Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang”. sehingga kepada pihak-pihak yang tidak mau
membayar pajaknya tersebut dapat dilakukan penagihan pajak dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa sesuai dengan ketentuan dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan pemungut pajak, negara Indonesia menganut Self
Assessment System, dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang,
sehingga melalui system ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah dipahami
oleh anggota masyarakat sebagai wajib pajak Cyrus,2003:11. Ditengah gencarnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak untuk
meningkatkan penerimaan pajak, Yang dalam praktiknya sering kali dijumpai adanya pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar
pajaknya, sehingga untuk melakukan penagihan pajak ditempuh dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa yaitu dengan melakukan tindakan
penagihan aktif berupa penyampaian Surat teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP, Pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang
yang akan dilaksanakan menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Dengan adanya penagihan pajak dengan surat paksa, wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa untuk memenuhi kewajibannya.
Jika setelah dilakukan penagihan menggunakan surat paksa, wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka kepadanya dapat
dikenakan penyitaan atas hartanya. Penyitaan merupakan upaya paksa terakhir yang dapat dilakukan dalam
rangka menagih pajak, adanya penyitaan barang memiliki wajib pajak ini mengakibatkan harta orang tersebut tidak dapat dipergunakan lagi seperti
semula sebab hak kepemilikannya sudah diambil alih oleh negara sebagai barang sitaan atas utang pajak yang belum dilunasi Soemitro, 1998:93.
Dilihat dari akibat-akibat penagihan pajak dengan surat paksa dan dengan proses penyitaan yang sangat tidak menyenangkan itu, maka penagihan
pajak dengan penyitaan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang. Dibutuhkan landasan yuridis khusus yang dapat menjadi landasan hukum bagi
penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Adapun landasan yuridis penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan adalah Pasal 23A
Amandemen keempat Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dan Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Walaupun sudah ada landasan yuridisnya, masih banyak wajib pajak yang
tidak membayar pajak tepat pada waktunya. Oleh karena itu dibutuhkan peranan para aparat penagih pajak Jurusita Pajak untuk melaksanakan
penagihan pajak dengan surat paksa dan dengan penyitaan. Maka dari uraian diatas jelaslah bahwa kontribusi pajak bagi
pembangunan nasional sangat besar. Yang menjadi persoalannya adalah apakah masyarakat Indonesia sudah sepenuhnya menyadari akan besarnya kontribusi
pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pembangunan nasional, sehingga mereka dapat menjadi wajib pajak yang baik dan yang patuh serta setia
membayar Pajak secara tepat waktu. Oleh sebab itu, untuk menunjang sepenuhnya pelaksanaan penagihan
pajak serta mengingat perlu adanya peraturan perundang yang dapat mengatasi permasalahan mengenai tunggakan pajak, maka ditetapkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Masih seringnya dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak
dilunasinya utang pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, merupakan pertimbangan khusus
tentang keluarnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan Surat Paksa. Dengan harapan agar dapat mengatasi semua
permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya masalah penunggakan utang pajak oleh wajib pajak.
Penagihan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan menggunakan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP
dilaksanakan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam
pemberitahuan sebelumnya Surat Paksa, Jadi, Pelaksanaan Penyitaan dalam proses penagihan tunggakan atas utang pajak mempunyai peranan yang sangat
penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses penagihan tunggakan pajak tersebut dalam meningkatkan penerimaan pajak serta dalam
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM dengan judul
“Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Penyitaan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan PajakPratama Binjai”.