Cara Perkembangbiakan Manfaat Rhodopyta

8 ekonomis penting adalah dari kelas alga merah yang mengandung karaginan dan agar-agar. Alga yang mengandung karaginan karaginofit adalah dari marga Euchema, Kappaphycus dan Hypnea, sedangkan yang mengandung agar-agar agarofit dari marga Gracilaria dan GelidiumKordi, 2011. Kebanyakan Rhodophyta hidup di dalam air laut, terutama dalam lapisan- lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya yang bergelombang pendek. Hidupnya sebagai bentos, melekat pada substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat. ThallusRhodophyta ini bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan sederhana bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim Tjitrosoepomo, 2009. Banyak jenis biota laut, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dari perairan laut Indonesia yang berpotensi untuk dibudidaya di laut. Beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomis dan berpotensi atau yang telah dibudidayakan adalah Eucheuma, Gracilaria, Gelidium, Gelidiopsis dan Hypnea. Segi biologi rumput laut ini harus dikuasai yaitu meliputi pola perkembangbiakan dan ekologinya Romimohtarto dan Juwanna, 2009.

2.2.2. Cara Perkembangbiakan

Daur hidup beberapa jenis alga merah sangat majemuk. Pada bentuk-bentuk yang lebih tinggi tingkatnya menjadi pergantian generasi secara morfologik yang teratur. Dalam hal ini dapat saja sporofit dan gametofit kelihatan dari luar sama. Salah satu sifat yang menarik dari perkembangbiakan alga merah ini adalah sama sekali tidak adanya spora atau gamet berenang yang berbulu getar atau bercambuk. Ini merupakan penyimpangan dari kebiasaan yang diikuti oleh perkembangan jasad hidup yang terjadi dalam media air. Hal ini membuat penyebaran dan pertemuan intim antara sel-sel perkembangbiakan tergantung pada arus dan karena itu semuanya tergantung pada faktor kesempatan atau keberuntungan Romimohtarto dan Juwanna, 2009. Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora dapat pula secara seksual oogami. Baik spora maupun gametnya tidak Universitas Sumatera Utara 9 mempunyai bulu cambuk sehingga tidak dapat bergerak aktif Tjitrosoepomo, 2009. Pada alga reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel dan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada alga merah. Pada alga yang bersel satu uniseluler setiap individu mempunyai kemampuan untuk membelah diri dan membentuk individu baru. Pada alga yang multiseluler bersel banyak seperti Enteromorpha, Polysiphonia, Gracilaria dan Eucheuma, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan Aslan, 1991. Reproduksi yang terjadi pada jenis alga merah ini terjadi secara aseksual yaitu dengan cara membelah sel atau dengan cara spora, sedangkan proses reproduksi secara seksualnya belum banyak diketahui.

2.2.3. Manfaat Rhodopyta

Makroalgamerupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan dan tersebar wilayah perairan Nusantara terutama di daerah pesisir intertidal dan pulau-pulau karang. Makroalga atau yang lebih dikenal dengan seaweed mempunyai fungsi untuk dapat mempertahankan keragaman sumber daya hayati laut, memiliki peranan penting baik dari segi biologis, ekologis maupun ekonomis Rumansara, 2012. Makroalga yang tergolong Rhodophyta beberapa diantaranya mengandung bahan yang cukup penting yaitu carrageenan. Carragenophyta adalah kelompokmakroalga penghasil carrageenan. Kelompok ini antara lain Chondrus, Gigartina dan Eucheuma. Dalam dunia industri carrageenan berbentuk garam bila bereaksi dengan sodium, kalsium dan potasium yang akan menghasilkan agar-agar dan algin Aslan, 1991. Pemanfaatan alga sebagai biodiesel dalam memanfaatkan biodiesel yang berasal dari tanaman daratan, yaitu kutub yang berorientasi pada penggunaan lahan untuk pangan dan kutubyang cenderung mengkonversi lahan untuk bahan baku biodiesel dari tanaman sebagai energi terbaru. Keberadaan rumput laut Universitas Sumatera Utara 10 sebagai sumber energi alternatif tidak akan mengganggu pemanfaatanlahan daratan. Kegunaan rumput laut itu sangat luas dan dekat sekali dengan kehidupan manusia Suparmi dan Sahri, 2009. Agar-agar merupakan suatu asam sulfurik, ester dari galaktan linier. Bentuk gel diekstrak dari Agarophyt berasal dari kelompok Rhodophyta. Penghasil agar-agar antara lain Gracilaria, Gelidium, Ahnfeltia, Pterocladia dan dari jenis Achanthopeltis. Agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada temperatur 32-39 o C berbentuk bekuan solid dan tidak mencair pada suhu di bawah 85 o C. Dalam industri farmasi agar-agar berguna sebagai pencahar atau peluntur dan kultur bakteri. Dalam industri kosmetik digunakan dalam pembuatan salep, cream, sabun dan pembersih wajah atau lotion. Beberapa industri lain memanfaatkan agar-agar sebagai bahan tambahan, misalnya pada industri kertas, tekstil, fotografi, semir sepatu, tapal gigi, pengalengan ikan atau daging dan juga untuk kepentingan mikrotomi, museum dan kriminologi Aslan, 1991. Eksplorasi sumber alternatif biopigmen selain dari tumbuhan dan makroorganisme lain perlu terus diupayakan, mengingat pigmen memiliki berbagai macam bioaktifitas yang menguntungkan bagi manusia. Eksplorasi potensi rumput laut sebagai sumber biopigmen alternatif, diharapkan dapat menambah potensial keragaman pigmen yang telah ada. Warna thallus rumput laut yang berbeda-beda sebagai salah satu ciri morfologinya, diduga merupakan manifestasi dari pigmen yang disintesis oleh rumput laut. Agen pemberi warna rumput laut tersebut merupakan pigmen, seperti klorofil dan karotenoid, serta beberapa pigmen unik lainnya Suparmi dan Sahri, 2009. Makroalga memiliki manfaat yang sangat banyak yang digunakan dalam bidang industri, makanan, obat-obatan dan energi sehingga permintaan untuk komoditi makroalga semakin meningkat. Untuk memenuhi keperluan tersebut tidak hanya bergantung pada potensi produksi alam saja, tetapi masyarakat harus melakukan budidaya makroalga, sehingga spesies-spesies makroalga tersebut diketahui potensinya dan pengembangan produksinya sesuai yang diperlukan Sulistijo dalam Langoy et al., 2011. Universitas Sumatera Utara 11

2.3. Faktor Fisik dan Kimia Perairan