Latar Belakang Masalah Modal Sosial Komunitas Petani Kemenyan Dalam Pelestarian Hutan Kemenyan Di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini persoalan lingkungan menjadi isu global dan mendapat perhatian yang serius oleh dunia seperti kerusakan ekosistem dunia, degenerasi habitat hutan, kebakaran hutan dan kerusakan – kerusakan hutan lainnya. Salah satu faktor yang mendukung kerusakan lingkungan ialah aktivitas ekonomi manusia baik secara pribadi ataupun kolektif, contoh aktivitas penebangan hutan pohon secara illegal dan berlebihan yang dilakukan oleh perusahaan dan pribadi, alih fungsi hutan adat menjadi lahan perkebunan. Oleh karena itu aktivitas tersebut terus berlangsung maka berbagai masalah lingkungan pun muncul. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH hak penguasaan hutan. Dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi kerusakan hutan sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer. http:blh.grobogan.go.idartikel129-luas-hutan-indonesia-di-tiap-provinsi.html10 november 2012 pukul 20.22 WIB. Universitas Sumatera Utara Kerusakan hutan deforestasi masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi kerusakan hutan periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan jika menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food Agriculture Organization FAO, angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektartahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. http:blh.grobogan.go.idartikel129-luas-hutan-indonesia-di-tiap- provinsi.html , diakses 10 november 2012 pukul 20.22 WIB . Pemanfaatan alam terus – menerus yang tanpa memperhatikan dampak jangka panjang merupakan ancaman terbesar yang dihadapi oleh hutan yang ada diIndonesia. HPH hak penguasaan tanah yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan menyumbang kerusakan hutan karena setelah menghabiskan potensi lahan yang dimanfaatkan perusahaan akan meninggalkan lahan yang telah dipakainya. Sumatera utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan hutan yang luas. Selain bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlangsungan ekosistem didalamnya, hutan juga memiliki manfaat di sektor ekonomis. Ada hasil hutan dari beberapa Kabupaten Sumatera Utara yang diekspor dengan nilai ekonomis yang tinggi misalnya kemenyan. Dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara ada tujuh kabupaten penghasil kemenyan seperti, Humbang Universitas Sumatera Utara Hasundutan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, Dairi, Tapanuli Selatan. Dan yang menjadi penghasil kemenyan dengan kualitas terbaik ialah kawasan Humbang Hasundutan yang salah satu desa penghasilnya ialah Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung. Berdasarkan data KSPPM Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat luas Kawasan Hutan Sumatera Utara pada 2005 mencapai 2.386.960 ha, Hasil Hutan Bukan Kayu seperti getah kemenyan yang disadap dari pohon kemenyan. Daerah yang memiliki potensi kemenyan di Sumatera Utara seperti Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten ini kaya dengan kemenyan dengan luas lahan 5.235 Ha menghasilkan 1.278 ton per tahun. Luas lahan kemenyan mencapai 23,16 dari luas dataran. Kemenyan-kemenyan yang dihasilkan masyarakat di daerah ini kemudian dipasarkan di sentra perdagangan kemenyan. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki hutan kemenyan kurang lebih seluas 5.593 ha. http:www.ksppm.orgprakselamatkan diakses 25 maret 2012 10, pukul18:18 WIB. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki keterikatan dengan manusia yang lain. Oleh sebab itu, hubungan yang dinamis dan berkelanjutan memunculkan kekuatan yang disebut dengan modal sosial. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk yang hidupnya bergantung pada alam sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. Manusia yang merupakan sosial memiliki peran yang besar untuk menjaga alam karena alam memiliki daya tahan yang disesuaikan dengan sikap manusia dalam memanfaatkan hasil alam itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Kedekatan hubungan manusia dengan sumber daya alam atau lingkungan membuat mereka memiliki pemahaman yang khusus terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Seharusnya lingkungan juga tidak hanya dijadikan objek untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, tetapi juga harus ditata dan dipelihara agar terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, adanya ikatan antara manusia dan lingkungannya dapat melahirkan pikiran bagaimana manusia mempertahankan kelestarian lingkungannya guna kelangsungan hidup manusia. Di daerah penghasil kemenyan di Tanah Batak, Humbang Hasundutan, ada cerita rakyat yang terus diwariskan secara turun temurun. Dipercayai bahwa kemenyan berasal dari seorang putri cantik dari keluarga miskin. Dia nekat lari ke hutan karena dipaksa harus dinikahkan sebab orang tuanya terjerat utang kepada raja. Selama di hutan dia terus menangis memikirkan nasibnya dan juga keluarganya. Hingga kemudian dari tubuh si gadis tersebut pun perlahan-lahan tumbuh daun dan tetap mengeluarkan cairan dan akhirnya menyerupai pohon. Oleh kepercayaan masyarakat di sana pun mengatakan bahwa dari cairan berupa getah yang keluar dari si gadis tersebutlah asal mula getah kemenyan. Dan kemudian orang tua si gadis tersebut pun dapat melunasi utangnya dari getah kemenyan. Bagi orang Batak getah kemenyan tersebut pun akhirnya mampu memberikan kesejahteraan. Karena banyak orang dapat merasakan manfaat dari kemenyan hingga akhirnya tergolong produk m ahal karena digunakan oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia. http:www.ksppm.orgprakselamatkan diakses 25 maret 2012 10.18:18 WIB. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan akan sejarah ini dan sejarah pembukaan Desa Pandumaan dan tombak haminjon hutan kemenyan, sudah ada yang hingga 13 generasi tinggal dan mengelola Tombak Haminjon, merupakan bukti kepemilikan yang paling kuat. Marga-marga yang sejak awal membuka perkampungan dan Tombak Haminjon di Desa Pandumaan dan hingga sekarang masih tinggal di sana terdiri dari komunitas marga yakni: Turunan dari marga Marbun yakni Lumban Batu yang hingga sekarang sudah 13 generasi; Lumban Gaol 13 generasi; Borubus atau sebagai marga boru anak perempuan yakni Nainggolan dan Pandiangan 13 generasi; Turunan Siraja Oloan yakni marga Sinambela, Sihite, Simanullang masing-masing 13 generasi; dan marga-marga yang datang kemudian yakni: Munthe dan Situmorang selama 3 generasi www.ksppm.orgprakselamatkan diakses 25 maret 2013 pukul 18:30. Cerita mengenai asal – muasal kemenyan ini menjadi salah satu kearifan lokal masyarakat petani kemenyan yang bermanfaat dalam menjaga kelestarian hutan. Selain bermanfaat ekonomi, hutan adat juga menjaga keseimbangan alam karena dikelola secara tradisional. dengan menggunakan peralatan sederhana dan nilai – nilai dan norma – norma yang berlaku di masyarakat Pandumaan. Masyarakat yang hidup di wilayah sekitar kawasan tombak hamijon di Humbang Hasundutan, Kecamatan Pollung, Desa Pandumaan memiliki mata pencaharian sebagai petani kemenyan, kopi, padi, jagung. Selain sebagai petani, beberapa dari mereka juga beternak lembu, babi, ayam, bebek, ikan. Universitas Sumatera Utara Kepemilikan tanah adat di Desa Pandumaan sesungguhnya tidak memiliki bukti kepemilikan yang legal dari pemerintah seperti sertifikat. Namun kepemilikan hak atas tanah adat diatur oleh hukum adat yang berlangsung secara turun temurun. Hutan adat ini juga merupakan salah satu jenis hutan rakyat, yaitu hutan yang berada diatas tanah masyarakat adat atau komunal yang dikelola untuk tujuan – tujuan komunitas dan kepentingan bersama. Kegiatan masyarakat adat yang ada di Desa Pandumaan dalam mempertahankan Tombak Haminjon di samping sebagai sumber penghasilan utama, juga dalam rangka mempertahankan identitas orang Batak sekaligus sebagai upaya pelestarian. Tanpa disadari Masyarakat Pandumaan juga mempertahankan kelestarian hutan kemenyan dengan menggunakan modal manusia dan modal alam yang dioptimalkan di dalam modal sosial. Masyarakat Pandumaan memiliki jaringan marga sebagai kekuatan yang digunakan untuk mempertahankan kelestarian hutan, nilai dan norma yang diwariskan secara turun-temurun, kepercayaan antara satu sama lain didalam masyarakat petani kemenyan. Modal sosial yang dimiliki petani kemenyan ini dapat digunakan sebagai cara untuk melestarikan hutan kemenyan dari tantangan yang datang dari dalam masyarakat itu sendiri atau dari luar dari selama 13 generasi ini. Bagi masyarakat batak, tanah asal-muasal merupakan harta yang berharga. Oleh karena itu, masyarakat yang bersuku batak selalu berjuang melindungi kampung halamannya walaupun mereka merantau tetapi tetap mengingat dan melindungi tanah kelahirannya hal ini dikenal dengan istilah “arga do bona ni Universitas Sumatera Utara pinasa”. Begitu juga bagi masyarakat Desa Pandumaan, tanah adat yang juga merupakan kawasan tombak hamijon merupakan tanah warisan nenek moyang yang harus dijaga kelestariannya. Salah satu masalah atau tantangan yang dihadapi petani kemenyan dalam mengusahakan tanah adat sebagai lahan pertanian kemenyan ialah hadirnya pihak swasta PT. TPL dalam pengelolaan hutan produksi di daerah Humbang Hasundutan. Hal ini telah menimbulkan keresahan bagi petani kemenyan khususnya pada petani yang lokasi kemenyannya masuk danatau berbatasan langsung dengan areal konsesi perusahaan. Dengan izin yang diberikan oleh pemerintah pusat Kementerian Kehutanan, pihak perusahaan melakukan perluasan areal penanaman hutan tanaman insdustri. Demi kepentingan perusahaan, hutan kemenyan yang masuk dalam areal konsesi perusahaan ditebangi dan diganti dengan eucalyptus sebagai bahan baku industri pulp. Situasi seperti ini sudah terjadi dibeberapa lokasi dan berpeluang terjadi di lokasi-lokasi lain di Humbang Hasundutan. Ancaman ini tentunya sangat merugikan petani selain karena akan hilangnya sumber mata pencaharian ditandai dengan menurunnya jumlah populasi kemenyan dan menurunnya kualitas kemenyan yang dihasilkan, mereka juga harus terpinggirkan dalam hal pengelolaan lahan. Melihat ketersediaan sumber daya yang ada, hutan kemenyan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani kemenyan secara langsung dan meningkatkan perekonomian pedesaan secara tidak langsung. Selain sebagai sumber pendapatan, melalui Universitas Sumatera Utara pengelolaan hutan kemenyan dapat dijadikan sebagai sarana dalam melestarikan hutan melalui pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan manfaat dari hutan kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan ini perlu diadakan penelitian mengenai peran modal sosial dalam pelestarian hutan kemenyan.

1.2. Rumusan Masalah