Latar Belakang ANALISIS TINGKAT ABNORMAL RETURN DAN LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI : Studi Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh perusahaan seperti pembagian deviden, merger dan akuisisi, reverse stock dan stock split serta right issue.
Berikut adalah corporate action yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Sumber: KPPU, Saham Ok, diolah
Gambar 1.1 Grafik Corporate Action periode 2010-2013
Dari gambar diatas terlihat bahwa corporate action yang dipilih perusahaan dengan cara melakukan reverse stock stock split dan right
issue cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Berbanding
terbalik dengan merger dan akuisisi yang justru semakin mengalami peningkatan atau lebih banyak dipilih oleh perusahaan sebagai aksi
korporasinya. Fenomena meningkatnya kegiatan merger dan akuisisi yang
dilakukan perusahaan sebagai aksi korporasinya ini menunjukan bahwa akuisisi dinilai sebagai cara yang efektif untuk melakukan ekspansi usaha
dan memberikan sinyal positif kepada para investor di pasar modal. Fenomena ini dapat dijadikan investor sebagai salah satu pertimbangan
10 20
30 40
50 60
70
2010 2011
2012 2013
MergerAkuisisi Reversestock split
right issue
untuk melakukan keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan keputusan akuisisi, dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
dikemudian hari. Sebagian besar perusahaan memilih merger dan akuisisi sebagai
bentuk ekspansi eksternalnya. Alasan yang paling sering digunakan perusahaan karena merger dan akuisisi lebih efisien dibanding harus
membangun unit bisnis sendiri, disamping itu merger dan akuisisi dapat memberikan efek sinergi foster, 1994. Namun akuisisi dinilai lebih
efektif bagi perusahaan yang mempunyai modal besar, karena akuisisi memungkinkan
perusahaan pengakuisisi
untuk melakukan
pengambilalihan secara
penuh dan
mempunyai hak
kontrol atas perusahaan target.
Akuisisi biasanya dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai modal yang besar, karena untuk melakukan akuisisi pun dibutuhkan biaya
yang tidak sedikit dibandingkan dengan jenis penggabungan usaha lainnya. Akuisisi sendiri diartikan sebagai perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perusahaan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perusahaan tersebut. Dimana perusahaan itu sendiri masih tetap ada Suad Husnan, 2002.
Secara kuantitas, aktivitas mergerakuisisi mengalami kenaikan yang
cukup signifikan
seiring dengan
semakin populernya istilah mergerakuisisi itu sendiri dikalangan pelaku usaha. Mergerakuisisi
merupakan suatu langkah restrukturisasi perusahaan yang dipercaya mampu mendatangkan keuntungan dalam waktu yang relatif singkat.
Namun, dilihat dari sisi persaingan, mergerakuisisi merupakan aktivitas yang perlu mendapat perhatian khusus karena berpotensi mengurangi
tingkat persaingan di pasar. Dengan mempertimbangkan kekhawatiran adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
diakibatkan oleh aktivitas mergerakuisisi, pada tahun 2009 Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU mengeluarkan Peraturan Nomor 1
Tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Pemkom 12009.
Seiring dengan semakin berkembangnya aktivitas mergerakuisisi yang terjadi di Indonesia, maka KPPU melakukan langkah restrukturisasi
organisasi secara besar-besaran dengan mendirikan Biro Merger yang khusus
menangani notifikasi
dan penilaian
merger, akuisisi
dan konsolidasi.
Dalam waktu
yang hampir
bersamaan, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat PP 572010.
Selama kurun waktu dua tahun terakhir, terutama setelah berlakunya
PP 572010,
KPPU mencatat
puluhan notifikasi
mergerakuisisi. Bahkan, secara kuantitas jumlah aktivitas mergerakuisisi semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional
dan internasional. Boleh dikatakan, tahun 2010 dan 2011 merupakan tahun-tahun dimana gelombang akuisisi melanda Indonesia. Bahkan
mungkin, sepanjang
sejarah mergerakuisisi
di KPPU,
gelombang mergerakuisisi di Indonesia mengalami puncaknya pada masa sekarang
dimana terdapat
banyak pelaku usaha yang melakukan aktivitas mergerakuisisi. Bahkan dalam trisemester pertama tahun 2012, jumlah
notifikasi yang masuk mengalir sangat deras dan diperkirakan akan terus meningkat.
