Tingkat Pendidikan Distribusi pasien IMS menurut tingkat pendidikan terakhirnya menunjukkan

2011 yang menyatakan bahwa pada pasien IMS dengan kelompok beresiko tinggi lebih banyak yang sudah kawin 50.85 daripada yang belum kawin 49.14. Penelitian Maan, et al. 2011 di Faisalabad - Pakistan, juga menyatakan pasien IMS lebih banyak yang sudah kawin 93.2 dibandingkan dengan yang belum kawin 1.43. Menurut Nadiah 2011, insiden IMS lebih banyak pada kelompok yang sudah kawin karena kelompok ini memiliki faktor yang lebih besar untuk menularkan atau tertular IMS. 5.2.3 Pekerjaaan Berdasarkan hasil penelitian, lima jenis pekerjaan pasien IMS yang paling sering adalah sebagai wiraswasta sebanyak 109 orang 38.1, ibu rumah tangga sebanyak 68 orang 23.8, mahasiswa sebanyak 29 orang 10.1, pegawai negri sebanyak 25 orang 8.7 dan pegawai swasta sebanyak 18 orang 6.3. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Karn, et al. 2011 di Nepal yang mendapatkan pekerjaan supir kondektur 26.85 lebih sering dibandingkan dengan pekerjaan yang lainnya. Sementara itu penelitian Maan, et al. 2011 di Pakistan menyatakan bahwa IMS lebih sering didapatkan pada pegawai.

5.2.4 Tingkat Pendidikan Distribusi pasien IMS menurut tingkat pendidikan terakhirnya menunjukkan

bahwa pasien IMS yang tamat SLTA 64.3 lebih banyak daripada yang tamat SLTP 18.2, PT 14, SD 3.1, dan tidak sekolah 0.3. Berdasarkan penelitian Kemenkes RI 2011, pada mayoritas WPSL Wanita Pekerja Seksual Langsung, WPSTL Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung, waria dan WBP Warga Binaan Permasyarakatan didapatkan banyak yang berpendidikan rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan SMP. Sementara itu penelitian Maan, et al. 2011 di Pakistan mendapatkan pasien IMS yang tidak berpendidikan lebih banyak daripada yang berpendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan seseorang. Menurut Notoatmodjo 2003, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas daripada seseorang yang tingkat pendidikannya lebih Universitas Sumatera Utara rendah. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung melakukan tindakan pencegahan agar tidak tertular penyakit. 5.2.5 Tempat tinggal Distribusi pasien IMS berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa pasien IMS paling banyak tinggal di daerah Kota Medan yaitu sebanyak 163 orang 57. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Ray, et al. 2006 yang menyatakan bahwa pasien IMS banyak yang tinggal di daerah perkotaan. Jumlah pasien yang bertempat tinggal di Kota Medan lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain diduga karena letak rumah sakit ini yang dekat dengan Kota Medan. 5.2.6 Jenis IMS Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa Kondiloma akuminata adalah IMS yang paling sering didiserita yaitu sebanyak 102 orang 35.7. Jumlah pasien infeksi Kondiloma mengalami peningkatan tiap tahunnya, tetapi menurun pada tahun 2012. Meskipun angka kejadiannya menurun, infeksi kondiloma tetap menjadi IMS yang paling banyak dibandingkan yang lain. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di RSUP H. Adam malik pada tahun 2005-2008 yang menunjukkan bahwa infeksi kondiloma akuminata 16.41 berada pada urutan infeksi yang ketiga, sedangkan urutan yang pertamanya adalah UNSIGNS 20,99 Purba, 2009. Di RSUP Hasan Sadikin Bandung, infeksi Kondiloma ini masih lebih sedikit yaitu 12.6 dan berada pada urutan keempat Faisal, et al., 2008. Di India, infeksi Kondiloma akuminata 20 berada pada urutan ketiga, Choudhry et al., 2010. Akan tetapi, hasil penelitian ini sama seperti penelitian yang dilakukan CDC 2013 di Amerika yang juga menyatakan bahwa infeksi Kondiloma akuminata berada pada urutan pertama. IMS yang banyak didapati pada urutan kedua adalah Gonore 16.8. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Purba 2009 yang menyatakan gonore 16.03 berada pada urutan keempat. Di India, infeksi Universitas Sumatera Utara Gonore juga berada pada urutan keempat Choudry et al., 2010. Sementara itu, di Pakistan, infeksi Gonore juga berada pada urutan kedua Maan, et al., 2011.