Belum Tercapainya Efisiensi yang Lebih dari Kegiatan Usaha Tani Lemahnya Kelembagaan Petani Belum Kuatnya Sistim Penyuluhan Tingginya Kehilangan Hasil Pertanian

Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 84 organik rendah sampai sedang kurang dari 2, sedangkan dalam kondisi normal lahan sawah subur mengandung bahan organik minimal 3. Degradasi lahan sawah terutama makin menurunnya kandungan bahan organik disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan lahan dan pencemaran lingkungan. Faktor penyebab degradasi lahan antara lain adalah pencemaran oleh bahan kimia secara berlebihan terutama pupuk dan pestisida kimia sintetis, kebiasaan petani mengangkut ke luar lahan atau membakar jerami, rendahnya penggunaan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Dari berbagai fakor penyebab degradasi lahan tersebut akar permasalahannya adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat khususnya petani terhadap konservasi lahan pertanian.

b. Diversifikasi Usaha Tani Yang Rendah

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada Maret tahun 2015 berjumlah 376,609 jiwa BPS 2015 sebagiannya adalah rumah tangga petani RTP yang menggantungkan kehidupannya disektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi dan palawija. Salah satu penyebab utama dari keadaan diatas adalah rendahnya jam kerja efektif RTP yang pada giliran menyebabkan rendahnya pendapatan petani setiap priode usaha. Rendahnya jam kerja efektif RTP sangat berkaitan erat dengan tingkat diversifikasi usaha tani, dimana saat ini indeks pekerjaan petani baru mencapai 1,8 yang artinya tiap RTP masih belum mempunyai jenis 2 jenis usaha tani.

c. Kurang Optimalnya Pemanfaatan Lahan.

Optimalisasi pemanfaatan lahan belum membudaya dikalangan petani. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya lahan kosong, indek pertanaman yang rendah, belum dimanfaatkannya lahan pekarangan dan sistim budidaya polikultur yang belum banyak diterapkan petani. Kondisi ini selain tidak dapat meningkatkan nilai guna lahan juga dapat menggganggu upaya konservasi lahan.

d. Belum Tercapainya Efisiensi yang Lebih dari Kegiatan Usaha Tani

Pendekatan program yang hanya berorientasi terhadap upaya peningkatan produksi cenderung menyebabkan ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan tidak efisiennya kegiatan usaha tani. Kondisi ini menyebabkan tidak tercapainya efisiensi usaha tani yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya keuntungan yang diterima petani.

e. Lemahnya Kelembagaan Petani

Salah satu strategi dalam menggerakkan petani dalam pembangunan pertanian adalah melalui pemberdayaan kelembagaan tani. Kelembagaan tani berperan sebagai jembatan antara petani dan pemerintah serta dapat menjadi wadah advokasi dan penyampaian aspirasi petani. Kelembagaan tani yang kuat dan mandiri dapat menjadi mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan pertanian yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani. Namun pada saat ini kelembagaan petani belum kuat dan Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 85 mandiri, sehingga belum dapat berperan secara optimal sebagai mitra pemerintah dan penyalur aspirasi petani.

f. Belum Kuatnya Sistim Penyuluhan

Sistim penyuluham pertanian dibangun oleh subsistim sumberdaya personil, subsistim kelembagaan, subsistim sarana dan subsistim metode penyuluhan. Disadari bahwa pada saat ini sistim penyuluhan belum kuat, sehingga belum mampu secara optimal untuk melakukan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistim penyuluhan adalah keterbatasan penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompotensi, kelembagaan penyuluhan yang belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani.

g. Tingginya Kehilangan Hasil Pertanian

Upaya peningkatan produktivitas tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan upaya penekanan kehilangan hasil. Dalam proses produksi, panen dan pasca panen serta pengolahan hasil terjafi kehilangan hasil yang cukup tinggi 10,09. Kondisi ini belum termasuk akibat serangan organisme pengganggu tanaman OPT dan kerusakan akibat bencana alam.

h. Rendahnya Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian