Profil informan Modal Sosial Komunitas Petani Kemenyan Dalam Pelestarian Hutan Kemenyan Di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan

4.2.5. Kondisi Pemerintahan Desa Unsur penyelenggara Pemerintahan Desa Pandumaan terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa bersama perangkatnya Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Pelaksana TeknisLapangan Urusan Pemerintahan, pelaksana Teknis Lapangan Urusan Pembangunan, Pelaksana Teknis Lapangan Urusan Kemasyarakatan, dan Kepala Unsur Kewilayahan Kepala Dusun I, Dusun II, Dusun III. Sedangkan Badan Permusyarawaratan Desa BPD terdiri dari Pimpinan BPD dan Anggota BPD. BPD Pandumaan ada sebanyak 7 orang, yang terdiri Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Wakil Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Sekrataris BPD merangkap anggota satu orang dan anggota 4 orang. Pada saat ini sarana dan prasarana Pemerintah Desa Pandumaan dapat dikategorikan sudah lengkap, prasarana tersebut meliputi Kantor Kepala Desa berikut sarana dan prasarana lainnya. Lembaga kemasyarakatan desa sampai dengan saat ini yang sudah dibentuk didesa terdiri dari PKK Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, LPM Desa dan Organisasi kepemudaan lainnya

4.3. Profil informan

4.3.1. Petani Kemenyan Sekretaris Kelompok Tani Desa Pandumaan Nama : kersi sihite Umur : 54 tahun Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan Universitas Sumatera Utara Bapak Kersi sihite atau disebut juga ama Junjung sihite merupakan seorang petani kemenyan yang menggantungkan hidupnya pada tombak hamijon yang dikelolanya. Tombak hamijon yang ia usahakan ini merupakan warisan turun – temurun. Dalam pengerjaannya pun masih dilakukan secara tradisional sesuai dengan kebudayaan atau nilai – nilai yang diajarkan oleh orang tuanya. Meskipun terkesan kuno namun kebiasaan – kebiasaan ini masih dinilainya sebagai kekuatan yang menguntungkan demi kelangsungan keberadaan tombak haminjonnya. Bapak Kersi Sihite merupakan salah seorang pejuang tanah adat yang sejak 2009 secara aktif mengikuti perkembangan persoalan perebutan tanah adat yang dilakukan perusahaan besar seperti TPL yang dihadapi masyarakat adat Pandumaan . Sebagai seorang sekretaris kelompok tani , beliau aktif mengikuti rapat yang didampingi oleh lembaga yang turut membantu masyarakat pandumaaa seperti KSPPM, BAKUMSU dan AMAN. selama 5 tahun beliau banyak telibat dalam berbagai aksi yang dilakukan bersama baik itu aksi demo dan sudah 7 kali beliau dipanggil ke Jakarta untuk berdialog bersama pemerintah Pusat mengenai persoalan yang masyarakat adat Pandumaan hadapi. Untuk mempertahankan Hutan adat yang telah 13 generasi dikelola nenek moyang dan sekarang telah direbut oleh perusahaan besar seperti PT.TPL atas izin dari pemerintah, tentu banyak tantangan dan godaan yang harus belau alami. Dalam hal ini belaiu pernah ditawarkan uang hingga Rp 500.000.000,- dengan syarat , beliau tidak boleh vocal dalam menyuarakan penentangan terhadap perebutan tanah adat mereka, bukan berarti beliau tidak boleh ikut dalam setiap aksi namun hanya Universitas Sumatera Utara sebatas simpatisan saja agar tidak mencurigakan masyarakat yang lain. Sesuai penuturan beliau, bukan hanya belau saja yang ditawarkan uang atau pun dalam bentuk mobil, ada sekitar 4 orang yang ditemui orang yang tidak dikenal tapi sudah dapai dipastikan bahwa orang tersebut merupakan pihak yang Pro terhadap TPL. Ke 4 orang tersebut menolak uang atau mobil yang ditawarkan tersebut karena menurut mereka tanah adat tidak dapat diperjual belikan, apalagi dijual pada pihak pengusahayang cenderung akan menhabiskan potensi alam yang dimiliki tanah adat, lalu sewaktu – waktu akan meninggalkannya. Kalimat yang merupakan pegangan yang digunakan beliau dalam memperjuangkan tanah adat, yakni “ saya tidak dapat dibeli dengan uang atau apapun itu”. Ini merupakan janji yang menunjukkan bahwa meskipun ditawarkan harta kekayaan yang berlimpah, beliau tetap bertahan untuk tidak memberikan tanah adatnya kepada pihak perusahaan. Bukan hanya beliau yang memiliki kecintaan terhadap tanah adat sebagai warisan yang diterima dari nenek moyang, tetapi seluruh masyarakat pandumaan merasakan bahwa tanah adat harus dipertahankan. Oleh sebab itu mereka memiliki kesatuan visi untuk bersama – sama bersama berjuang, berkorban baik itu waktu, tenaga, materi. Apa yang dilakukan masyarakat pendumaan dan khususnya bapak kersi sihite merupakan modal yang dimiliki masyarakat untuk mempertahankan tanah adat milik desa Pandumaan. 