Skabies a Defenisi Pengertian IMS

d Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gambaran klinis, hasil pemeriksaan pengecatan dari isi lesi dan biopsy.

2.4.8 Skabies a Defenisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabies var. hominis Soedarto, 2007. b Etiologi Sarcoptes scabei merupakan tungau kecil yang berbentuk bulat lonjong dan bagian ventral datar. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil. kurang lebih setengahnya. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki. Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat dipermukaan kulit untuk kemudiam membentuk terowongan, dengan kecepatan 2,5 cm per menit di permukaan kulit. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapatkan makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa adalah 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, biasanya hidup di permukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina. c Gejala Klinis Pruritus pada malam hari merupakan gejala skabies yang paling utama karena aktivitas tungau meningkat pada suhu yang lembab dan hangat. Lesi khas skabies Universitas Sumatera Utara adalah papul yang gatal sepanjang terowongan yang berisi tungau. Lesi biasanya simetrik dan sebagi tempat predileksi adalah sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan tangan, areola dan mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian bawah dan bokong. Lesi pada penis berbentuk khas terutama berupa nodul dan sering disetai lesi ulseratif dan pioderma. Lesi yang patogomonik untuk skabies adalah terowongan yang hampir tidak terlihat oleh mata, berupa lesi yang agak meninggi, lurus atau berkelok-kelok dan berwarna keabu-abuan. Namun penderita sering datang dengan lesi yang sudah mengalami ekskoriasi, eksematisasi dan infeksi sekunder akibat garukan yang sering kali mengaburkan gambaran klinik. d Diagnosis Diagnosis skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan riwayat gatal, terutama pada malam hari, mungkin juga ditemukan pada anggota keluarga yang lain, dan terdapatnya lesi polimorf terutama pada tempat predileksi. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : kerokan kulit, mengambil tungau dengan jarum, epidermal shave biopsy, kuretasi terowongan, tes tinta Burrow, dan apusan kulit. 2.4.9 Kandidiasis vulvovaginalis KVV a Defenisi Kandidiasis kandidosis adalah suatu infeksi mukosa vagina dan vulva epitel tak berkeratin yang diebabkan oleh spesies kandida. Penyebab terbanyak adalah Candida albicans, sedangkan penyebab kedua dan ketiga terbanyak adalah Candida glabrata dan Candida tropicalis. Merupakan infeksi oprtunistik yang dapat terjadi secara primer ataupun sekunder dan dapat bersifat akut, sub akut, maupun kronis episodik. Angka kejadian penyakit ini cukup tinggi diantara infeksi vagina lainnya terutama di daerah iklim subtropik dan iklim tropis Murtiastutik, 2008. Universitas Sumatera Utara b Etiologi Kandida merupakan organisme yang dismorfik dua kutub dimana organisme ini dapat ditemukan pada manusia pada fase fenotip yang berbeda. Kandida tumbuh sebagai blastospora berbentuk oval tanpa kapsul dan bereproduksi melalui pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dapat tumbuh dalam biakan atau in vivo sebagai tanda penyakit yang aktif. Ada beberapa faktor pedisposisi seseorang mengalami KVV, yaitu kehamilan, diabetes mellitus, kontrasepsi oral yang mengandung estrogen vaginal intercourse, pemakaian pakaian dalam yang terlalu ketat, pengobatan dengan kortikosteroid, imunosupresan, antibiotik, radioterapi, infeksi HIV, kelembapan, stress dan reaksi alergi local oleh berbagai bahan. c Gejala Klinis Gambaran KVV adalah keluhan panas, atau iritasi pada vulva, dan keputihan yang tidak berbau. Pada pemeriksaan terdapat vulvitis, dengan eritema dan edema vulva, fisura perineal, pseudomembran, dengan lesi satelit papulopustular di sekirtarnya; disamping itu terdapat vaginitis dan eksoservitis baik pada pemeriksaan langsung maupun dengan kolposkopik. Dapat terjadi koinfeksi trikomoniasis maupun vaginosis bakterial Pudjinti dan Soedarmadi, 2007. d Diagnosis Diagnosis klinis KVV biasanya mudah dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis dari sekret vaigna dengan sediaan basah KOH 10 atau dengan pewarnaan gram. Bentuk invasif terlihat adanya bentuk ragi yeast form, blastospora lonjong, sel tunas, pseudohifa seperti sosis panjang bersambung, kadang kadang hifa asli bersepta. Sediaan gram lebih baik karena bentuk ragi kandida