Berikut adalah grafik notifikasi Merger dan akuisisi periode 2010 –
2013 yang tercatat di KPPU
Sumber: KPPU, diolah
Gambar 1.2 Grafik Notifikasi Merger dan Akuisisi
Dari gambar 1.2, menggambarkan bahwa terjadi peningkatan notifikasi merger dan akuisisi semenjak diberlakukannya peraturan yang
dilakukan oleh KPPU. Terlihat notifikasi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 3 notifikasi yang meningkat pada tahun 2011 sebanyak 43 notifikasi, dan
10 20
30 40
50 60
70
2010 2011
2012 2013
N ot
if ik
a s
i
Tahun
sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 42 notifikasi, namun kembali meningkat secara derastis pada tahun 2013 yaitu sebanyak 63 notifikasi
yang tercatat di KPPU. Dari sekian banyak notifikasi yang masuk, terdapat suatu
karakteristik yang unik dalam aktivitas mergerakuisisi yang tercatat di KPPU. Krisis yang terjadi di daratan Eropa dan Amerika Serikat dewasa
ini menyebabkan tren peningkatan efisiensi di kalangan pelaku usaha, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya gelombang mergerakuisisi
di Indonesia. Uniknya, yang terjadi bukan tren peningkatan gelombang mergerakuisisi
antar perusahaan
dalam negeri,
melainkan tren
mergerakuisisi yang dilakukan di luar negeri namun berdampak kepada pasar
nasional http:www.kppu.go.idid201301gelombang-merger-
melanda-bangga-atau-waspada .
Keputusan akuisisi sendiri membawa dampak positif dan negatif. Dampak
negatif yang
dapat ditimbulkan
dari keputusan akuisisi
diantaranya biaya yang diperlukan untuk melakukan akuisisi sangatlah mahal dan hasilnya pun belum tentu sesuai dengan harapan. Disamping
itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari
akuisisi mengunakan cara pembayaran dengan kas atau melalui pinjaman Payamta, 2004. Hal negatif ini timbul jika perusahaan tidak sanggup
membayar deviden kepada para pemegang saham.
Sedangkan hal positif yang mendorong perusahaan melakukan akuisisi adalah untuk menciptakan suatu sinergi. Sinergi itu dapat berupa
sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya
Moin, 2007:55. Dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk investasi jangka panjang yang harus diinvestigasi dan dianalisis
dari aspek kelayakan bisnisnya. Maka tidak lain tujuan akuisisi adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang
yang pada
gilirannya dapat
meningkatkan nilai
perusahaan atau
memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan. Keputusan akuisisi sendiri dapat berpengaruh terhadap keadaan di
pasar modal. Reaksi yang timbul di pasar modal terhadap keputusan akuisisi ini dapat ditangkap positif dan negatif oleh para investor. Reaksi
positif dan negatif terhadap kejadian merger dan akuisisi tergantung dari ketersediaan informasi bagi investor pada waktu pengumuman merger dan
akusisi serta perspektif pasar terhadap keputusan akuisisi. Pengumuman akuisisi dapat mempengaruhi harga saham dalam jangka pendek karena
adanya efek psikologis terhadap para investor. Sebagai contoh rencana yang akan akan dilakukan oleh PT
Perusahaan Gas Negara Tbk PGN untuk mengakuisisi Pertamina Gas Pertagas mendapat sambutan positif dari para pelaku pasar modal.
Langkah tersebut dianggap akan memberikan nilai tambah yang optimal bagi pengembangan infrastruktur gas dan pemanfaatan gas bumi daripada
PGN oleh Pertamina. Hal ini berbanding terbalik dengan keinginan BUMN agar Pertamina mengakuisisi PGN yang dinilai sebagai langkah
yang tidak tepat. terbukti akibat isu tersebut saham PGN di Bursa Efek Indonesia BEI terus mengalami tekanan TribunNews.com,2013 :
http:id.berita.yahoo.compelaku-pasar-dukung-pgn-akuisisi-pertagas- 060107703--finance.html
. Bunga Rampai, 2002 dalam Sri Dwi A Ambarwati, 2010: 285
Pengumuman merger dan akuisisi adalah informasi yang penting bagi suatu industri, artinya informasi tersebut tidak hanya berpengaruh bagi
perusahaan pengakuisisi akuisitor dan perusahaan yang diakuisisi target tetapi juga bagi perusahaan lain dalam industri yang sama dengan
akuisitor dan perusahaan target. Sesuai dengan signalling theory yang menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan Agnes Sawir, 2004: 118.
Prinsip dari signalling theory adalah bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Maka pengumuman akuisisi yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan salah satu contoh penyampaian informasi melalui signalling. Berdasarkan signalling theory, perusahaan melakukan akuisisi
untuk memberikan sinyal yang positif atau ekspektasi optimis kepada publik. Sinyal positif ini menginterpretasikan bahwa perusahaan akan
memberikan prospek yang baik bagi para investor.
Riset-riset empiris tentang pengaruh akuisisi yang sudah dilakukan cenderung melihat kinerja saham perusahaan dengan hasil yang beragam.