4.3.2. Nama : Pdt Haposan Sinambela Umur :57 tahun Universitas Sumatera Utara Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan Suami dari ibu S. boru sihombing dan bapak dari 6 orang anak yakni 5 orang perempuan dan 1 orang laki – laki. Beliau adalah sosok yang ramah dan bersahaja. Sebagai seorang pendeta di gereja GPdi EBENEZER , beliau tidak hanya berbicara diatas mimbar gereja saja tetapi berani menjadi salah seorang yang aktif memperjuangkan tanah adat masyarakat adat Desa Pandumaan. Menurut beliau, tanah yang mereka terima dari Tuhan bukanlah sesuatu yang kebetulan. Tuhan memberikan tanah ini selama 13 generasi ini untuk dijaga dan dilestarikan. Tidak hanya sebagai sumber ekonomi masyarakat pandumaan tetapi juga sebagai identitas masyarakat adat, maka tanah ini harus dipertahankan. Sebagai usaha beliau untuk mempertahankan tanah adai yang dikelola, beliau meregenerasikan kemampuannya dalam mengelola tombak hamijon dengan mengajarkan anaknya cara merawat pohon kemenyan tersebut. Hal ini dikerjakan sebagai bentuk penghargaan atas tanah leluhur, maka keberadaan tombak hamijon karus dilestarikan karena selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, pohon kemenyan ini juga merupakan identitas masyarakat adat desa pandumaan. Selain berperan sebagai petani kemenyan dan pendeta, beliau juga memiliki peran yang penting bagi masyarakat desa Pandumaan. Seperti yang dituturkan beliau, Pada tanggal 27 maret 2013 beliau bersama 30 orang lainnya turut ditangkap oleh BRIMOB tanpa alasan yang jelas, namun hal itu tidak membuat beliau takut. Justru Universitas Sumatera Utara hal itu menjadi suatu peristiwa yang disyukuri beliau karena ketikapun ia bersama 15 orang masyarakat pandumaan yang dibawa ke KAPOLDA hal itu tidak membawa aib seperti tindakan criminal yang dilakukan oleh tahanan pada umumnya. Konsekuensi yang harus dialami ini semakin meneguhkan beliau untuk tetap berjuang karena tidak hanya masyarakat pandumaan saja yang berjuang mempertahankan tanah adatnya tetapi juga ada banyak lembaga pendamping seperti KSPPM, BAKUMSU, AMAN TAno batak dan AMAN Pusat. Selain itu beliau juga menjabarkan, banyak simapatisan juga yang turun membantu seperti kelompok tani dari daerah lain, organisasi mahasiswa seperti GMNI, HMI, FMN, KDAS, BASDEM, GMKI dan partisipan yang bersifat individu yang mengetahui mengetahui informasi ini dari keluarga, media massa, media elektronik dan lainnya. Setiap dukungan yang didapat membuat beliau dam masyarakat adat pandumaan yakin bahwa masalah ini merupakan masalah bersama yang dalam perjuangannya pun harus dilakukan bersama – sama pula. 4.3.3 Nama : Juspen Lumban Batu Umur : 48 tahun Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan Beliau adalah seorang bapak dari 4 orang anak,sejak usia 25 tahun sampai 46 tahun beliau tinggal di jambi bersama istri dan ke 3 anaknya,sebab anak yang pertama bersekolah di Sidikalang. Setelah lama merantau beliau pun kembali ke Universitas Sumatera Utara kamoung halaman yakni Pandumaan dikarenakan alasan ekonomi. Sulitnya mendapatkan pekerjaan menjadi faktor pendorong kepulangan beliau. Di desa Pandumaan beliau tinggal di rumah dekat dengan rumah orang tuanya. Meski harus memulai kembali usaha yang sebelumnya dikerjakan orang tuanya, beliau pun berusaha kembali mengerjakan tombak hamijon dengan menggunakan pengetahuan yang telah lama ia dapat dari orang tuanya. Meskipun telah lebih dari 20 tahun tidak pernah lagi mengerjakan tombak hamijon tetapi beliau masih dapat mengelola tombak hamijon. Beliau adalah petani kemenyan yang baru merintis lagi usaha kemenyannnya tapi itu tidak menghalagi solidaritasnya terhadap petani – petani yang lainnya, dan beliau juga turut mendukung perjuangan meski terbatas pemahamannya. Berhubung tidak setiap minggu mereka ke tombak, beliau mencari pekerjaan tambahan seperti mengerjakan ladang kopi orang lain. Ketika ditanya mengenai berapa penghasilan yang didapat, beliau menjawab “ hanya 40.000 rupiah sehari bere setiap pendapatan dipake untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari – hari, itu cukup lah kalo dicukup – cukupkan”. 4.3.4 Nama : Opung Bachtiar Doli Umur :75 Tahun Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan Beliau tinggal berdua dengan istrinya di sebuh rumah di pinggir jalan tempat mobil baik milik penduduk atau TPL melintas. Meskipun hanya berdua tinggal Universitas Sumatera Utara dirunah namun beliau tidak merasa kesepian, hal ini dapat dirasa karena beliau memiliki sebuah ladang kopi di kampung dekat dengan desa tetangga yakni aek nauli. Kesibukkan ini banyak menyita waktu dan tenaga tetapi kedua opung ini mesih tetap bersemangat mengerjakannya. Ketika ditanya “ mengapa tidak lagi mengerjakan tombak hamijon?, beliau menjawab,: udah ga tolap lagi berjalan ke tombak, hampir sejam jalan mau masuk dari lapo ke tombak. Meskipun diusia 75 tahun beliau masih tetap memantau perkembangan tombak hamijon. Beliau tetap meregenerasikan kemampuannya dalam mengelola tombak hamijon. Pada tahun 70an beliau mulai manombang mencari hamijon Jalangan, hamijon ini terdapat di tombak dan diduga bahwa hamijon jalangan ini ada kaitannya dengan sejarah hamijon. 