Mekanisme dan Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan

D. Mekanisme dan Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan

Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penyitaan barang-barang milik wajib pajakpenanggung pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Dengan Surat Paksa adalah sebagai berikut : 1. Pengeluaran Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP. a. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP yang diterbitkan oleh pejabat, dalam hal utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penaggung pajak. b. Sebelum melaksanakan penyitaan terhadap kekayaan Wajib pajakPenanggung pajak atau aktiva milik perusahaan, maka Jurusita hendaknya mengumpulkan dan mempelajari data mengenai harta kekayaanaktiva yang akan disita tersebut. - Surat Pemberitahuan SPT wajib pajak. - Laporan keuangan wajib pajak Neraca dan Daftar RL. - Laporan Pemeriksaan pajak. - Laporan pelaksanaan surat pajak. 2. Dalam ketentuan sita supaya diikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Sita dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan dilakukan oleh sekurang-kurangnya 2 dua orang saksi yang memenuhi syarat, antara lain : - Warga Negara Indonesia. - Sudah mencapai usia 21 tahun. - Dikenal oleh Jurusita Pajak. - Dapat dipercaya. b. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus : - Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak. - Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP. - Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan. c. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. 3. Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS merupakan pemberitahuan kepada penanggung pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang penaggung pajak telah berpindah dari penanggung pajak kepada pejabat. Oleh karena itu, dalam setiap penyitaan, Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS secara jelas dan lengkap yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal, nomor, nama Jurusita Pajak, nama penanggung pajak, nama dan jenis barang yang disita, dan tempat penyitaan. 4. Penolakan dan tidak hadirnya penanggung pajakwajib pajak dalam penyitaan a. Dalam hal penanggung pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat Pasal 12 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. b. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan sekalipun penanggung pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat kepala kelurahan atau kepala desa Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. c. Barang bergerak yang telah disita dapat dititipkan kepada pemerintah daerah setempat yang menjadi saksi dalam pelaksanaan sita demikian juga dengan barang tidak bergerak pengawasannya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat yang menjadi saksi dalam pelaksanaan sita tersebut. d. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh penanggung pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi- saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat Pasal 15 ayat 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. e. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS dapat ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang- barang bergerak dan atau tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat- tempat umum Pasal 12 ayat 7 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. f. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS disampaikan kepada ; - Penanggung Pajak. - Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. - Badan Pertanahan Nasional BPN, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar. - Pemerintah daerah dan Pengadilan negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar. - Direktorat Jenderal Laut untuk kapal. 5. Kekayaan wajib pajakpenanggung pajak yang dapat disita. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik penanggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu berupa barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau barang tidak bergerak termasuk tanah dan bangunan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya : Kata “disita”, Nomor dan tanggal Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, dan Larangan untuk memindahtangankan, meminjamkan, ataupun merusak barang yang disita. Menurut Pasal 25 ayat 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penyitaan harta kekayaan penanggung pajak ini meliputi :

a. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya, dilaksanakan

dengan cara membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam satu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS.

b. Penyitaan terhadap uang tunai, dilaksanakan dengan cara menghitung terlebih

dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya sebagai lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita, membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, dan menempel segel sita dan menitipkannya pada penanggung pajak atau pada bank.

c. Penyitaan terhadap harta berupa deposito berjangka, tabungan, saldo

rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dilaksanakan dengan cara : - Meminta pemblokiran kepada bank disertai salinan surat paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP. - Bank memblokir dan membuat berita acara pemblokiran serta mengirimkannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. - Jurusita memerintahkan penanggung pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya kepada Jurusita Pajak. - Bila Penaggung pajak tidak memberi kuasa, Kepala Kantor Pelayanan Pajak meminta Menteri Keuangan memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan penaggung pajak. - Setelah saldo diketahui, Jurusita Pajak menyita dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS dan menyampaikan salinannya kepada penanggung pajak dan bank. - Bila utang pajak belum dilunasi, Kepala Kantor Pelayanan Pajak meminta pencabutan pemblokiran setelah dikurangi jumlah yang disita.

