TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 97 d. Terkondisinya kualitaskemampuan SDM Pertanian secara umum dan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha pertanian sekaligus juga sebagai pelaku bisnis. e. Meningkatnya Kesejahteraan Petani Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan petani. Walaupun demikian tidak selalu upaya peningkatan pendapatan petani secara otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani. Kurangnya jam kerja efektif petani menggambarkan kurangnya produktivitas anggota rumah tangga petani dalam berusaha tani yang akibatnya rumah tangga petani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

3.4. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

3.4.1. Hasil Kajian Rencana Tata Ruang Wilayah

Penataan ruang Provinsi Sumatera Barat mencakup struktur dan pola ruang. Rencana pengembangan pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Barat juga mengacu pada kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional PKN, Pusat Kegiatan Wilayah PKW, dan Pusat Kegiatan Lokal PKL. Berdasarkan struktur ruang RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029, sistem perkotaan di Sumatera Barat terdiri dari 1 Pusat Kegiatan Nasional PKN, 5 Pusat Kegiatan Wilayah PKW, 4 Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh provinsi PKWp, dan 11 Pusat Kegiatan Lokal PKL dengan uraian sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 3.4.1.Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat sampai Tahun 2029 PKN PKW PKWp PKL Kota Padang 1. Kota Bukittinggi 2. Kota Pariaman 3. Kota Sawahlunto 4. Kota Solok 5. Muara Siberut 1. Kota Payakumbuh 2. Pulau Punjung 3. Tapan 4. Simpang Empat 1. Painan 2. Kota Padang Panjang 3. Lubuk Sikaping 4. Sari Lamak 5. Batusangkar 6. Padang Aro 7. Tuapejat 8. Lubuk Basung 9. Muaro Sijunjung 10. Lubuk Alung 11. Aro Suka 12. Parik Malintang Keterangan : PKN dan PKW : ditetapkan sesuai kebijakan nasional PKWp dan PKL : ditetapkan atas usulan sesuai potensi dan arah kebijakan Provinsi Sumatera Barat Sumber : RTRW Sumatera Barat 2009-2029 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 98 Penggunaan lahan di Propinsi Sumatera Barat secara umum meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung dibedakan menjadi Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, dan kawasan perlindungan setempat, sedangkan kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura , kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan pwerikanan dan kelautan dan kawasan hutan, berikut data luas wilayah masing-masing kabupaten kota. Tabel 3.4.2 : Luas Daerah Menurut Kabupaten Kota di Sumatera Barat No Kabupaten Kota Luas Wilayah KM2 Luas Lahan Budidaya Km2 Kawasan Lindung Km2 1 Kep. Mentawai 6.011,35 795,89 5.215,46 2 Pesisir Selatan 5.794,95 1.273,20 4.521,25 3 Solok 3.738,00 832,28 2.905,72 4 Sijunjung 3.130,80 1.504,83 1.625,97 5 Tanah datar 1,336.00 799,88 536,12 6 Padang Pariaman 1.328,79 803,25 525,24 7 Agam 2.232,30 1.071,23 1.161,07 8 Lima Puluh Kota 3.354,30 756,20 2,598,10 9 Pasaman 4.447,63 716,27 3.731,36 10 Solok Selatan 3.346,20 1.320,12 2.026,08 11 Dharmasraya 2.961,13 1.131,72 1.829,41 12 Pasaman Barat 3.887,77 2.632,88 754,89 13 Padang 694,96 219,89 475,05 14 Solok 57,64 23,05 34,59 15 Sawahlunto 273,45 136,96 136,49 16 Padang Panjang 23,00 12,98 10,02 17 Bukittingi 25,24 13,11 12,13 18 Payakumbuh 80,43 54,30 26,13 19 Pariaman 73,36 57,75 15,61 TOTAL 42.297,30 23.255,77 18,996,53 Berdasarkan pola ruang Provinsi Sumatera Barat kawasan lindung seluas 35,86 516.593 Ha dari luas provinsi Sumbar dan kawasan budidaya seluas 64,14 2.713.137 Ha dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat memiliki luas lahan 4,2 juta Ha. dengan kontur bergelombang, terdiri atas wilayah perbukitan dan pegunungan 2,2 juta Ha. 52,19, wilayah daratan yang dapat dihuni hanya 13,31 0,5 juta Ha. Dari luasan tersebut sekitar 60 diantaranya 2,6 juta Ha. adalah kawasan hutan. Sesuai dengan kondisinya Sumatera Barat memiliki iklim dengan curah hujan yang tinggi, dengan curah hujan rata-rata 4.000 mmth. Sumatera Barat mempunyai potensi ketersediaan lahan yang cukup luas. Dari luas wilayah 42.251,84 km2, tercatat seluas 23.144,65 km2 atau sekitar 54,83 merupakan lahan budidaya dan 19.107,19 km2 45,17 merupakan kawasan lindung. Sebagian lahan budidaya