4.3.5. Profil informan Staff BAKUMSU Nama : Aricha Maria Tambunan Umur : 29 tahun Pendidikan : D3 FIB USU Agama ; Kristen Pekerjaan : Staff Study dan advokasi Rakyat Sumatera Utara BAKUMSU Sebelum bekerja di BAKUMSU, beliau pernah bekerja di sebuah NGO yang bergerak dibidang pengembangan masyarakat di Aceh sejak tahun 2007 sampai 2011. Anak dari bapak JH Tambunan ini dan Ibu S L boru Malau ini, sedang melanjutkan studynya di Fakultas Ilmu Budaya USU jurusan Bahasa ingris. Universitas Sumatera Utara Beliau menuturkan bahwa Bakumsu baru bergabung bersama KSPPM pada tahun 2011. Dalam proses sosialisasi terhadap masyarakat adat pandumaan, pihak bakumsu tidak mengalami masalah yang sulit. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat Pandumaan setelah didampingi oleh KSPPM sudah lebih terorganisir dan terbuka terhadap organisasi yang secara garis besar memiliki visi yang sama dengan KSPPM terlebih lagi, kalau organisasi tersebut diperkenalkan oleh KSPPM. Jaringan tentu sangat dibutuhkan guna membangun kekuatan dalam pencapaian visi. Oleh sebab itu bakumsu memiliki jaringan yang terdapat di berbagai kalangan seperti. 4.3.6. Profil Kelompok Studi Dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat KSPPM. Terinspirasi dari kelompok diskusi atas persoalan-persoalan sosial dan perjuangan masyarakat di Sumatera Utara khususnya persoalan lingkungan dan kasus struktural lainnya pada awal 1980-an, oleh sekelompok warga gereja dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, mendirikan KSPH Kelompok Studi Penyadaran Hukum pada 4 Februari 1984, beralamat di Siborongborong, Tapanuli Utara. Mempertajam visi dan melengkapi pendekatan dalam pelayanannya, sejak 23 Februari 1985, KSPH berganti nama menjadi KSPPM Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Kemudian pada 9 September 2005, KSPPM merubah bentuk kelembagaannya dari “Yayasan” menjadi “Perhimpunan”. Keprihatinan KSPPM berangkat dari realitas kemiskinan, kondisi politik dan demokrasi, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, dan dampak Universitas Sumatera Utara buruk yang ditimbulkan pembangunan terhadap lingkungan dan hak-hak rakyat atas SDA. Dalam kerangka itu, lembaga ini melakukan kerja-kerja studi dan riset, pengorganisasian, pendidikan populer, dan advokasi untuk mendampingi rakyat petani marginal di Tapanuli, Sumatera Utara. Keikutsertaan KSPPM bersama rakyat, khususnya di tengah-tengah petani miskin dan marginal di pedesaan, berlandaskan semangat Kristiani sebagaimana tertulis pada Injil Markus 1: 15 dan Lukas 4: 18-28 S.R. DGI 1971, Pematang Siantar. Sejak 1993 Sopo KSPPM pindah ke Parapat dekat Danau Toba. Sekarang melayani di 3 wilayah: Humbang-Silindung, Toba, Samosir, sejak phasing out dari wilayah Dairi pada 2009. Berdiri Sejak : 01 January 1970 Email : pksppmyahoo.com; www.ksppm.or.id Alamat : Girsang 1.Sipanganbolon, Kel. Girsang, Kec. Girsang Sipanganbolon, Parapat 21174 Simalungun- Sumatera Utara. Visi : Terwujdnya masyarakat sipil yang berdaulat, pemerintah yang bersih dan demokrasi serta terciptanya ekonomi dan politik yang adil dengan menghargai kemajemukan dan keuthan ciptaan. Misi : 1. Memberdayakan rakyat dengan upaya penumbuhan dan pengembangan prakarsa masyarakat 2. Memampukan rakyat merubah sistem yang menindas dengan upaya pencerdasan kritis Universitas Sumatera Utara 3. Membangun organisasi rakyat yang kuat dan memiliki akses pada bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Wilayah Pelayanan : Sumatera Bagian Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Tobasa dan Samosir Filsafat Pelayanan :Mendahulukan yang terbelakang dan termiskin Bidang Pelayanan 1. Divisi Pengorganisasian 2. Divisi Studi dan Advokasi 3. Divisi Management 4. Kelompok Dampingan 5. Kelompok Tani 6. Serikat Tani 7. Kelompok Kasus Struktural http:www.ksppm.orgprofilksppm, diakses 18 september 2013, pukul 12 14 4.3.7 Profil Organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN Alamat : Jln. Tebet Timur Dalam Raya Nomor 11 A , Kel. Tebet Timur, Kec Tebet, Jakarta Selatan, Indonesia. Kode Pos 12820. Email : rumahamancbn.net.id Website : www.aman.or.id Sejarah Organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN adalah organisasi kemasyarakatan ORMAS independen yang anggotanya terdiri dari komunitas- komunitas Masyarakat Adat dari berbagai pelosok Nusantara. Universitas Sumatera Utara AMAN terdaftar secara resmi di Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia