Gejala Klinis Gangguan Autistik

2.5.3. Gejala Klinis

Gejala klinis menurut Kaplan, dkk, 2011 adalah: 1. Gangguan kualitatif pada interaksi sosial Semua anak autistik gagal menunjukkan keakraban yang lazimnya terhadap orang tua mereka dan orang lain. Terlihat juga kegagalan mereka untuk bermain dengan teman sebaya dan membuat persahabatan, kejanggalan dan ketidaksesuaian sosial mereka, dan terutama kegagalan mereka untuk mengembangkan sikap empati. 2. Gangguan komunikasi dan bahasa Anak-anak autistik enggan untuk berbicara dan tidak ada usaha untuk kompensasi misalnya melalui mimik atau gerak. Penyimpangan bahasa, seperti keterlambatan bahasa adalah karakteristik untuk anak autistik. Kira-kira 50 persen dari semua anak autistik tidak pernah menggunakan pembicaraan yang berguna. Pembicaraan mereka mengandung ekolalia menirumembeo, baik segera atau terlambat atau frasa stereotipik di luar konteks. Kelainan tersebut sering disertai dengan pembalikkan kata sebutan, yaitu seorang anak perempuan berkata, “kamu ingin mainan” saat ia bermaksud menginginkan mainan. 3. Perilaku stereotipik Aktivitas dan permainan anak autsitik adalah kaku, monoton, dan berulang. Fenomena ritualistik dan kompulsif sering ditemukan pada anak autistik. Anak-anak autistik sering kali memutarkan, membanting, dan membariskan benda-benda dan menjadi terlekat pada benda mati. 4. Ketidakstabilan mood dan afek Beberapa anak autistik menunjukkan perubahan emosional yang tiba-tiba, dengan ledakan tertawa atau tangisan tanpa terlihat alasan dan tidak mengekspresikan pikiran yang sesuai afek. 5. Respon terhadap stimuli sensorik Anak-anak autistik mungkin responsif secara berlebihan atau kurang responsif terhadap stimuli sensorik sebagai contoh, suara dan nyeri. Mereka mungkin secara selektif mengabaikan ucapan yang diarahkan Universitas Sumatera Utara padanya, sehingga mereka sering disangka tuli. Banyak anak autistik yang memiliki peningkatan ambang nyeri atau perubahan respons terhadap nyeri. Malahan, anak autistik mungkin melukai dirinya sendiri secara parah dan tidak menangis. Beberapa anak secara khusus menikmati stimulasi vestibular seperti berputar-putar, berayun-ayun, dan bergerak naik dan turun. 6. Gejala perilaku lainnya Hiperkinesis adalah masalah perilaku yang sering pada anak autistik yang muda. Hipokinesis lebih jarang, jika ada, sering kali berganti-ganti dengan hiperaktivitas. Agresivitas dan temper tantrum terlihat sering kali dengan alasan yang tidak jelas, atau disebabkan perubahan atau tuntunan. Perilaku melukai diri sendiri adalah berupa membenturkan kepala, menggigit, mencakar, dan menarik rambut. Rentang perhatian yang pendek, ketidakmampuan sama sekali untuk memusatkan pada pekerjaan, insomnia, masalah pemberian makanan, enuresis inkontinensi urinmengompol dan enkopresis inkontinensi feses juga sering ditemukan. 7. Fungsi intelektual Kira-kira 40 persen anak-anak dengan autisme infantil memiliki nilai intelegensi IQ dibawah 50-55 retardasi mental sedang, berat atau sangat berat: 30 persen memiliki nilai 50-70 retardari mental ringan; 30 persen memiliki nilai 70 atau lebih. Kira-kira seperlima dari anak autistik memiliki kecerdasan nonverbal yang normal. Nilai IQ anak autistik cenderung mencerminkan masalah dengan keterampilan verbal dan abstraksi, bukannya dengan keterampilan visuospasial dan daya ingat jauh, yang mengesankan kepentingan defek dalam fungsi yang berhubungan dengan bahasa. Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Etiologi