mempengaruhi perceived value dari konsumen, dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah :
H4: Ada hubungan yang positif antara perceived acceptability of price
dengan perceived value
5. Perceived Brand Quality
Variabel ini didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan
berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Karena perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan, maka perceived quality tidak
dapat ditentukan secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki
kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa membahas perceived quality berarti akan
membahas keterlibatan atau kepentingan pelanggan. Kaitannya dengan purchase intent, kajian literatur mengindikasi
hubungan positif antara perceived brand quality dengan perceived store image. Mazursky dan jacoby, 1986 menemukan bahwa store image dapat
ditingkatkan dengan mengasosiasikan dengan merek yang kuat. Sebaliknya, citra toko yang kuat dapat dirusak dengan merek yang
mempunyai tingkat penerimaan rendah. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah :
H5: Ada hubungan yang positif antara perceived brand quality dengan
perceived store image
6. Perceived Store Image
Variabel ini didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap citra sebuah toko Nevin and Houston, 1980. Citra toko meliputi beberapa
karakteristik seperti lingkungan fisik dari toko, tingkat layanan, dan kualitas barang Baker, Grewal, dan Parasuraman, 1994; Zimmer dan
Golden, 1988. Menurut Simamora 2003, p.168 dua faktor yang mendukung store
image yaitu external impression dan internal impression: a.
External impression Secara eksternal, penempatan lokasi toko, desain arsitek, tampak muka
toko, logo, pintu masuk serta etalase muka merupakan bagian dari citra sebuah toko. Atribut-atribut tersebut ternasuk salah satu alat
komunikasi non-verbal dalam menyampaikan citra toko yang diinginkan oleh retailer kepada konsumennya.
b. Internal impression
Secara internal, citra sebuah toko dapat diciptakan menurut warna toko, bentuk toko, ukuran toko, penempatan departemen, pengaturan
lalu lintas pengunjung, pengaturan penempatan display, penggunaan lampu, serta pemilihan perlengkapan toko. Khusus pemilihan citra
toko secara internal, sebuah retailer harus memperhatikan target pasar