Pembahasan KasusLK Indonesia SMP Modul_KK_H_Profesional-1

26 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang: 1 drama, 2 manusia, 3 kehidupan, dan 4 bahasa. Pendekatan Apresiasi Drama Terdapat empat pendekatan yang bisa digunakan dalam mengapresiasi drama, yaitu pendekatan: 1 objektif, 2 mimesis, 3 genetis, dan 4 pragmatis Effendi, 2002:10-11. Pendekatan objektif ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai karya yang utuh dan mandiri. Artinya, karya drama dapat dibaca dan dipahami tanpa harus mengaitkan dengan kehidupan di sekitar kita sebagai sumber penciptaannya dan masyarakat pembaca sebagai penikmatnya. Menurut pendekatan objektif, karya drama tetap dapat dipahami hanya dengan membaca naskah itu sendiri. Pendekatan mimesis ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai hasil cipta manusia yang ditulis berdasarkan bahan-bahan yang diangkat dari semesta atau tiruan kehidupan. Untuk itu, sebuah karya drama mustahil dipahami tanpa mengaitkannya dengan semesta sebagai sumber penciptaannya. Dengan kata lain, untuk dapat memahami drama secara mendalam diperlukan kegiatan mendialogkan secara terus-menerus antara penghayatan dan pemahaman terhadap apa yang ditulis dalam naskah drama yang dibaca dengan pengetahuan dan pengalaman hidup sang apresiator Effendi, 2002: 11. Pendekatan genetis atau dikenal juga sebagai pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai hasil cipta penulisnya. Untuk itu pemahaman atas karya tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa mengaitkannya dengan pencipta karya tersebut. Dengan demikian, untuk dapat memahami naskah drama, apresiator perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang penulis drama tersebut. Pendekatan pragmatis ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai sesuatu yang baru bermakna jika sudah berhadapan dengan masyarakat pembaca atau penonton. Karya drama baru dianggap bernilai setelah dapat diterima oleh masyarakat pembacanya. Agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pembaca, karya drama harus mempunyai Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H 27 makna dan bermanfaat bagi pembacanya. Manfaat karya drama bagi masyarakat antara lain: menghibur, memberikan tambahan pengetahuan atau pengalaman tertentu kepada pembaca, atau dapat menjadi media berkaca diri bagi pembacanya. Konsep Dasar tentang Drama Menurut Tarigan 1984:73 ada dua pengertian drama, yaitu: 1 drama sebagai text play atau reportair dan 2 drama sebagai theatre atau performance. Hubungan antara keduanya sangat erat. Dengan kata lain, setiap lakon atau pertunjukan harus mempunyai naskah yang akan dipentaskan. Sebaliknya tidaklah otomatis setiap naskah merupakan teater, sebab ada kemungkinan naskah tersebut hanya berfungsi sebagai bahan bacaan, bukan untuk pertunjukan. Jadi, ada naskah yang dibuat untuk dipentaskan namun ada naskah yang lebih cocok untuk dibaca dan tidak berlanjut untuk pementasan. Misalnya drama Awal dan Mira karangan Utuy Tatang Sontani, drama ini sulit untuk dipentaskan tetapi enak untuk dibaca Rosidi, 1982:114. Perbedaan antara keduanya, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Drama sebagai text-play atau naskah merupakan hasil sastra milik pribadi penulis drama tersebut, sedangkan drama sebagai teater merupakan seni kolektif sebagai hasil kerja bersama. 2. Naskah masih memerlukan pembaca soliter atau pembaca yang mempunyai perasaan bersatu, sedangkan teater memerlukan penonton kolektif dan penonton berperan sangat penting. 3. Naskah masih memerlukan penggarapan yang baik dan teliti baru sebelum dipanggungkan sebagai teater dan menjadi seni kolektif. 