bisa juga berupa bercak di celana dalam. Adanya keluhan disuria, namun tidak sehebat nyeri pada infeksi gonore. Pada pemeriksaan klinis, bisa didapati muara
uretra tampak tanda peradangan berupa edema dan eritema, dapat ringan sampai berat. Pada wanita, gejala sering asimtomatis. Bila ada, keluhan berupa duh
genital yang kekuningan. Pada pemeriksaan klinis genital dapat ditemuakn kelainan serviks, misalnya terdapat eksudat serviks mukopurulen, erosi serviks,
atau folikel-folikel kecil Lumintang, 2007. d Diagnosis
Dengan memperhatikan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium berupa permeriksaan apusan sekret uretra atau serviks.
Pada pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan gram dengan pewarnaan Gram ditemukan leukosit 5 pada pemeriksaan mikroskop dengan pembesaran 1000
kali. Pada pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan gram didapatkan 30 leukosit per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali.
Tidak dijumpai diplokokus gram negative, serta pada pemeriksaan sediaan basah tidak dijumpai adanya parasit Trichomonas vaginalis Lumintang, 2007.
2.4.5 Gonore a Defenisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoea
Daili, 2008. Gonore merupakan penyakit yang sebagian besar merupakan penyakit pada orang mud. Insidensi memuncak pada pria dan
wanita saat berusia 18-24 tahun. Selain usia, faktor resiko lain seperti keadaan sosio ekonomi yang rendah, lingkungan urban, ras non kulit putih, pria
homoseksual dan prostitusi Heffner dan Schust, 2008.
b Etiologi
Neisseria gonorrhoeae termaksuk golongan diplikok berbentuk biji kopi
berukuran lebar 0,8µ dan panjang 18µ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat Gram Negatif, terlihat di luar dan di
Universitas Sumatera Utara
dalam le ukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati daam keadaan kering, tidak tahan diatas suhu 39
o
C, dan tidak tahan zat desinfektan. Pada umumnya gonore ditularkan melalui hubungan kelamin, yaitu secara genito-
genital, oro-genital dan ano-genital. Daili, 2008 c Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5 hari. Infeksi Neisseria gonorrhoeae pada laki-laki bersifat akut yang didahului rasa
panas di bagian distal uretra, diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih seperti disuria dan polakisuria. terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau sero-
purulen. kadang –kadang terdapat juga ektropion. Pada beberapa keadaan duh
tubuh baru keluar setelah pemijatan atau pengurutan duh tubuh korpus penis
ke arah distal, tetapi pada kedaan penyakit yang lebih berat nanah tersebut menetes sendiri keluar.
Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatis. Gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservitis di mana
bersifat purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servitis gonore kadang mempunyai gejala yang minimal. disuria atau keluar sedikit duh tubuh
dari uretra yang mungkin disebabkan oleh uretritis yang menyertai servitis. Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah. Jika servitis gonore tidak diketahui
atau asimtomatis, maka dapat berkembang menjadi PID Pelvic Inflammatory
Disease . Nyeri ini merupakan akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium,
tuba fallopi, ovarium dan peritoneum Murtiastutik, 2008. d Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksan penunjang berupa sediaan langsung dan kultur Dailli,2008. Pus dan
sekret diambil dari uretra, serviks, rektum, konjungtiva, tenggorokan atau cairan synovial untuk dikultur dan dibuat sediaan apus. Dengan perwarnaan gram, pada
sediaan apus eksudat uretra atau endoserviks menunjukkan adanya diplokokus dalam sel pus. Pembiakan Neisseria gonorrhoea dilakukan di medium selektif
Universitas Sumatera Utara
seperti medium Thayer-Martin dimodifikasi. Pada pria, bila hasil pewarnaan postif, maka tindakan biakan tidak perlu dilakukan, tetapi pada wanita, meskipun
hasil pewarnaannya positif, tetap perlu dilakukan kultur. Sediaan apus eksudat konjungtiva yang diwarnai dengan pewarnaan gram dapat juga bersifat diagnostik,
tetapi sediaan apus spesimen dari tenggorokan atau rectum secara umum tidak membantu. Brooks, et al., 2008. Untuk identifikasi kultur, ada dua macam
media yang bisa digunakan yaitu media transpor media stuart dan media transgrow dan media pertumbuhan, seperti Mc Leod’s chocolate agar, Media
Thayer Martin, dan Modified Thayer Martin Agar Daili, 2008. 2.4.6 Sifilis
a Defenisi
Sifilis adalah IMS yang disebabkan oleh Treponema palidum. Sifilis memiliki banyak gejala klinis dan gejalanya menyerupai penyakit infeksi lain, oleh karena
itu sering juga disebut “great impostor”. Angka kejadian sifilis masih ditemukan cukup tinggi, di Amerika pada tahun 2006-2007 angka kejadiannya mengalami
peningkatan sebanyak 12. Kelompok yang paling sering mengalami infeksi ini adalah laki-laki yang homoseksual Euerle, 2012.