d. Penyitaan terhadap obligasi, saham yang diperdagangkan di bursa efek,

dilakukan dengan cara : - Direktur Jenderal Pajak atau jabatan yang ditunjuk meminta secara tertulis kepada Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal Bapepam dengan menyebutkan nama dan nomor rekening untuk memblokir dan alasan pemblokiran. - Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal Bapepam memerintahkan kustodian membuat berita acara pemblokiran dan berita acara pemberian keterangan kepada pejabat yang berwenang mendapatkan keterangan dan menyampaikan kepada Dirjen Pajak serta salinannya disampaikan kepada ketua Bapepan dan Penanggung Pajak sebagai pemegang rekening. - Jurusita Pajak melakukan penyitaan atas efek kepada kustodian, dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. - Bila penanggung pajak tidak hadir Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS ditandatangani Jurusita dan saksi-saksi. - Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya kepada Ketua Bapepam dan Kustodian. - Bila dlunasi, Kepala Kantor Pelayanan Pajak meminta pencabutan - Efek yang disita dijual di bursa efek melalui perantaran pedagang efek anggota bursa atas permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

e. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham dan sejenisnya

yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksanakan dengan cara : - Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita : - Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. - Membuat Berita Acara Pengalihan Hak Surat Berharga atas nama dari penanggung pajak kepada pejabat.

f. Penyitaan terhadap piutang, dilaksanakan dengan cara :

- Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari piutang yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. - Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. - Membuat Berita Acara Pengalihan Hak piutang atas nama dari penaggung pajak kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada penanggung pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang.

g. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada

surat sahamnya, dilakukan dengan cara : - Melakukan inventarisasi dan rincian jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain. - Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. - Membuat akta persetujuan pengalihan hak penyertaan modal, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal.

h. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisian,

dilakukan dengan cara : - Jurusita Pajak akan menyita barang bukti tersebut bila proses pembuktian telah selesai setelah terlebih dahulu menyampaikan surat paksa dengan dilampiri surat pemberitahuan bahwa barang tersebut merupakan obyek sita. - Sebelum obyek sita dikembalikan kepada penanggung pajak, kejaksaan atau kepolisian memberitahukan kepada pejabat yang menerbitkan surat paksa. - Walaupun barang yang disita telah dikembalikan kepada penanggung pajak, penyitaan tetap dilaksanakan.

