Mengapresiasi Prosa Uraian Materi

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H 11 4. Hindari pembukaan yang bertele-tele 5. Jangan ragu-ragu dan malu-malu 6. Hindari merevisi sebelum tulisan selesai Walaupun Anda sedang menulis karya sastra fiksi, Anda harus menuliskan kejadiannya seolah ada dalam kehidupan nyata. Bila bercerita tentang pelajar, jangan lupa menggambarkan kelengkapannya, misalnya tentang ruang kelas, guru, lapangan olah raga, dan lain-lain. Jika bercerita tentang petualang, gambarkan pula suasana hutan, sungai, bebatuan, dan lain-lain. Pada intinya, agar cerpen tampil menarik buatlah ceritanya menjadi hidup. Buatlah deskripsi nyata tentang diri pelaku dan keadaan sekitarnya. Jangan jadikan cerita Anda gersang, kaku, yang berakibat tidak menarik minat pembaca.

6. Pembelajaran Menulis Cerpen

Pembelajaran apresiasi prosa dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama; guru memilih sebuah cerita pendek yang sesuai dengan usia siswa, tingkat keterbacaan, dan nilai kehidupan. Mengingat waktu pembelajaran yang sangat terbatas, harus dipilih sebuah cerpen yang tidak terlalu panjang. Guru hendaknya sudah membaca lebih dulu, materi cerita yang hendak dibahas terutama struktur pembentuknya yang terdiri atas unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik terutama informasi tentang pengarang, kepengarangan, dan karya-karya pengarang tersebut. Kedua; menugaskan siswa untuk membaca cerita pendek tersebut dengan cermat. Andai cerita pendek tersebut cukup panjang, siswa diminta membaca dulu di rumah sebelum hari pembelajaran. Pada saat pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan, antara lain:  Bagaimana kesan Anda setelah membaca cerpen tersebut? Nilai-nilai apa sajakah yang Anda peroleh setelah membaca prosa tersebut?  Jika tidak ada yang menjawab, guru melanjutkan dengan memberi pertanyaan penegasan: Menarikkah ceritanya? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam menarik, tidak menarik, membosankan, tidak tahu, dsb.. Berdasarkan jawaban tersebut, guru mengajak siswa untuk menelaahnya lebih jauh lagi. 12 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H Ketiga; guru membimbing siswa untuk selanjutnya menganalisis struktur prmbangun cerita, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi guru-siswa, siswa-guru,dan siswa-siswa secara maksimal. Urutan penganalisisan, jenis pertanyaan, dan pembimbingan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. alur dan plot cerita 2. tokoh pendukung cerita dan wataknya 3. sudut pAndang atau pusat penceritaan 4. tema cerita dan amanat yang disampaikan 5. penggunaan bahasa dan gaya bahasa pengarang 6. unsur ekstrinsik yang menunjang cerita Keempat; setelah analisis selesai dilakukan, setiap siswa diminta menyusun pendapatnya mengenai cerita tersebut secara lengkap disertai alasannya. Satu atau dua siswa diminta membacakan pendapatnya di muka kelas. Teknik Menulis Prosa Evita, Kenangan Lama, Dia yang Malang, dan Reportase Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan terutama menulis prosa fiksi. Berikut ini dipaparkan teknik-teknik menulis prosa menurut Sofia Mafaza: 1. Teknik Evita 2. Teknik Kenangan Lama 3. Teknik Dia yang Malang 4. Teknik Reportase Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama; munculkan seorang tokoh bernama Evita, yang kelak akan dijadikan sebagai objek konflik. Langkah kedua; siswa lain menjadi tokoh lain, yang terlibat dalam peristiwa dengan berdialog dengan tokoh lain. Selanjutnya; siswa diminta untuk mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka dialogkan, menjadi sebuah prosa. Diserahkan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H 13 kepada masing-masing siswa akan memulai dari peristiwa mana, yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan. Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan memori kenangan yang paling berkesan dalam diri siswa. Kemampuan menggali sesuatu yang pernah dialami dan keterampilan meramu konflik menjadi sebuah alur yang runtut, merupakan satu modal besar bagi siswa. Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa tragis atau mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu bagian yang menarik untuk masuk ke inti cerita. Maksudnya, sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali peristiwa pertemuan dengan tokoh yang malang. Kemudian dia menceritakan, dan setelah itu mengakhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan pertama. Jadi akhir cerita berlatar sama dengan latar pertemuan. Teknik Reportase merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat, baik peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa berdasarkan pengalaman. Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.

D. Aktivitas Pembelajaran

Tahap 1. Persiapan Pembedahan Materi Mengapresiasi Karya Sastra secara Reseptif dan Produktif. Langkah-langkah: Pembentukan Kelompok 1. Peserta membentuk 4 empat kelompok, yaitu: 2 kelompok membahas teori prosa dan genre prosa, 2 kelompok lain membahas unsur intrinsik- ekstrinsik prosa dan langkah-langkah menulis prosa. 2. Setiap kelompok diberi nama kelompok A, B, C, D sebagai kelompok asal. 3. Setiap anggota kelompok asal diberi kode A1, A2, A3, sampai A10; B1, B2, B3, sampai B10, dan seterusnya.