sebagai Organisasi Persekutuan melalui Akta Notaris No. 26, H. Abu Yusuf, SH dan Akta Pendirian tanggal 24 April 2001. AMAN dibentuk berdasarkan Keputusan Kongres Masyarakat Adat Nusantara KMAN I, di Hotel Indonesia, Jakarta, 17 Maret 1999. Dalam Kongres ini berbagai permasalahan yang mengancam eksistensi Masyarakat Adat dari berbagai aspek seperti pelanggaran Hak Azasi Manusia, perampasan tanah adat, pelecehan budaya, berbagai kebijakan yang dengan sengaja meminggirkan Masyarakat Adat didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya selama kongres berlangsung. Salah satu dari jalan keluar tersebut adalah dengan membentuk Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN sebagai organisasi yang akan memperjuangkan keputusan-keputusan Kongres. Kongres Masyarakat Adat Nusantara Pertama KMAN I yang berlangsung di Hotel Indonesia-Jakarta dari tanggal 17 sampai 22 Maret 1999, telah menjadi momentum konsolidasi bagi gerakan masyarakat adat di Indonesia, salah satunya dengan terbentuknya AMAN sebagai wadah organisasi bagi masyarakat adat untuk menegakkan hak-hak adatnya dan memposisikan dirinya sebagai komponen utama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih dari 400 pemimpin masyarakat adat dari seluruh nusantara berkumpul bersama dan menyepakati visi, misi, azas, garis-garis besar perjuangan dan program kerja masyarakat adat. Pandangan Dasar Kongres Masyarakat Adat Nusantara 1999 tentang Posisi Masyarakat Adat terhadap Negara telah menegaskan bahwa masyarakat adat yang Universitas Sumatera Utara menjadi anggota AMAN adalah komunitas - komunitas yang hidup berdasarkan asal- usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Keanggotaan dan struktur pengorganisasian AMAN yang secara geografis mencakup keseluruhan wilayah Indonesia telah juga memberikan posisi yang baik bagi AMAN sebagai salah satu organisasi masyarakat adat terbesar di dunia. Dengan posisi ini, AMAN juga secara proaktif melakukan intervensi terhadap berbagai kebijakan di tingkat internasional, baik melalui jalur Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga diadopsinya Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat oleh Pemerintah Indonesia, maupun secara langsung dengan lembaga-lembaga keuangan internasional. AMAN juga secara aktif membangun solidaritas global di antara sesama masyarakat adat dari berbagai negara. Selama ini AMAN terlibat intensif dalam proses-proses perundingan internasional menyangkut keanekaragaman hayati, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim dan pengembangan standar HAM masyarakat adat. Bahkan untuk issu-issu pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim, AMAN mendapatkan kepercayaan untuk mengambil peran kepemimpinan, baik sebagai juru bicara maupun sebagai juru runding internasional mewakili masyarakat adat. Secara nasional maupun lokal, masyarakat adat melakukan berbagai langkah pembelaan, perlindungan dan pelayanan melalui aksi-aksi kolektif, program-program Universitas Sumatera Utara Pendukung dan kegiatan-kegiatan untuk memperjuangkan hak-haknya. Masyarakat Adat lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai konflik terkait sumberdaya alam, sosial maupun politik, melakukan lobby-lobby kebijakan kepada pemerintah, maupun melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap wilayah- wilayah adatnya. Visi : Terwujudnya kehidupan masyarakat adat yang adil dan sejahtera. Misi : Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, Bermartabat Secara Budaya. Tujuan : Sebagaimana digariskan dalam Anggaran Dasar organisasi maka Tujuan AMAN antara lain , 1. Mengembalikan kepercayaan diri, harkat dan martabat Masyarakat Adat Nusantara, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga mampu menikmati hak- haknya. 2. Mengembalikan kedaulatan Masyarakat Adat Nusantara untuk mempertahankan hak-hak ekonomi, sosial, budaya dan politik. 3. Mencerdaskan dan meningkatkan kemampuan Masyarakat Adat mempertahankan dan mengembangkan kearifan adat untuk melindungi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. 4. Mengembangkan proses pengambilan keputusan yang demokratis. 5. Membela dan memperjuangkan pengakuan, penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak Masyarakat Adat. FOKUS ISU Universitas Sumatera Utara Kongres menetapkan garis-garis perjuangan sebagai landasan organisasi untuk bertindak adalah: 1. Masyarakat Adat yang mendiami wilayah-wilayah pegunungan, dataran dan hutan, pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia, mewarisi hak untuk mengatur dan mengurus diri sendiri termasukhak untuk meneruskan agama dan kepercayaan peninggalan para leluhur serta menyelenggarakan upacara-upacara adat sesuai dengan identitas budaya, nilai-nilai luhur dan pengetahuan asli yang terkandung di dalam sistem adat kami masing-masing. 