4. Naskah berupa bacaan, sedangkan teater ialah pertunjukan atau tontonan. Berdasarkan hal di atas, antara naskah dan teater harus dapat dibedakan secara tegas, walaupun pada umumnya penulisan naskah drama bertujuan untuk dipentaskan atau dilakonkan. Aspek yang dibahas atau materi utama pada naskah text-play ialah: a premis tema, b watak, dan c plot, sedangkan pada pementasan ialah: a naskah, b pelaku, c pentas, d 28 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H perlengkapan pentas, e tata busana kostum, f tata rias, g cahaya, h dekorasi, dan i musik bandingkan dengan Syam, 1984:17. Rumusan tentang perbedaan kedua pemikiran di atas dapat juga dibandingkan dengan pendapat Martoko 1984:158 dalam pembatasannya tentang pengertian pementasan, yang menyatakan Pementasan itu merupakan sebuah sintesis dan mengimbau pada beberapa indera sekaligus. Unsur-unsur Drama Struktur pembangun drama lazim dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik drama adalah berbagai unsur yang terdapat dalam karya sastra berwujud teks drama, yang secara langsung membangun dari dalam karya tersebut, seperti: tema dan amanat, tokoh, karakter, latar, serta unsur bahasa yang berbentuk dialog. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks drama, tetapi ikut berperan melengkapi keutuhan makna teks drama tersebut. Unsur tersebut antara lain: biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masyarakat yang menunjang penciptaan karya drama. Unsur intrinsik drama adalah berbagai unsur yang secara langsung terdapat dalam karya sastra yang berwujud teks drama, seperti: tema, alur dan plot, tokoh, penokohan dan perwatakan, amanat, karakter, latar, serta unsur bahasa yang berbentuk dialog. 1 Tema Tema merupakan dasar atau inti cerita. Suatu cerita harus mempunyai tema atau dasar yang paling penting dari seluruh cerita. Cerita yang tidak memiliki dasar tidak ada artinya sama sekali atau tidak berguna Lubis, 1981: 15. Tema sebagai central idea and sentral purpose merupakan ide dan tujuan sentral Stanton, 1965: 16. Menurut Nurgiyantoro 1995: 70 tema dapat dipandang sebagai gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan dipergunakan untuk mengembangkan Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional H 29 cerita. Dengan kata lain, cerita harus mengikuti gagasan utama dari suatu karya sastra. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: 1 tema merupakan dasar suatu cerita rekaan, 2 tema harus ada sebelum pengarang memulai cerita, 3 tema dalam naskah drama tidak ditampilkan secara eksplisit, ttapi tersirat di dalam seluruh cerita, dan 4 dalam satu cerita atau drama terdapat tema dominan atau tema sentral dan tema-tema kecil lainnya. Menganalisis tema haruslah: 1 dibaca seluruh lakon untuk kemudian dipahami, 2 dicermati peristiwa atau konflik dalam lakon, karena konflik dalam drama berkaitan erat dengan tema lakon, 3 dipahami seluruh sepak terjang tokoh utamanya, sebab tokoh utama biasanya diberi tugas penting untuk mengusung tema lakon. Tokoh utama perlu diberi pertanyaan misalnya: permasalahan konflik apa yang dihadapinya, selain tokoh utama? Siapa sajakah yang terlibat dalam permasalahan atau konflik? Bagaimana sikap dan pAndangan tokoh utama terhadap permasalahan tersebut? Bagaimana cara berpikir tokoh utama dalam menghadapi permasalahankonflik? Apa yang dilakukan dan bagaimana pengambilan keputusan terhadap permasalahan konflik yang dihadapinya? 2 Plot dan Alur Endraswara 2002:24 menjelaskan bahwa plot menjadi kunci sukses drama. Penataan plot yang baik akan mengikat penonton, sehingga betah duduk menyaksikan pentas hingga usai. Waluyo 2009: 14 menjelaskan bahwa alur yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca dapat menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Abdurrosyid 2009:9 berpendapat bahwa dalam membangun alur terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis, meliputi: 1 faktor kebolehjadian: peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal, 2 faktor kejutan surprise: peristiwa- peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak atau dikenali oleh pembaca, dan 3 faktor kebetulan suspense: peristiwa-peristiwa tidak diduga atau secara kebetulan terjadi.