bersifat Gram postif, sel tunas jarang terlihat, tetapi pseudohifa lebih mudah terlihat karena pada sekret vagina dan satu-satunya ragi patogen yang penting yang mudah dideteksi dengan pengecatan Gram. 2.4.10 Limfogranuloma venerum Universitas Sumatera Utara a Defenisi Limfogranuloma venerum LGV adalah IMS yang disebabkan oleh Chlamdya Trachomatis subtype L1, L2, dan L3. LGV terjadi di berbagai belahan dunia dengan gejala yang bervariasi, karakteristik yang paling sering adalah adanya papul dan ulkus bdengan adanya limfadenopati inguinal yang diikuti dengan prostitis Klausner dan Hook, 2007 b Etiologi Secara struktural klamidia merupakan mikroorganisme yang kompleks. seperti virus, klamidia merupakan parasit obligat intraseluler. Klamidia digolongkan sebagai bakteri, karena mengandung DNA dan RNA. Seperti bakteri Gram-Negatif, mereka mempunyai protein membran luar dan polisakarida LPS. Klamidia berbeda dari semua bakteri lainnya karena siklus pertumbuhannya ditandai oleh adanya transformasi menjadi dua bentuk yang berbeda : badan elementer elementary body, EB dan badan reticular reticular body, RB Heffner dan Schust, 2008. c Gejala Klinis Masa tunas penyakit ini adalah 1-4 minggu. Djuanda,2008. Lesi primer pada LGV berukuran kecil, berupa papul yang tidak jelas pada genitalia, dan dengan cepat diam-diam menghilang. Stadium sekunder pada LGV ditandai oleh demam, malaise, dan limfadenitis akut pada daerah inguinal pembentukan bubo = sindrom inguinal dan atau prokitis demoragik akut sindrom anogenitorektal. Mayoritas pasien akan sembuh dengan tidak sempurna dari stadium sekunder ini. Pada beberapa pasien yang tidak beruntung, klamidia menetap pada jaringan anogenital dan menyebabkan respon peradangan kronik yang dapat menimbukan ulkus, fistula, dan striker pada alat genitalia. d Diagnosis Diagnosis LGV dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, tes GPR Gate papacosta reaction, pengecatan giemsa dari pus bubo, tes serologi, kultur jaringan Sentono, 2007. Universitas Sumatera Utara 2.4.11 Granuloma inguinale a Defenisi Granuloma inguinale atau donovanosis disebabkan oleh infeksi Klebsiella granulomatis , sebelumnya dikenal sebagai Donovania granulomatis, dan Calymmatobacterium granulomatis . Penyakit ini jarang dilaporkan di Inggris dan pasien yang menderita ini biasanya cenderung telah tinggal di salah satu daerah endemis utama, yang saat ini di India, Papua Nugini, di antara orang Aborigin di Australia, Brasil, dan Afrika Selatan Richens,2006. b Etiogi Calymmatobacterium granulomatis merupakan suatu bakteri gram negatif dengan ukuran 1,5 x 0,7 mm, pleomorfik, berada dalam histiosit yang berukuran 80-90 µm, bipolar densities, dan bersifat non motil Murtiastutik, 2008. Penyakit Granululoma inguinale ini mempunyai daya penularan yang rendah, bersifat kronik, progresif, biasanya ditularkan secara autoinokulasi, mengenai genitalia dan kulit di sekitarnya, dan kadang-kadang sistem limfatik Judanarso,2008. c Gejala Klinis Periode inkubasi donovanosis pada umumnya adalah 1-4 minggu, tetapi dapat lebih pajang dengan satu tahun. Penyakit ini dimulai sebagai nodul subkutan tunggal atau multipel yang kemudian segera menjadi suatu erosi melalui kulit dan secara perlahan membesar membentuk suatu variasi yang luas dalam variasi morfologinya. Bentuk klinis yang utamanya adalah lesi kulit yang fleshy,merah daging, exuberant granulation tissue yang lunak, tanpa nyeri dan mudah berdarah. Gambaran klinis yang umum berupa lesi primer yang meluas perlahan melalui penyebaran langsung, autoinokulasi, yang mengakibatkan lesi baru pada kulit yang berdekatan kissing lesion . Melalui mekanisme ini, suatu lesi primer pada glans penis dapat menimbulkan fokus infeksi baru pada skrotum, paha atau pada dinding abdomen. Pembengkakan pada inguinal terjadi pada penderita donovanosis disebut pseudobobo karena ini merupakan granulomata subkutan Universitas Sumatera Utara yang terjadi superficial pada daerah kelenjar getah bening inguinal Murtiastutik, 2008. b Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinis, hapusan jaringan mencari adanya D.granulomatis dalam sel-sel mononuclear yang besar, biakan, biopsy terdapat gambaran histologik epidermis di tengah lesi hilang, sedangkan di tepi lesi terjadi akantosis yang kemudian menunjukkan gambaran hiperplasi pseudokarsinomatosa, tes serum akan terdapat ikatan komplemen dengan D.granulomatis, tetapi sensitivitas dan spesifitas terbatas Judanarso, 2008.

2.4.12 Ulkus Mole a Defenisi