i. Penyitaan terhadap harta kekayaan penanggung pajak yang disimpan pada

bank, dilakukan dengan cara : - Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran memerintahkan kepada penanggung pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita. - Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, maka pejabat meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat. - Setelah saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan. - Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi dan pimpinan bank yang bersangkutan. - Jurusita Pajak menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada penanggung pajak dan pimpinan bank yang bersangkutan. - Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. - Dalam hal jumlah yang diblokir lebih besar dari jumlah yang disita, maka atas sisa lebih tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank. - Apabila dalam jangka waktu 14 empat belas hari sejak penyitaan, penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, pejabat segera meminta kepada pimpinan bank untuk memindahbukukan harta kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank ke kas negara atau ke kas daerah sejumlah yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. - Sebelum jangka waktu 14 empat belas hari berakhir, penanggung pajak dapat mengajukan permohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan dimaksud untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. - Pencabutan sita dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan. 6. Barang-barang milik penanggung pajak yang dikecualikan dari penyitaantidak boleh disita. Tidak semua harta kekayaan penanggung pajak dapat disita sebagai jaminan atas pelunasan utang pajaknya, tentunya ada beberapa jenis harta kekayaan wajib pajak yang dikecualikan dari penyitaan menurut undang-undang, yang diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, meliputi : a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah. c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas. d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan. e. Peralatann penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. 7. Batas waktu penyitaan Dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 disebutkan bahwa pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan. 8. Biaya Penyitaan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakannya KUP bahwa jumlah biaya penagihan pajak dengan penyitaan yang harus dibayar oleh penanggung pajak adalah sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah, dimana hal ini berbeda dengan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP lama yang hanya mengenakan biaya penyitaan sebesar Rp 75.000.00 tujuh puluh lima ribu rupiah. Biaya penagihan pajak ini dibayar dengan menggunakan Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak SSBP. 9. Penyitaan tambahan Penyitaan tambahan dilaksanakan apabila Pasal 21 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan pajak dengan Surat Paksa. - Nilai barang yang disita nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak karena penyitaan akan tetap dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. - Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. 10.Pencabutan Sita Pasal 22 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan pajak dengan Surat Paksa. a. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan pajak atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atau gubernur atau bupatiwalikota. b. Pencabutan sita dilaksanakan berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat. c. Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan. Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada penanggung pajak dan instansi terkait, diikuti dengan pengembalian barang yang disita kepada penanggung pajak. E. Rekapitulasi Kegiatan Penagihan pada Seksi Penagihan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Sekaligus Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Untuk Tahun 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI STP Surat Tegoran Surat Paksa SPMP Blokir dan Sita Lelang Pencegahan Penyanderaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 BINJAI Pedesaan WP nominal pelunasan Perkotaan WP nominal pelunasan Perkebunan WP nominal pelunasan Kehutanan WP nominal pelunasan Pertambangan Non Migas WP nominal pelunasan Pertambangan Migas WP nominal pelunasan 2 LANGKAT Pedesaan WP nominal pelunasan Perkotaan WP nominal pelunasan Perkebunan WP nominal pelunasan - Kehutanan WP nominal pelunasan Pertambangan Non Migas WP nominal pelunasan Pertambangan Migas WP nominal pelunasan 3 Rekapitulasi Pedesaan WP KPP nominal pelunasan Perkotaan WP nominal pelunasan Perkebunan WP nominal pelunasan Kehutanan WP nominal pelunasan Pertambangan Non Migas WP nominal pelunasan Pertambangan Migas WP nominal pelunasan Sumber Data : Kantor Pe Pelayanan Pajak Pratama Binjai 66 Jumlah Jumlah Jumlah Tabel 1 LAPORAN KEGIATAN PENAGIHAN PBB BULAN MEI TAHUN 2015 No KP3 Sektor Jumlah Tindakan Penagihan 6 7 Tabel 2 dalam satuan rupiah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Kotamad Pedesaaan - - - - - - Binjai Perkotaan - - - - - - Perkebunan 795,401,440 - - 795,401,440 - - Kehutanan - - - - - - Pertambangan Non Migas - - - - - - Pertambangan Migas 4,762,199,093 - - 4,762,199,093 - - Jumlah 5,557,600,533 - - 5,557,600,533 - - 2 Kabupat Pedesaaan - - - - - Langkat Perkotaan - - - - - Perkebunan 21,205,656,078 - 3,249,154,111 17,956,501,967 - - Kehutanan - - - - - - Pertambangan Non Migas - - - - - - Pertambangan Migas 77,984,906,096 - - 77,984,906,096 - - Jumlah 99,190,562,174 - 3,249,154,111 95,941,408,063 - - 3 Rekapitu Pedesaaan - - - - - KPP Prat Perkotaan - - - - - Binjai Perkebunan 22,001,057,518 - 3,249,154,111 18,751,903,407 - - Kehutanan - - - - - - Pertambangan Non Migas - - - - - - Pertambangan Migas 82,747,105,189 - - 82,747,105,189 - - Jumlah 104,748,162,707 - 3,249,154,111 101,499,008,596 - - Ket D D LAPORAN PERKEMBANGAN PIUTANG DAN KEGIATAN PENAGIHAN PBB BULAN APRIL 2015 NO KPP PR JENIS PAJAK PBB Sektor Piuta Pe Pen Piuta 3+4-6 Us F. Kendala-kendala yang dihadapi Oleh Jurusita Pajak dalam Melaksanakan Penagihan Pajak dengan Penyitaan Dalam melaksanakan penagihan pajak dengan penyitaan ini, tentunya juga tidak luput dariberbagai kendala yang sering dihadapi oleh Jurusita Pajak pada saat berhadapan dengan para wajib pajakpenanggung pajak di lapangan. Kendala tersebut dapat berupa : 1. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah wajib pajakpenanggung pajak. Pada waktu pelaksanaan penyitaan ada kemungkinan ataupun bahkan seringkali Jurusita tersebut tidak dapat masuk atau tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah wajib pajakpenanggung pajak yang barang-barangnya akan disita. Sering dijumpai di lapangan bahwa pada saat akan melakukan penyitaan, Jurusita Pajak hanya diperbolehkan menunggu di dekat pagar rumah, tanpa dipersilahkan untuk masuk kerumah sekalipun cuaca kurang mendukung. 2. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang wajib pajakpenanggung pajak. Dalam hal ini Jurusita Pajak diizinkan masuk ke dalam rumah tetapi tidak diperkenankan menyita barang-barang milik wajib pajakpenanggung pajak. Dalam kondisi seperti ini Jurusita Pajak berupaya memberikan penjelasanpengertian mengenai maksud penyitaan tersebut dan penyitaan tidak akan selalu berakhir dengan penjualan barang-barang lelang, dengan catatan apabila wajib pajakpenanggung pajak bersedia melunasi utang pajaknya. Namun bilamana Jurusita Pajak sudah berupaya semaksimal mungkin memberikan pengertian dan penjelasan mengenai maksud penyitaan tersebut namun tetap juga mendapat perlawanan atau bahkan mendapat ancaman dari wajib pajakpenanggung pajak, maka Jurusita Pajak berwewenang melaporkannya kepada kepolisian dan meminta bantuan aparat kepolisian untuk mengambil tindakan tegas terhadap wajib pajakpenanggung pajak. 3. Wajib pajakpenanggung pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak, para saksi dan wajib pajakpenanggung pajak atau wakilnya yang bertindak sebagai penyimpanan barang. Apabila wajib pajakpenanggung pajak atau wakilnya menolak untuk ikut menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS tersebut maka Jurusita dapat mengambil tindakan sebagai berikut : - Memberitahukan kepada kepolisian dan meminta bantuan agar dapat membantu menjaga supaya tidak ada barang-barang sitaan yang hilang. - Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS secara hukum dianggap sah serta tetap mempunyai kekuatan yang mengikat Pasal 12 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000. 4. Kesulitan dalam mengidentifikasi barang-barang wajib pajakpenanggung pajak yang akan dijadikan sebagai obyek sita. Pada waktunya melakukan penyitaan, selalu terbentur pada masalah obyek sita, harta kekayaan wajib pajakpenanggung pajak sudah tidak ditemukan lagi atau sudah dipindahtangankan sehingga ketika akan dilakukan penyitaan terhadap barang-barang tersebut wajib pajakpenanggung pajak menolak dengan alasan barang-barang tersebut sudah bukan miliknya lagi. Dalam hal ini wajib pajakpenanggung pajak atau wakilnya harus dapat menunjukkan bukti-bukti yang menegaskan bahwa barang-barang tersebut memang benar sudah bukan miliknya lagi. 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut : 1. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan utama dari pelaksanaan penagihan pajak, sehingga bagi wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong masih rendah akan dilaksanakan tindakan penagihan pajak seperti yang dilaksanakan oleh seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Binjai dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak serta untuk mengurangi tunggakan pajak pada tahun 2015, yakni sebagai berikut : a. Penagihan Pasif, dilaksanakan melalui Surat Ketetapan Pajak SKP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, dan Surat Tagihan Pajak STP b. Penagihan Aktif , dilaksanakan melalui Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP, Pelaksanaan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pelaksanaan Lelang. 2. Dalam melaksanakan tugasnya di lapangan Jurusita Pajak menemui beberapa kendala yang berskala kecil maupun besar, yang dapat berupa : - Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah wajib pajak. - Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang wajib pajak. - Wajib pajakpenanggung pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, dan - Kesulitan dalam mengidentifikasi barang-barang wajib pajak yang akan dijadikan sebagai obyek sita. B. SARAN 1. Dalam menumbuhkan, membina dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratam Binjai agar senantiasa di upayakan melalui pendekatan-pendekatan persuasif kepada wajib pajak yakni melalui penyuluhan dan sosialisasi akan pentingnya fungsi dan peranan pajak bagi pembangunan negara, Sehingga para wajib pajak diharapkan menjadi wajib pajak yang patuh dan setia membayar pajak secara tepat waktu sehingga dapat terwujud masyarakat yang sadar dan peduli pajak. 2. Agar bagi wajib pajak yang tergolong kurang patuhbelum memiliki kesadaran dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya tetap dilaksanakan proses hukum melalui penagihan pasif maupun penagihan aktif, Secara khusus dengan penyitaan namun tetap berpedoman sesuai dengan prosedur dan mekanisme penagihan pajak dan senantiasa mengacu pada Ketentuan Peraturan Perundang- undangan Perpajakan yang berlaku. 3. Sebagai pelaksana tindakan penagihan pajak yang mempunyai tugas dan peranan dalam pengamanan pajak negara, maka diharapkan kepada Jurusita pajak agar meningkatkan kualitas dan profesionalismenya dan bekerja sesuai dengan prosedur penagihan pajak yang telah ditetapkan. Serta harus konsekwen dalam melaksanakan penyitaan sekalipun harus mendapatkan perlawanan dari penanggung pajak yang disita, sebab dalam melaksanakan tugasnya Jurusita pajak tetap mendapat perlindungan hukum, jadi tidak perlu ragu-ragu dalam mengambil tindakan tegas bagi para penunggak pajak yang disita. 18 BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK KPP PRATAMA BINJAI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94KMK.011994 tanggal 29 Maret 1994 dengan wilayah kerja sebagai berikut: 1. Kotamadya Binjai 2. Kabupaten Langkat 3. Kabupaten Deli Serdang a. Kec. Labuhan Deli b. Kec. Sunggal c. Kec. Pancur Batu d. Kec. Hamparan Perak e. Kec. Sibolangit f. Kec. Kotalimbu 4. Kabupaten Karo Pada tanggal 27 Mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Pratama Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayananan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. KPP Pratama Binjai memiliki wilayah kerja yang meliputi 28 kecamatan, antara lain sebagai berikut: 1 Kota Binjai a. Kec. Binjai Timur b. Kec. Binjai Kota c. Kec. Binjai Utara d. Kec. Binjai Barat e. Kec. Binjai Selatan 2 Kabupaten Langkat a. Kec. Pangkalan Susu b. Kec. Gebang c. Kec. Hinai d. Kec. Secanggang e. Kec. Sawit seberang f. Kec. Babalan g. Kec. Sei Lepan h. Kec. Stabat i. Kec. Sirapit j. Kec. Binjai k. Kec. Besitang l. Kec. Tanjung Pura m. Kec. Wampu n. Kec. Pematang Jaya o. Kec. Brandan Barat p. Kec. Kuala q. Kec. Selesai r. Kec. Bahorok s. Kec. Kutambaru t. Kec. Padang Tualang u. Kec. Sei Bingai v. Kec. Batang Serangan w. Kec. Salapian

