BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perairan Pantai
Lebih kurang tiga perempat bagian dari permukaan bumi tertutup air. Dari segi ekosistem, dapat dibedakan menjadi air tawar, air laut dan air payau seperti yang
terdapat pada muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem tersebut, air laut dan air payau merupakan bagian yang terbesar, yaitu lebih dari 97. Sisanya
adalah air tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya yang membutuhkan untuk keperluan hidupnya Barus, 2004.
Indonesia terdiri dari laut yang wilayahnya sekitar 70, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati dan lingkungan yang berpotensial.
Keadaan ini merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan di sektor perikanan. Dewasa ini usaha-usaha pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup terus dilakukan. Dengan adanya perluasan wilayah kedaulatan dan wilayah kekayaan alam perairan Indonesia, yang awalnya 2 juta km
2
menjadi 9 juta km
2
Aslan, 1991. Ekosistem pantai terletak pada perbatasan dengan ekosistem darat, laut
dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga
dapat melekat erat di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat, hempasan gelombang dan hembusan angin
menyebabkan pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat sehingga membentuk hutan pantai Asriyana dan Yuliana, 2012.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia juga mempunyai tatanan geografi laut
yang luas dilihat dari topografi dasar lautnya. Laut sama halnya seperti daratan yang dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme
hidup. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja
Universitas Sumatera Utara
5 karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya sangat
besar terhadap kehidupan manusia Romimohtarto dan Juwanna, 2009. Rumput laut merupakan komoditi yang pemanfaatannya cukup luas dalam
kehidupan sehari-hari, baik untuk dikonsumsi secara langsung, maupun sebagai bahan baku berbagai industri sehingga secara komersial, budidaya komoditi
tersebut bersifat sangat menguntungkan. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa produksi dalam negeri komoditas tersebut belum mencapai
target yang dicanangkan sesuai ketersediaan lahan budidaya potensial yang tersebar pada berbagai perairan di Indonesia Jaya dan Rasyid, 2009.
Perbedaan sifat dan biologis makroalga di Indonesia mengakibatkan pula perbedaan cara penyebaran di wilayah negara Indonesia. Perairan pantai yang
potensial di Indonesia, menyebabkan hampir seluruh perairan pantai di tiap provinsi dapat ditumbuhi makroalga. Beberapa jenis makroalga di Indonesia yang
dapat dimanfaatkan untuk ekspor utamanya dari genus Eucheuma, Gracilaria, Gelidium dan Hypnea Aslan, 1991.
2.2. RhodophytaAlga Merah