2. Masyarakat Adat mewarisi hak untuk menjaga keamanan, ketertiban dan keseimbangan hidup bersama, termasuk hak untuk bebas dari segala macam bentuk kekerasan dan penindasan, baik di antara sesama masyarakat adat dan antara masyarakat adat dengan alam sekitarnya maupun antara masyarakat adat dengan masyarakat lainnya, sesuai dengan sistem hukum dan dan kelembagaan adat kami masing-masing. 3. Masyarakat Adat mewarisi hak untuk mengendalikan, mengelola dan memanfaatkan tanah dan segala kekayaan alam lainnya di dalam wilayah adat sesuai dengan kearifan tradisional kami masing-masing. Wilayah adat, yang di dalam dan di atasnya mengandung sumber-sumber agraria berupa tanah dan beragam sumber daya alam, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Masyarakat Adat. Wilayah adat tidak hanya dipandang sebagai sumber ekonomi dan kelangsungan hidup komunitas, tetapi juga merupakan identitas; identitas suatu eksistensi yang terkandung dalam sistem nilai, baik sosial, budaya maupun spiritual, yang Universitas Sumatera Utara diwariskan secara turun temurun. Dengan nilai-nilai itu, Masyarakat Adat terus berupaya menjaga dan mempertahankan wilayah adatnya. 4. Masyarakat Adat selama ini mampu mengelola dan menjaga sumber dayanya secara berkelanjutan secara turun temurun di bumi. Hubungan antara alam sebagai ibu bumi dan sumber kehidupan, dengan Masyarakat Adat sebagai penjaga alam demi masa depan anak cucu, merupakan suatu fakta yang tak terbantahkan. 5. Masyarakat Adat di Nusantara masih terus menghadapi tantangan besar dalam berbagai bidang, baik sosial, ekonomi, budaya, politik maupun wilayah dan sumber daya alam. Perkembangan pembangunan yang masih berorientasi pada eksploitasi dan ekspansi dalam upaya peningkatan ekonomi makro mempengaruhi eksistensi, identitas dan ketahanan dari tatanan kehidupan tradisional komunitas-komunitas adat. Penguasaan negara atas sebagian besar tanah dan kekayaan alam yang ada di wilayah-wilayah adat masih terus berlangsung. Berbagai kelompok masyarakat adat masih terus digusur secara paksa dari tanah leluhurnya untuk berbagai proyek pembangunan. 6. Selama 4 dasawarsa sejak Rejim Pemerintahan Orde Baru dan Orde Reformasi, berbagai kebijakan dan hukum yang dikeluarkan telah menyebabkan terjadinya praktek-praktek perampasan, penghancuran dan penghilangan atas wilayah adat. Umumnya wilayah-wilayah adat ini dik asai oleh pihak lain melalui sistem perijinan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk Hak Guna Usaha HGU, Hak Guna Bangunan HGB, Ijin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu IUPHHK-dulu HPH, Ijin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Tanaman Industri IUPHHTI-dulu HTI dan Universitas Sumatera Utara Kawasan Pertambangan KP. Masyarakat Adat dipaksa dan ditaklukkan oleh sistem perijinan yang menghilangkan hak-hak dasar, serta menyebabkan terjadinya pemiskinan dan kerawanan pangan. 7. Kegagalan pemerintah pusat untuk menjalankan otonomi daerah dan otonomi khusus. Hak otonomi masih dijalankan dengan setengah hati sehingga tidak membawa hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. 8. Mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera mempercepat proses pembahasan dan pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat PPHMA yang saat ini telah menjadi prioritas pembahasan DPR RI tahun 2012. 9. Meminta Mahkamah Konstitusi untuk menguji seluruh UU yang bertentangan dengan konstitusi, secara khusus terhadap UU 41 yang saat ini sedang dalam proses uji materi. 10. Mendesak pemberlakuan sistem pemerintah adat di wilayah-wilayah adat, pengembalian tanah dan wilayah-wilayah adat yang dirampas, serta mencabut ijin- ijin di wilayah masyarakat adat yang diberikan dengan tidak melalui proses perundingan yang adil dengan masyarakat adat. PROGRAM AMAN Untuk menjawab berbagai persoalan masyarakat adat maka Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-IV yang dilaksanakan di Tobelo, Halmahera Utara Universitas Sumatera Utara pada tanggal 23-25 April 2012, menetapkan sebuah Garis – garis Besar Program Kerja AMAN 2012 V 2017 sebagai berikut: Program Bidang Politik 1. Mendorong proses revitalisasi dan rekonstruksi hukum dan kelembagaan adat serta mekanisme pengambilan keputusan bersama sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat adat yang berdaulat dan bermartabat sesuai dengan tatanan adatnya masing-masing, 2. Mengembangkan pendidikan pluralisme hukum dalam politik indonesia hukum nasional, hukum adat, hukum agama dan hukum publik lainnya serta mendorong Pemerintah Indonesia dan penegak hukum untuk mengakui peradilan adat secara total, 3. Memperluas