b Etiologi
Treponema pallidum memilik bentuk spiral yang ramping dengan lebar kira-
kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm. Basil gram negatif. Organisme ini aktif bergerak, berotasi dengan cepat di sekitar endoflagelnya. Mempunyai sifat
pertumbuhan yang mikroaerofilik, baik hidup di lingkungan dengan kadar oksigen 1-4. Brooks, et al., 2008. Sifilis ditularkan melaui hubungan seksual, dari ibu
ke fetusnya, transfusi darah dan juga dapat melalui kontak terhadap luka yang infeksius Euerle, 2012.
Universitas Sumatera Utara
c Gejala Klinis 1. Sifilis Primer
Masa inkubasi adalah sekitar 1 minggu sampai 3 bulan setelah paparan. Klausner dan Hook, 2007. Tanda klinis yang pertama muncul adalah tukak,
dapat terjadi dimana saja di daerah genitalia eksterna. Lesi awal biasanya papul yang mengalami erosi, teraba keras karena terdapat undurasi. Permukaan dapat
tertutup krusta dan terjadi ulserasi. Ukuran bervariasi 1-2 cm. Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi bakteri lain, maka
akan berbentuk khas dan hampir tidak ada rasa nyeri.
Pada pria selalui disertai pembesaran kelenjar limfe inguinal medial unilateral bilateral. Tukak jarang terlihat pada genitalia eksterna wanita karena lesi sering
pada vagina dan serviks. Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks, berupa erosi atau ulserasi yang dalam. Lesi primer tidak selalu ditemukan
pada genitalia eksterna, akan tetapi juga dapat di luar genitalia seperti bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan
sembuh spontan dalam waktu 4 sampai 6 minggu. Makin lama lesi terjadi, makin banyak kemungkinan tes serologis menjadi reaktif. Bila lelah terjadi sekitar
4 minggu atau lebih, kemungkinan tes serologis sudah reaktif Hutapea, 2007. 2. Sifilis Sekunder
Biasanya timbul setelah enam sampai delapan minggu sejak sifilis primer dan sejumlah sepertiga kasus masih disertai sifilis primer. Gejala umumnya tidak
berat, berupa anoreksia, turunnya berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, atralgia. Kelainan di kulit menyerupai berbagai penyakit kulit
sehingga disebut the great imitator. Kelainan kulit yang membasah eksudatif, kondilomata lata dan plaq muqueuses adalah bentuk sifilis sekunder sangat
menular. Sifilis sekunder juga dapat member kelainan pada mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang, dan saraf, rambut kuku Natahusada dan
Djuanda, 2008 3. Sifilis laten
Universitas Sumatera Utara
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, namun pemeriksaan serologis reaktif. Dalam perjalan penyakit sifilis selalu melalui tingkat laten,
selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Akan tetapi bukan berarti penyakit ini akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis lanjut
berbentuk guma, kelainan susunan saraf pusat dan kardiovaskular. Diagnosis laten ditegakkan setelah diperoleh anamnesis yang jelas dan hasil pemeriksaan fisik
yang menunjukkan terdapat kelainan yang awal mulanya disebabkan sifilis dan hasil pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang yang normal tetapi hasil
pemeriksaan serologis darah reaktif. Infeksi yang telah berjalan selama lebih dari empat tahun sangat jarang menular, kecuali pada wanita hamil yang tidak diberi
pengobatan, kemungkinan dapat menularkan sifilisnya ke bayi yang di kandungnya Hutapea, 2004
4. Sifilis lanjut
Sifilis lanjut yang tidak diobati meunjukkan gelaja dan tanda mulai dari yang tidak jelas sampai pada kerusakan hebat pada salah satu organ tubuh. Umumnya
yang paling sering terjadi pada sifilis lanjut ialah latensi, asimtomatis, neurosifilis, sifilis benigna lanjut dan sifilis kardiovaskular Hutapea, 2004.
d Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang . Tes VDRL Vederal Diasease Research Laboratory dan RPR Rapid
Plasma Reagin adalah uji antigen nontreponema yang sering digunakan dalam uji
serologis sifilis. Uji VDRL dan RPR yang positif setelah 2-3 minggu infeksi sifilis yang tidak diobati dengan titer yang tinggi pada sifilis sekunder. Uji VDRL atau
RPR yang positif berubah menjadi negatif dalam waktu 6-18 bulan setelah pengobatan sifilis yang efektif. Selain itu ada juga tes serologis yang sering
digunakan yaitu uji fluorensi antibody treponema FTA-ABS dan uji aglutinasi partikel Treponema pallidum TPPA. Pada uji FTA-ABS yang pada sifilis
awalnya positif, secara rutin akan selalu positif pada sifilis sekunder, dan biasanya tetap positif selama bertahun-tahun setelah pengobatan yang efektif. jadi tes ini
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat digunakan untuk menilai efektifitas pengobatan. Adanya IgM FTA dalam darah yang baru lahiir adalah bukti utama sifilis kogenintal. Brooks, et al.,
2008 2.4.7 Moloskum kontangiosum
a Defenisi
Moloskum kontangiosum adalah penyakit infeksi virus yang menyerang kulit. Biasanya dijumpai pada anak-anak, namun dapat juga ditemukan pada
remaja yang ditularkan melalui hubungan seksual yang manisfestasinya tampak pada daerah genital. Bisa juga didapati didaerah ekstragenital pada pasien yang
terinfeksi HIV ataupun pada pasien yang imunokompromis. Pada dasarnya, Moloskum kontangiosum ini bersifat self-limited diseases pada orang yang sehat
Chularojanamontri, 2010.
b Etiologi
Virus Moloskum kontangiosum tergolong dalam kelompok poxvirus. Terdapat tiga strain virus Moloskum kontagiosum I,II,II yang dibedakan
berdasarkan pola endonuclease digestion. Moloskum kontagiosum virus I paling banyak didapatkan dibandingkan Moloskum kontagiosum virus II sedangkan
Moloskum kontagiosum virus III paling jarang ditemukan. Namun tidak
didapatkan perbedaan klinis dari ketiga strain tersebut Murtiastutik, 2008 . c Gejala Klinis
Lesi diawali dengan terbentuknya papula yang biasanya membesar 3-6 mm, dan pada keadaan jarang dapat membesar sampai 3 cm. Lesi tersebar, permukaan
halus, berwarna keperakan sampai kemerahan, berbentuk seperti kubah, sering didapatkan adanya umbilikasi sentral dimana didapatkan isi yang berwarna putih
dan mudah dikeluarkan. Lesi dapat tumbuh pada semua lokasi pada kulit maupun membran mukosa.
Universitas Sumatera Utara
d Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gambaran klinis, hasil pemeriksaan pengecatan dari isi lesi dan biopsy.
2.4.8 Skabies a Defenisi