45
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Kepatuhan Wajib Pajak
Wajib pajak digolongkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria atau persyaratan sebagai berikut Keputusan Menteri Keuangan
No.544KMK.042000. a.
Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 dua tahun terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c.
Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun terakhir.
d. Menyelenggarakan pembukuan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia, kecuali bagi Wajib pajak orang pribadi yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan mempergunakan norma penghitungan penghasilan neto, sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dua puluh delapan Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba-rugi fiskal.
Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan dari penagihan pajak, sehingga bagi wajib pajak yang
tingkat kepatuhannya tergolong masih rendah, diharapkan dengan dilakukannya penagihan pajak terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-
masa selanjutnya menjadi lebih baik ditingkat kepatuhannya Hanantha Bwoga,2005:66.
Dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan
dan peraturan perpajakan yang berlaku maka konsekwensi logis yang diberikan kepada wajib pajak yang tergolong tidak patuh adalah dengan melaksanakan
penagihan baik berupa tindakan penagihan pasif maupun tindakan penagihan aktif.
B. Mekanisme dan Prosedur Kerja Pelaksanaan Penagihan Pajak dalam
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak.
Apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum juga dilunasi oleh wajib pajak yang bersangkutan, maka kepada wajib pajak tersebut
akan dilakukan tindakan penagihan pajak. Tindakan penagihan pajak terdiri atas 2 dua jenis, yaitu :
- Penagihan Pasif
Adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai perpanjangantangan dari Direktorat Jenderal Pajak dengan cara dapat melakukan
pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak, dan dilakukan melalui Surat Ketetapan Pajak SKP,
SKPKB, SKPKBT dan Surat Tagihan Pajak STP. Maksud pelaksanaan penagihan pasif ini adalah memberi kesempatan kepada
penanggung pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, hal ini dimaksud untuk mencegah penagihan pajak dengan surat pajak dan penyitaan. Selanjutnya bilamana
tindakan penagihan pasif ini telah dilakukan, namun wajib pajak belum juga melunsi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pasif akan beralihan ke penagihan aktif.
- Penagihan Aktif
Adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai perpanjangantangan dari Direktorat Jenderal Pajak yang meliputi :
a. Surat Teguran
Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 tujuh hari dari tanggal jatuh tempo pembayarn, akan diterbitkan Surat Teguran. Namun surat
teguran ini tidak dapat diterbitkan apabila terhadap penanggung pajak telah disetujui untuk mengangsur taupun menunda pembayaran pajaknya.
b. Surat Paksa
Utang pajak setelah lewat 21 dua puluh satu hari dari tanggal surat teguran tidak dilunasi, diberitahukan surat paksa yang diberitahukan oleh
Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihan paenagihan pajak Rp.75.000,00 tujuh puluh lima ribu rupiah. Utang pajak harus dilunasi
dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa ini diberitahukan oleh Jurusita Pajak.
c. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP
Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak tidak juga dilunasi oleh penanggung pajak,
maka Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan penyitaan, dengan dibebani biaya pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP sebesar
Rp.100.000,00 seratus ribu rupiah. d.
Pelaksanaan Lelang Dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari setelah
tindakan penyitaan utang pajak belum juga dilunasi oleh penanggung pajak, maka akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang melalui media massa
sesuai dengan prosedur yang berlaku. e.
Pelaksanaan Lelang Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar
belum juga dilunasi oleh penaggung pajak setelah lewat 14 empat belas hari sejak tanggal pengumuman lelang, maka akan segera diadakan pelelangan
barang sitaan penanggung pajak melalui kantor pelelangan negara.
Namun dalam Laporan Praktik Lapangan Mandiri PKLM ini, lebih memfokuskan pada penagihan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh
Jurusita Pajak Negara terhadap penanggung pajak yang belum melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan.