3. Dengan cara yang sesuai,bentuk akhir informasi yang diterima harus
seserupa mungkin dengan bentuk awal informasi yang dikirimkan dan dalam batas-batas distorsi yang dapat ditolerir.
4. Dalam jumlah maupun kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak
yang semakin jauh dengan biaya yang seekonomis mungkin.
2.1.4 Teori Uses and Gratifications
Teori ini merupakan salah satu teori atau pendekatan yang digunakan dalam komunikasi. Teori uses and gratification memandang individu sebagai
makhluk suprarasional dan sangat selektif. Penggunaan uses isi media untuk mendapatkan pemenuhan gratiftcation atas kebutuhan seseorang atau uses and
gratifications yang ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam
komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu. Teori ini tidak tertarik pada apa saja yang dilakukan media pada
khalayak, tetapi dia tertarik pada apa saja yang dilakukan khalayak terhadap media. Effendy dalam Bungin, 2005: 284.
Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a drmatic break with effect tradition of the past,
suatu lompatan dramatis dari teori jarum hipodemik. Teori ini tidak tertarik terhadap apa yang dilakukan media untuk media. Media
dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Rakhmat, 2004:65.
Uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
yang lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan keterlibatan media kegiatan lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat
lain, dan barang kali termasuk yang tidak kita inginkan.Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana
media mengubah sikap dan prilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadinya dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak
Universitas Sumatera Utara
yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Jalaluddin Rakhmat 2007:205
Pendekatan uses and gratification memberikan alternatif untuk memandang antara isi media dengan audience dan pengkategorian isi media
menurut fungsinya. Meskipun masih diragukan masih adanya satu atau beberapa model uses and gratification, Katz Effendy, 2000:290 menggambarkan
logika yang mendasari pendekatan mengenai uses and gratifications : Yang pertama, kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya
kebutuhan, yang menciptakan harapan-harapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media
atau keterlibatan dalam aktifitas lainnya yang akhirnya menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan
sebelumnya. Sebagai tambahan bagi elemen-elemen dasar tersebut di atas, pendekatan uses and gratifications sering memasukkan unsur motif untuk
memuaskan kebutuhan dan alternatif-alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut Blumler dan Katz dalam Fiske, 2007:213-214 beberapa asumsi mendasar dari uses and gratifications adalah sebagai berikut:
1. Khalayak itu aktif. Khalayak bukanlah penerima yang pasif atas
apa pun yang media siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi program.
2. Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan
program-programnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya.
3. Media bukanlah satu-satunya sumber pemuasan kebutuhan.
4. Orang bisa atau dibuat bisa menyadari kepentingan dan motifnya
dalam kasus-kasus tertentu. 5.
Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah.Semisal, tidaklah relevan untuk menyatakan
program-program infotainment itu sampah, bila ternyata ditonton oleh sekian juta penonton.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan teori ini dapat kita lihat dari sinetron-sinetron televisi yang banyak ditayangkan televisi swasta di Indonesia, sinetron-sinetron ini umumnya
banyak disukai oleh para kaum hawa, khususnya ibu rumah tangga. Hal ini merupakan suatu fenomena yang dapat kita nilai dengan teori Uses and
Gratification , dari fenomena ini bisa dilihat bahwa para ibu rumah tangga menilai
positif akan tayangan sinetron tersebut. Padahal jika kita menilik alur ceritanya, banyak peristiwa budayan yang sama sekali tidak rasional dan sangat
bertentangan dengan pola budaya di Indonesia. Dilihat dari aspek rasionalitas ceritanya juga banyak yang aneh atau ganjil. Dramatisasinya juga sangat bertele-
tele, namun demikian cerita sinetron tersebut masih tetap disukai oleh para ibu rumah tangga. Contoh di atas membuktikan bahwa audiens berlaku aktif dalam
memilih tayangan yang disampaikan oleh media massa. Dalam kasus perkembang media tradisional ke media baru. Uses and
gratifications sangat penting posisinya untuk memetakan kecenderungan media
baru yang menjadi suplemen atau bahkan menggantikan posisi media tradisional di dalam masyarakat Baran Davis, 2009:238.
Akan tetapi, uses and gratifications juga tidak lepas dari adanya kritik. Beberapa pakar menilai teori ini terlalu membesar-besarkan peran pengguna
media dalam memilah media. Mereka menilai bahwa sebagian besar pengguna media adalah kelompok yang pasif dan dan hanya menjalani kebiasaan, dan tidak
masuk akal untuk menanyakan tentang hal itu kepada orang-orang tersebut. Menurut teori ini, konsumen media memiliki kebebasan untuk
memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas media mana yang mampu memuaskan kebutuhan khalayak, serta bagaimana media itu akan
berdampak bagi khalayak itu sendiri. Seleksi itu terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku
untuk semua jenis media baik cetak maupun elektronik.
Universitas Sumatera Utara
Katz, Blumler dan Gurevitch 1974, dalam Baran Davis, 2009:241-242 menjelaskan juga adanya situasi sosial yang membuat seorang pengguna
membutuhkan media, antara lain: 1.
Situasi sosial dapat melahirkan tekanan dan konflik, ketika itu konsumsi media bisa jadi adalah obat untuk keluar dari tekanan tersebut.
2. Situasi sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus
mencari informasi yang ditawarkan pada media. 3.
Situasi sosial dapat membatasi peluang untuk berinteraksi di dunia nyata, di situlah media dapat berfungsi sebagai suplemen atau bahkan
menggantikan kehidupan nyata tersebut. 4.
Situasi sosial seringkali melahirkan nilai-nilai sosial tertentu. Pemenuhan kepuasan dari nilai-nilai tersebut dapat difasilitasi oleh konsumsi media
tertentu. 5.
Situasi sosial dapat membuat pengguna semakin akrab dengan media. Kedekatan pengguna dengan media beserta isinya, dimaksudkan untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam kelompok-kelompok tertentu.
Namun teori Uses and Gratification ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan..Beberapa kelebihan dan kekurangan teori Uses and
Gratification ini antara lainv Baran Davis, 2009:242 :
1. Kelebihan dari teori Uses and gratification adalah :
Mengubah audiens yang cenderung pasif menjadi audiens yang lebih aktif dan selektif.
2. Untuk mengontrol penggunaan media dalam kehidupan kita.
3. Untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan dan pencapaian tujuan dari
fungsi media itu sendiri. Kekurangan dari teori Uses and Gratification adalah:
1. Seseorang menjadi ketergantungan terhadap suatu media sehingga tidak
dapat berkembang
Universitas Sumatera Utara
2. Audiens akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dengan media
dengan berbagai cara, meskipun itu merugikan dirinya sendiri 3.
Media sering kali menciptakan kebingungan dan ketika hal yang membingungkan itu hadir, ketergantungan kepada media akan
meningkat.
2.1.5 Teori afiliasi