kerjasama dengan pemerintah, baik di tingkat nasional maupun daerah dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat adat. Kerjasama ini juga diarahkan untuk mempercepat pengakuan - pengakuan hukum terhadap keberadaan masyarakat adat melalui penyusunan peraturan daerah, 4. Memperkuat, memperluas dan mempercepat gerakan pemetaan dan registrasi wilayah-wilayah adat serta penegasan hak-hak masyarakat adat, 5. Mengidentifikasi pembela-pembela masyarakat adat dan membangun jaringan taktis dan strategis dalam melakukan kerja-kerja advokasi masyarakat adat, 6. Mendesak segera dilakukan pengakuan, perlindungan dan pengembalian hak-hak masyarakat adat oleh pemerintah melalui UU, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Desakampung, Universitas Sumatera Utara 7. Memanfaatkan mekanisme dan prosedur Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggalang solidaritas dan tekanan internasional, 8. AMAN menyediakan pelayanan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hak masysrakat adat melalui tim advokasi khusus, 9. Mendokumentasikan proses-proses interaksi dan tranformasi yang dilakukan oleh masyarakat adat yang berkaitan dengan interaksi masyarakat adat dengan negara, baik dengan desa maupun dengan pemerintahan daerah. Misalnya Nagari di Sumbar, Lembang di Toraja, Negeri di Maluku, Ohoi di Maluku Tenggara, Kakolotan di Lebak, dll, 10. Melakukan advokasi dan pengawalan terhadap berbagai kebijakan dan peraturan yang berhubungan dengan Masyarakat Adat, 11. Mendorong dan mengawal kader-kader AMAN untuk duduk di legislative dan eksekutif, 12. Memperkuat posisi dan peluang Masyarakat adat dalam isu-isu global dan menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam, 13. Melakukan studi di daerah-daerah yang selama ini berhasil menunjukkan bahwa masyarakat adat berpartisipasi aktif dalam politik dan penyelenggaraan pemerintahan, di tingkat provinsi, kabupaten, desa dan kampung, 14. Menyelenggarakan pendidikan politik untuk masyarakat adat dalam rangka mendorong pelaksanaan PemiluPemilukada yang bersih dan demokratis, 15. Memperluas dan memperkuat hubungan antara organisasi masyarakat adat dengan masyarakat sipil lainnya, Universitas Sumatera Utara 16. Melakukan advokasi kebijakan untuk memastikan akses masyarakat adat terhadap informasifasilitas komunikasi dan mengembangkan media komunikasi masyarakat adat Radio, TV, SMS dll serta menggalang kerja sama dengan media massa dan jurnalis di tingkat lokal, nasional dan internasional, 17. Mengidentifikasi dan mendukung model adaptasi perubahan iklim di masyarakat adat dan mendorong pemerintah untuk menjadikannya sebagai bagian dari strategi nasional untuk adaptasi perubahan iklim. 18. Moratorium terhadap pemberian izin pemanfaatan sumber daya alam dalam wilayah masyarakat adat, 19. Mengawal dan memantau proses-proses perancangan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang RUU tentang Provinsi Kepulauan agar isinya lebih berpihak pada keberadaan masyarakat adat dikawasan Pesisir dan Pulau-Pulau kecil, 20. Kerjasama dan koordinasi dalam pengawasan dan pengamanan sumberdaya laut antara masyarakat adat dan aturan adatnya dengan pihak aparat polisi, polair, penyidik pegawai negeri sipil, lintas sektor dan tingkat pemerintahan dari pusat sampai daerah. 21. Mengawal proses penyusunan Tata Ruang wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil oleh Pengurus Besar AMAN bersama masyarakat adat setempat sampai pada penyusunan dan penetapan PerdaPerdesnya dengan melibatkan Tim Khusus yang ditunjuk atau dibentuk oleh masyarakat adat, 22. Memperjuangkan pengakuan dan perlindungan hak penganut agama asli dan kepercayaan sebagai warisan leluhur masyarakat adat, Universitas Sumatera Utara Program Bidang Ekonomi 1. Mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi komunitas dan sumber-sumber pangan lokal berdasarkan wilayah-wilayah dan mengembangkan basis-basis ekonomi di masyarakat adat, 2. Memperkuat Kelembagaan Ekonomi Kerakyatan yang mandiri di masing-masing komunitas masyarakat adat secara setara berbasiskan sumberdaya alam yang dikelola secara berkelanjutan, 3. Mendorong adanya kebijakanregulasi yang berpihak kepada masyarakat adat untuk bertumbuhnya ekonomi kerakyatan, diantaranya melalui PERDES dan PERDA dan UU dan dalam RPJM Desa, RPJM KabupatenProvinsi, 4. Memperkuat peran serta perempuan di dalam sistem pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan sesuai dengan kearifan lokal di masing masing komunitas masyarakat adat, 5. Meningkatkan ekonomi masyarakat adat sebagai jalan keluar dari kesulitan ekonomi masyarakat adat. Di sisi lain, peningkatan partisipasi politik masyarakat adat dapat digerakkan lebih mantap jika ketersediaan sumber daya mencukupi. 