berita di Kompas lebih banyak memojokkan atau menkritik Presiden Habibie. Hal ini desebabkan karena keran kebebasan pers pada waktu itu dibuka lebar-lebar, sehingga setiap media

bisa mengeluarkan pandangannya sendiri-sendiri tidak terkecuali

pandangannya terhadap Presiden.

Sedangkan untuk kategori arah nada berita netral, tahun yang sering muncul arah nada ini adalah tahun 2005. Dimana pada tahun itu muncul sebanyak 15 item atau 51,72%, lebih banyak dari pada nada berita netral yang sama di tahun penelitian yang berbeda. Karena pada masa itu, pmerintahannya sudah mapan dan kebebasan untuk berpendapat sudah tidak seperti masa-masa sebelumnya, dimana semuanya masih terkungkung oleh peraturan-peraturan pemerintah yang bila dilanggar akan mendapatkan sanksi yang tidak ringan. Hal ini terbukti melalui hasil analisis uji hasil beda menggunakan chi squre, hasil X2


(3)

commit to user

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara surat kabar Kompas tahun 1995,1999, dan 2005 dalam hal arah berita tentang presiden karena

2

X hitung > X2tabel (23,44>5,99).

Dalam hal kategori jenis pemberitaan, tahun 1995 dan 2005 mempunyai jumlah berita informatif yang sama yaitu 18 item, dalam hal ini karena berita pada periode tersebut lebih banyak berisi informasi atau pemberitahuan tentang sebuah keadaan atau keterangan latar belakang atau masalah yang berkaitan dengan Presiden, sedangkan untuk tahun 1999 jenis isi berita lebih banyak argumentatif dari pada informatif dengan perbandingan 16 dan 13. jenis berita Aneka rupa tidak banyak muncul pada periode penelitian ini, adapun yang muncul pada tahun 1995 sebanyak 3 item berita atau 9,67% dan tahun 2005 sebanyak 1 item atau 4,44%.

Sehingga Perbedaan dalam kategori jenis pemberitaan pada ketiga periode penelitian pada surat kabar Kompas melalui analisis chi square, diperoleh hasil untuk X2hitung adalah 6,81, sedangkan X2tabel adalah 5,99. Jadi ketiga tahun

penelitian tentang berita Presiden di surat kabar Kompas memiliki perbedaan yang signifikan (6,81>5,99).

4.2Implikasi Hasil Penelitian

1) Secara garis besar terbukti bahwa pada surat kabar Kompas, berita yang dimuat pada setiap periode kepemimpinan yang berbeda maka akan berbeda pula frekuensi di setiap kategori yang ada. Hal ini terlihat jelas dari perbedaan antara periode 1995 masa kepemimpinan Presiden Soeharto dengan periode 1999 masa kepemimpinan Presiden BJ. Habibie dan periode 2005 masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keadaan seperti ini


(4)

commit to user

sama seperti yang dikatakan oleh Pawito dalam bukunya yang berjudul “komunikasi politik media massa dan kampanye pemilihan” menyebutkan bahwa pada pendekatan ini lingkungan sosial-politik yang sampai tingkat tertentu, berpengruh terhadap komunikasi. Artinya antara sistem politik dan komunikasi politik terdapat hubungan timbal balik. Perubahan yang terjadi dalam sebuah sistem politik cenderung diikuti oleh perubahan kondisi komunikasi politik termasuk kondisi media. Dalam penelitian ini, pendekatan lingkungan dimaksudkan untuk meneliti bagaimana perubahan kondisi politik yang terjadi di Indonesia apakah juga berpengaruh pada media massa yang ada pada waktu itu, khususnya dengan surat kabar Kompas.

2) Hal ini jelas terlihat pada berita-berita yang dimuat, pada masa Presiden Soeharto tema yang banyak dimuat adalah tentang keberhasilan-keberhasilan pemerintah baik itu dalam bidang politik, ekonomi, ataupun kesejahteraan. Kemudian, berita-berita tersebut juga kebanyakan bersumber dari Presiden sebagai pusatnya. Lain halnya pada saat pemerintahan Presiden BJ Habibie, pada waktu itu tema yang diangkat malah lebih banyak memojokkan kedudukan Presiden terutama yang berkaitan dengan penanganan dugaan adanya praktek KKN oleh Presiden sebelumnya yang menjabat yaitu Presiden Soeharto. Sedangkan pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kompas banyak menyoroti kinerja pemerintah dalam menanggulangi bencana yang melanda Indonesia serta masalah-masalah pertikaian antara Indonesia dengan Malaysia, baik mengenai soal TKI atau batas wilayah negara.

3) Surat kabar Kompas dalam penelitian ini, terbukti lebih selektif dalam menyajikan berita dihalaman depannya. Hal ini terlihat dari hasil penelitian


(5)

commit to user

bahwa untuk kategori jenis pemberitaan, berita Kompas di setiap tahunnya banyak menyajikan berita-berita informatif dari pada yang bersjenis argumentatif, ataupun aneka rupa.

4) Pada penelitian ini Kompas pada tahun 1995 menunjukkan arah nada berita yang positif, dimana berita yang dimuat tidak terlalu kritis terhadap apa yang dilakukan pemerintah saat itu, yang ada hanya apresiasi terhadap kinerja pemerintah yang selalu apik. Berbeda dengan Kompas tahun 1999, dimana berita yang muncul kebanyakan bernada negatif. Berita-berita yang kebanyakan muncul adalah berita yang mengkritik tentang kinerja Presiden dan pemerintah. Sedangkan pada tahun 2005, Kompas banyak menyajikan berita yang bernada netral, dimana berita yang ada tidak semuanya berupa pujian ataupun kritikan.

4.3Saran

Setelah menjabarkan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran secara keseluruhan yang ditujukan kepada penelitian selanjutnya, terutama bagi yang ingin melakukan penelitian analisis isi pemberitaan Presiden dan melibatkan surat kabar nasional. Namun tidak sekedar hanya membadingkan isi berita, penelitian berikutnya dapat juga diterapkan dengan mempertimbangkan lagi lebih dalam mengenai sisi kebijakan redaksional dan ideologi berita yang diteliti. Hal ini penting, mengingat bahwa berita tidak dapat lepas dari kebijakan redaksional surat kabar yang bersangkutan.

Bahwa fenomena yang ada dan banyak dibicarakan pada berita di surat kabar Kompas pastinya mengalami suatu penyuntingan dan berkaitan dengan ideologi surat kabar, sebelum akhirnya dimuat dalam halaman depan surat kabar Kompas. Hal ini


(6)

commit to user

kiranya yang tidak dapat digali dari penelitian ini. Sehingga kita tidak dapat melihat apakah tema yang banyak dibicarakan pada berita halaman depan sesungguhnya mewakili fenomena yang sedang terjadi di masyarakat.

Pada penelitian ini tidak dapat menggali kebijakan redaksional seperti apa yang diberlakukan berkaitan dengan pemberitaan tentang Presiden periode Januari-Maret 1995, 1999, dan 2005. Sehingga hal yang didapat hanya berupa perbedaan-perbedaan frekuensi dilihat dari tema berita, sumber berita, arah berita,dan jenis pemberitaan, tanpa melihat kebijakan redaksional surat kabar yang bersangkutan. Selain itu, untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya diharapkan pada penelitian berikutnya para peneliti dapat lebih intens dalam melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan media bersangkutan, sehingga dapat memudahkan dalam memperoleh data yang dibutuhkan, mengingat tema yang diangkat mengenai Presiden sangat sensitif.