tersebut adalah merupakan potensi lahan yang dimanfaatkan untuk usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Pada akhir tahun 2009 luas Lahan sawah tercacat 238.866 ha terdiri dari sawah berpengairan teknis 31.291 ha, setengah teknis 67.457 ha, pengairan sederhana desanon Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 99 PU seluas 91.163 ha, sawah tadah hujan seluas 43.817 ha, dan lainnya 5.138 ha. Sedangkan potensi luas lahan bukan sawah adalah seluas 870.027 ha yang terdiri dari lahan pekarangan 85.141 ha, tegal kebun 329.528 ha, ladang huma 132.240 ha dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 323.118 Ha. Sumatera Barat memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian lahan potensi tersebut merupakan lahan sub optimal seperti lahan kering, rawa, lebak, pasang surut dan gambut yang produktivitasnya relatif rendah, karena jenis tanah yang kurang subur, namun apabila keberadaan lahan tersebut dapat direkayasa dengan penerapan inovasi teknologi budidaya dan dengan dukungan infrastruktur yang cukup, maka lahan tersebut dapat dirubah menjadi lahan-lahan produktif Tabel 3.4.3. Perkembangan Luas Lahan Sawah Tahun 2011 – 2014 Satuan dalam Ha No . Jenis Lahan 2011 2012 2013 2014 1. Sawah Irigasi Teknis 27.925 28.202 181.930 184.034 2. Sawah Irigasi 12 Teknis 74.104 70.786 - - 3. Irigasi SederhanaDesa Non PU 88.905 90.166 - - 4. Tadah Hujan 43.841 42.593 43.972 44.243 5. Pasang SurutLebak 4.830 2.674 1.707 991 6. Lainnya 993 433 - 964 Total Luas Lahan Sawah 239.635 234.880 227.609 230.232 Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harys dijaga pada tahunberkesimabungan.. Potensi luas lahan sawah dan lahan kering padtaa tahun 2014 per jenis lahan dari kabupaten;kota dapat dilihat pada tabel berikut ini, Tabel 3.4.4 . Luas Lahan Sawah Tahun 2014 di Sumatera Barat No. Kabupaten Kota Irigasi Tadah Rawa Pasang SurutLeb ak Lahan Sawah Jumlah Tidak yang Hujan diusahaka n Diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 01 Kab. Pasaman 42.020 1.848 220 52 44.088 44.140 02 Kab. Pasaman Barat 18.053 7.749 - - 25.802 25.802 03 Kab. 50 Kota 38.370 11.621 - 29 49.991 50.020 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 100 04 Kab. Agam 50.713 4.151 453 179 55.317 55.496 05 Kab. Tanah Datar 40.420 6.971 - 12 47.391 47.403 06 Kab. Pd. Pariaman 35.739 10.657 - 49 46.396 46.445 07 Kab. Solok 56.889 2.387 - 3 59.276 59.279 08 Kab. Solok Selatan 27.822 260 - - 28.082 28.082 09 Kab. SwlSijunjung 13.230 5.736 - 49 18.966 19.015 10 Kab. Dharmasraya 11.794 732 - 199 12.526 12.725 11 Kab. Pes.Selatan 48.157 14.044 543 - 62.744 62.744 12 Kota Payakumbuh 6.207 268 - - 6.475 6.475 13 13. Kota Bukittinggi 689 90 - - 779 779 14 Kota Pd. Panjang 1.260 - - - 1.260 1.260 15 Kota Padang 16.034 248 - 4 16.282 16.286 16 Kota Solok 1.583 330 - - 1.913 1.913 17 Kota Sawahlunto 2.067 1.346 - 18 3.413 3.431 18 Kab.Mentawai 717 1.947 - 370 2.664 3.034 19 Kota Pariaman 4.012 1.034 - - 5.046 5.046 Jumlah 2014 415.776 71.419 1.216 964 488.411 489.375 2013 416.419 68.331 2.038 1.707 486.788 488.495 2012 414.551 63.469 3.612 2.020 485.478 487.498 2011 381.002 43.129 3.407 2.276 427.860 430.136 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 101 2010 375.250 43.283 3.860 3.724 422.430 426.154 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa masih banyaknya lahan yang belum termanfaatkan terutama pada beberapa kabupaten yang cukup luas seperti di kabupaten Pasaman Barat, Tanah Datar, Sijunjung, Solok dan Pesisir Selatan serta beberapa kabupaten lainnya. Potensi sumberdaya lahan ini harus dikelola dengan baik sesuai dengan kedaan topografi dan jenis tanah yang cocok dengan sifat-sifat teknis dari komoditi yang akan diusahakan. Konversi lahan pertanian ke non pertanian cendrung meningkat sehingga luas baku lahan pertanian semakin tahun terus berkurang, hal ini disebabkan efek pembangunan dari beberapa sektor yang menuntut ketersediaan lahan, sehingga lahan produktif beralih fungsi. Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PLP2B merupakan perangkat hukum untuk melindungi dan mengatur konversi lahan pertanian. Ketersediaan lahan pertanian harus dipertahankan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian terlantar lahan pertanian yang selama ini tidak dibudidayakan dan cetak sawah baru.

4.2. Hasil Analisa Terhadap KLHS