6. Mengusulkanmengupayakanmengawal PERDA-PERDA dan PERDES yang mengakui dan melindungi Hak-hak Masyarakat Adat dan diperkuat dengan Undang- undang, 7. Membentuk departemenorang khusus dibidang pengembangan ekonomi berdasarkan akar budaya masyarakat adat, Universitas Sumatera Utara 8. Membangun sistem dan jaringan sumber pendanaan untuk upaya-upaya peningkatanpengembangan ekonomi masyarakat adat berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat adat, 9. Memberikan perlindungan terhadap keberlanjutan kegiatan peningkatan ekonomi berbasis budaya dengan menjaga sumberdaya-sumberdaya yang ada seperti tanaman, lokasi, situs-situs budaya dan adat yang diperkuat dengan hukum adat dan PERDESPERDA, 10. Membangun kerja sama dengan semua pihak yang terkait untuk pengembangan ekonomi berbasis budaya dan adat setempat, Program Bidang Sosial Budaya 1. Menginventarisasi, mendokumentasikan dan mengembanangkan sistem data base tentang pengetahuan, kesenian tradisional serta kekayaan-kekayaan intelektual masyarakat adat, 2. Mendorong dan mengembangkan ¨muatan lokal¨ yang berkaitan dengan nilai-nilai adat, bahasa daerahibu dan lingkungan hidup di dalam kurikulum pendidikan formal, 3. Mengembangkan pusat-pusatsimpul-simpul belajar budaya yang bersifat informal dan Mengembangkan sekolah-sekolah khas yang bersifat formal untuk Masyarakat Adat mulai dari tingkat dasar sampai tingkat universitas, 4. Mengembangkan kapasitas dan peningkatan pengetahuan kesenian tradisional serta kekayaan intelektual masyarakat adat, 5. Membentuk Direktorat Kebudayaan Tradisional Nusantara dibawah sekjen AMAN sebagai wadah untuk mengimplementasikan slogan AMAN bermartabat Universitas Sumatera Utara secara Budaya. Perlu ditambahkan kerjasama dengan kementerian terkait untuk kebijakan dan penggalangan dukungan dana APBN, APBD, dll 6. Mengembangkan strategi yang memungkinkan kearifan adat dapat diwariskan kepada generasi muda, 7. Menyelenggarakan even-even di tingkat lokal, nasional dan internasional untuk mempromosikan dan mengembangkan budaya dan adat istiadat Masyarakat Adat nusantara. 8. Mempertahankan hukum adat sesuai dengan komunitas-komunitas masyarakat adat masing-masing. 9. Melakukan perlindungan terhadap situs-situs budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat untuk selanjutnya pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat adat Program Bidang Penguatan Organisasi 1. Mengembangkan sistim pembelaan dan pelayanan yang tangguh untuk masyarakat adat tanggap membela, cepat melayani, aktif melindungi di tingkat komunitas, Daerah, Wilayah dan Nusantara, 2. Meningkatkan kapasitas kader dan Anggota AMAN dengan pengetahuan dan teknik pelayanan, pembelaan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat yang menyeluruh diberbagai lini, 3. Membentuk Unit Usaha; Koperasi, Pemasaran dan simpan pinjam; Credit Union, Dana Abadi AMAN dan Unit-unit Penggalangan serta Pengelolaan dana mandiri di Komunitas. Universitas Sumatera Utara 4. Mengidentifikasi dan meningkatkan kapasitas Kader Penggerak Pemuda dan Perempuan adat di tingkat komunitas, Daerah, Wilayah dan Nusantara, 5. Mendukung dan memfasilitasi secara penuh organisasi-organisai sayap AMAN Perempuan Adat dan Pemuda Adat dan melibatkan mereka secara penuh dalam pengambilan keputusan Organisasi, 6. Mengembangkan sistem informasi dan strategi komunikasi yang cepat dan akurat yang diikuti dengan pengembangan kesadaran di masing-masing tingkatan kepengurusan AMAN mengenai pentingnya informasi dan komunikasi yang cepat dan akurat dalam rangka advokasi hak-hak masyarakat adat dengan menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh masyarakat adat, 7. Membangun jaringan dan penguatan berbagi pengetahuan dan pengalaman antar masyarakat adat. 8. Menentukan secara tegas unit-unit sosial masyarakat adat yang menjadi anggota AMAN, karena hal ini akan berimplikasi luas berkaitan dengan perjuangan menegaskan keberadaan masyarakat adat sebagai subjek hukum. Unit sosial masyarakat adat tidak termasuk kerajaan dan kesultanan. 