B. Rencana Strategis dan Penetapan Perjanjian Kinerja

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak membuat suatu rencana strategis DJP tahun 2012 hingga tahun 2014 yang dituangkan dalam sebuah Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-334PJ2012 tanggal 23 November 2012 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan dokumen perencanaan yang berisi visi, misi, nilai tujuan, sasaran, strategi, program dan dicator kinerja Direktorat Jenderal Pajak untuk periode 3 tiga tahun terhitung dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Secara umum sasaran utama yang ingin diraih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah mengumpulkan penerimaan negara secara optimal sesuai target yang dimandatkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yaitu sebesar Rp.295.610.000.000 dan diusahakan pada tahun 2013 ini penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan serta pertumbuhan realisasi penerimaan pajak meningkat. Selain itu diharapkan agar tingkat kepuasan atas pelayanan perpajakan dan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak lebih tinggi serta terjadi peningkatan dalam efektivitas dan efisiensi SDM system informasi,serta pengelolaan anggaran yang lebih optimal, sasaran-sasaran tersebut maka akan mendukung tercapainya visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak. 1.Visi dan Misi DJP Visi adalah gambaran keadaan organisasi yang ingin di capai di masa datang yang merupakan arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi.Visi Direktorat Jenderal Pajak adalah “menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah asia tenggara”. Visi tersebut merefleksikan citacita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menjadi suatu institusi yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif dan efisien. Sehingga mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segalaeksistensi dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan tugas dan pekerjaan

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 98 80

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 29 58

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 9

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 17

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 1 16

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 1