Loughran and Vijh 1997 dalam Sri Dwi A Ambarwati 2010 menemukan hasil bahwa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
akan mendatangkan abnormal return bagi pemegang saham. Hal senada juga ditemukan oleh riset Marwan Asri 1998 dalam Sri Dwi A
Ambarwati 2010: 285-286 yang menemukan bukti empiris adanya abnormal return
signifikan setelah pengumuman akuisisi. Slamat H Aritonang, dkk, 2009 dalam jurnal penelitiannya
menyatakan bahwa pengumuman akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menjadi informasi yang dijadikan oleh investor untuk dijadikan
bahan pertimbangan atau referensi dalam melakukan keputusan investasi. Maka keputusan akuisisi yang di ambil oleh suatu perusahaan dapat
menjadi informasi yang digunakan untuk melihat reaksi pasar modal. Reaksi pasar tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang
diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau menggunakan abnormal return dan tingkat likuiditas saham.
Abnormal return dapat digunakan untuk menguji kandungan
informasi dari suatu pengumuman. Jika suatu pengumuman mengandung informasi maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar, begitu juga sebaliknya apabila suatu suatu pengumuman tidak mengandung informasi maka pasar tidak akan bereaksi
terhadap pengumuman tersebut Hartono, dalam Aritonang S H, dkk,
2009. Abnormal return adalah Selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return sering digunakan untuk menghitung efisiensi pasar. Pasar dikatakan
efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return
dalam jangka waktu yang cukup lama. Abnormal return dapat pula digunakan sebagai menghitung kinerja surat berharga.
Sedangkan efek lain yang dilihat dari pelaksanaan akuisisi adalah dari aktivitas likuiditas saham. Likuiditas menurut Bursa efek Indonesia
informasi umum pasar modal, stock exchenge adalah kelancaran yang menunjukan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal investasi. Yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah likuiditas saham. Menurut E.A. Koentin, 1994:106 likuiditas saham adalah mudahnya saham yang
dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal.
Ukuran utama likuiditas menurut Fabozzi 1999 adalah besarnya selisih hasil antara harga penawaran harga yang diinginkan dengan harga
yang diminta harga yang disetujui pembeli atau yang disebut bid-ask spread
. Semakin kecil spread suatu saham berarti semakin likuid saham tersebut dan semakin besar spread maka semakin rendah likuiditasnya.
Spread antara harga bid dan harga ask ini mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengubah saham menjadi kas atau sebaliknya. Saham yang likuiditasnya rendah memiliki spread yang besar, yang berarti
semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengubah saham menjadi kas atau sebaliknya.
Beberapa peneliti yang meneliti tentang melihat reaksi pasar telah banyak dilakukan. Wibowo dan Pakereng 2001 pengaruh pengumuman
merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan nonakuisitor dalam industri yang sama di Bursa Efek Indonesia
membuktikan adanya abnormal return saham perusahaan akuisitor dan nonakuisitor.
Sedangkan dalam penelitian Payamta Setiawan 2004, hasilnya menunjukan pengujian secara serentak terhadap semua rasio keuangan
perusahaan manufaktur setelah melakukan merger dan akuisisi ternyata tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan sebelum melakukan
merger dan akuisisi. Abnormal return sesudah merger dan akuisisi adalah negatif dengan periode jendela 45 hari 22 hari sebelum dan 22 setelah
keputusan merger dan akuisisi. Begitu pula dengan penelitian Aritonang S H, dkk, wacana Vol.12
No. 4, 2009, menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
return saham
pada periode
sebelum-saat, saat-sesudah
pengumuman merger dan akuisisi. Pegujian abnormal return menghasilkan kesimpulan tidak ada perbedaan pada nilai rata-rata abnormal return
sebelum-saat pengumuman dan saat-sesudah pengumuman. Sedangkan untuk pengujian pasangan periode sebelum sesudah pengumuman merger
dan akuisisi memperoleh hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata abnormal return saham sebelum – sesudah pengumuman merger
dan akuisisi. Pengujian aktivitas volume perdagangan untuk periode lima hari di seputar pengumuman, menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pasangan pengujian sebelum-saat, saat-sesudah, dan sebelum sesudah pengumuman merger
dan akuisisi. Berdasarkan uraian dan data di atas, ternyata ditemukan perbedaan
antara hsil penelitian satu dengan yang lainnya. Hal ini menarik bagi penulis untuk meneliti kembali sejauh mana pengaruh akuisisi terhadap
reaksi pasar. Untuk itu penelitian ini mengambil judul
“Analisis Tingkat Abnormal Return dan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah
Akuisisi Studi Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-
2013”.
Penelitian ini mengukur seberapa besar pengaruh akuisisi terhadap reaksi pasar, seperti abnormal return dan likuiditas saham. Penelitian ini
akan dilakukan dengan periode jendela 20 hari, yaitu 10 hari sebelum dan 10 hari setelah akuisisi. Periode jendela dipilih 20 hari karena diharapkan
pergerakan harga saham peristiwa yang terjadi tidak dipengaruhi peristiwa lain, sehingga dapat menghindari terjadinya bias.