9. Melakukan verifikasi berkaitan dengan keadaan struktur sosial anggota AMAN, berdasarkan visi AMAN tentang masyarakat adat yang berdaulat, mandiri, bermartabat, adil dan demokratis. Oleh karena itu AMAN harus membantu komunitas dalam melakukan transformasi internal untuk menunjukan kemampuan masyarakat adat sebagai satuan yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan kesehatan, Universitas Sumatera Utara 10. Melakukan pertemuan berkala di komunitas-komunitas anggota AMAN untuk membangun kesadaran bersama tentang persoalan yang dihadapi dan juga untuk merancang masa depan komunitas termasuk rencana pengembangan ekonomi komunitas sehingga kerja-kerja advokasi dapat dilakukan dalam jangka panjang, 11. Memasukan urusan tanggap darurat kasus dan bencana Masyarakat Adat dalam struktur kerja AMAN mulai dari PB, PW hingga PD, 12. Membentuk UKP3 Unit Kerja Pelayanan Pemetaan Partisipatif di dalam Struktur kerja AMAN, 13. Melakukan penggalangan dana ke PD dan dilanjutkan ke komunitas anggota AMAN setempat dengan mengusahakan sumber-sumber pembiayaan yang tidak mengikat, 14. Menyiapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis untuk melaksanakan kegiatan pada PW dan PD, 15. Memfasilitasi dan melengkapi struktur-struktur kerja PB, PW dan PD dan Membentuk sekretariat yang blum ada di PW dan PD serta mengupayakan rumah pertemuan adat yang belum ada di setiap komunitas. SUMBER DANA Untuk mendapatkan dana bagi program, kegiatan dan proyek AMAN maka sumber pendanaan terdiri atas : 1. Iuran anggota. 2. Sumbangan anggota 3. Sumbangan pihak luar yang tidak mengikat Universitas Sumatera Utara 4. Hasil usaha yang sah 5. Kerjasama dengan pihak lain selama tidak bertentangan dengan AD dan ART AMAN. Saat ini AMAN bekerjasama dengan beberapa lembaga pemerintah dan donor. Lembaga donor yang masih melakukan kerjasama dengan AMAN seperti Ford Foundation, Tebtebba Foundation, AIPP, FTZ, Partnership for Governance Reform in Indonesia, RFN, JSDF, IWGIA, Samdhana. Kemudian dukungan pemerintah kepada AMAN seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 4.3.8. Perhimpunan Lembaga Bantuan Hukum Dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara BAKUMSU Berdiri Sejak : 01 January 1970 Email : bmsongayahoo.com ;bakumsutelkom.net; bakumsuindo.net.id alamat : Jln. Air Bersih no. 28 Kel. Sudi Rejo I, Medan Kota 20218 Sumatera Utara Visi : Terwujudnya masyarakat sipil yang kuat dan berpengaruh dalam menegakkan sistem hukum dan tatanan negara hukum yang demokratis Misi :1. Menjalankan ideologi perlawanan secara konsisten dengan upaya bersama membangun aliansi dengan mitra dan organisasi dan atau kelompok rakyat . 2. Menjalankan misi secara konsisten dengan menerapkan nilai-nilai perspektif gender, hak azazi manusia, dan menghargai kemajemukan Universitas Sumatera Utara 3. Menjalankan program secara konphrehensif 4. Membangun komunitas bersama sebagai percontohan demokrasi 5. Pembudayaan hukum dalam kehidupan sehari-hari 6. Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran kritis dan prakarsa rakyat sehingga mampu memperjuangkan hak-hkanya dan tegaknya keadilan dan kebenaran hukum dalam tatanan negara hukum yang demokratis Bidang Kerja 1. Bantuan hukum 2. Studi dan pendidikan 3. Advokasi dan jaringan Wilayah Pelayanan : Sumatera Utara Sejarah Pelayanan Berdiri pada tanggal 7 Januari 2000 di dasarkan atas kebutuhan NGO di Sumatera Utara dimana perlu adanya suatu lembaga bantan hukum yang sungguh serius dan profesional, vocasional menangani kasus struktural dampingan NGO mitra, NGO jaringan, dan Organisasi Rakyat di Sumatera Utara Filsafat Pelayanan Menegakkan supremasi hukum, HAM yang berkedaulatan rakyat dan berkadilan sosial. Bidang Pelayanan 1. Bantuan Hukum 2. Studi Pendidikan Universitas Sumatera Utara 3. Advokasi dan Jaringan Kelompok Dampingan Dampingan NGO mitra dan NGO jaringan BAKUMSU yang mengalami kasus-kasus struktural dan HAM. http:www.jklpk-Indonesia.orgregionaldetail 141perhimpunan-lembaga-bantuan-hukum-dan-advokasi-rakyat-sumatera-utara- bakumsu, diakses 19 september 201, pukul 17:00 Nilai-Nilai Dasar BAKUMSU 1. Demokrasi : Menghargai dan menjunjung tinggi hasil-hasil keputusan Perhimpunan BAKUMSU, menghargai dan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia 2. Solidaritas : Keberpihakan kepada rakyat miskin, tertindas, dan terpinggirkan yang diwujudkan dalam prilaku anggota. 3. Kesetaraan dan keadilan gender :Bahwa setiap laki-laki dan perempuan setara yang dilakukan secara objektif untuk mewujudkan perbaikan sumber daya manusia. 4. Mengembangkan sikap kritis : Kritis terhadap masalah-masalah rakyat, diantaranya menyikapi hak-hak masyarakat adat, tanggungjawab tidak hanya semata-mata pada relasi antara manusianya, akan tetapi juga terhadap alam sekitarnya serta sumber daya alam. 5. Non Partisipan :Bahwa lembaga dan individual yang tergabung dalam Perhimpunan tidak berafiliasi kepada salah satu Partai Politik yang ada. Universitas Sumatera Utara 6. Non Diskriminatif :Tidak membeda-bedakan orang satu sama lain karena perbedaan, suku, ras, agama dan golongan. 7. Kolektivitas :Kebersamaan membangun nilai-nilai hidup dan cita-cita bersama berdasarkan pada peletakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Http:bakumsu.or.idnewsindex.php?Option=com_contentview=articleid =52Itemid=66, diakses 19 september 201, pukul 17:00.

4.4. Temuan Data Dan Interpretasi Data