berikut Tabel Gambaran Lokasi Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan Pembahasan

5.1.2.6.Gambaran Lokasi Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan dengan Hiperplasia Endometrium Tabel 5.6. di bawah memperlihatkan bahwa pada lokasi mioma uteri yang terletak di submukosum, terdapat frekuensi kejadian hiperplasia endometrium sebanyak 5 kasus 10.4, dan frekuensi kejadian yang tidak ditemukan sebanyak 43 kasus 89.6. Untuk lokasi mioma uteri yang terletak di intramural terdapat frekuensi kejadian hiperplasia endometrium sebanyak 31 kasus 11.2 dan frekuensi kejadian yang tidak ditemukan sebanyak 247 kasus 88.8. Untuk lokasi mioma uteri yang terletak di subserosum tidak terdapat kejadian hiperplasia endometrium dari 3 kasus. Gambaran lokasi mioma uteri yang terjadi bersamaan dengan hiperplasia endometrium untuk tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel 5.6. berikut Tabel 5.6. Gambaran Lokasi Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan dengan Hiperplasia Endometrium Lokasi Mioma Uteri Kejadian Hiperplasia Endometrium Total Ditemukan TidakDitemukan Submukosum N 5 43 48 10.4 89.6 100.0 Intramural N 31 247 278 11.2 88.8 100.0 Subserosum N 3 3 .0 100.0 100.0 Total N 36 293 329 10.9 89.1 100.0 Universitas Sumatera Utara 5.1.2.7.Gambaran Lokasi Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan dengan Adenomiosis Tabel 5.7. di bawah memperlihatkan bahwa pada lokasi mioma uteri yang terletak di submukosum, tidak terdapat frekuensi kejadian adenomiosis. Untuk lokasi mioma uteri yang terletak di intramural terdapat frekuensi kejadian adenomiosis sebanyak 32 kasus 11.5 dan frekuensi kejadian yang tidak ditemukan sebanyak 246 kasus 88.5. Untuk lokasi mioma uteri yang terletak di subserosum tidak terdapat kejadian adenomiosis dari 3 kasus. Gambaran lokasi mioma uteri yang terjadi bersamaan dengan adenomiosis untuk tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel 5.7. berikut Tabel 5.7. Gambaran Lokasi Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan dengan Adenomiosis Lokasi Mioma Uteri Kejadian Adenomiosis Total Ditemukan TidakDitemukan Submukosum N 48 48 .0 100.0 100.0 Intramural N 32 246 278 11.5 88.5 100.0 Subserosum N 3 3 .0 100.0 100.0 Total N 32 297 329 9.7 90.3 100.0 Universitas Sumatera Utara

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Distribusi Data Penelitian 5.2.1.1. Analisis Distribusi Penderita Mioma Uteri berdasarkan Kelompok Usia Pada penelitian ini, distribusi penderita mioma uteri berdasarkan kelompok usia terbanyak ditemukan pada kelompok usia 46 – 50 tahun yaitu sebesar 161 kasus 48.9 dari total 329 kasus. Diikuti dengan kelompok usia sebelumnya yaitu 25 – 30 tahun berjumlah 17 kasus 5.2, 31 -35 tahun berjumlah 11 kasus 3.3, 36 – 40 tahun berjumlah 54 kasus 16.4, dan kelompok usia 41 – 45 tahun berjumlah 86 kasus 26.1. Analisis data pada kelompok usia 25 – 30 tahun, menunjukkan bahwa memang benar mioma uteri terjadi pada perempuan usia reproduktif dan sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Hal ini sesuai dengan buku yang dituliskan oleh Breech yang berjudul Leiomyomata Uteri and Myomectomy mengatakan bahwa pada perempuan kulit hitam mioma uteri sering ditemukan pada usia dibawah 30 tahun, tetapi mioma uteri sangat sulit ditemukan pada usia dibawah 20 tahun pada kedua ras yaitu perempuan kulit hitam dan putih. Analisis data pada kelompok usia 25 – 30 tahun 5.2 dan 41 – 45 26.1 tahun yaitu terdapat peningkatan insiden mioma uteri sebesar 5 kali lipat dari kedua kelompok usia tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Marshall yang mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 5.2 kali lipat dari kelompok usia 40 – 44 tahun 22.5 jika dibandingkan dengan kelompok usia 25 – 29 tahun 4.3 dari 1000 perempuan per tahunnya. Analisis data pada kelompok usia 46 – 50 tahun 48.9 yaitu merupakan kelompok usia dengan jumlah kasus mioma uteri tertinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik mioma uteri tersebut. Seperti yang telah kita ketahui, mioma uteri adalah tumor yang terjadi pada wanita usia reproduktif dan sebagian besar bersifat asimptomatis. Mioma uteri Universitas Sumatera Utara kemudian bertumbuh dan berkembang ditandai dengan peningkatan massa tumor hingga cukup besar untuk menimbulkan gejala klinis. Mungkin saja pada awalnya, perempuan yang berusia 30 – 35 tahun mengalami mioma uteri tetapi tidak terdeteksi karena masih cukup kecil untuk dapat menimbulkan gejala tetapi seiring bertambahnya usia maka mioma dapat tumbuh membesar sehingga menimbulkan gejala pada usia di atas 40 tahun. Hal ini tentu saja menjadi penyumbang angka bagi kejadian mioma uteri pada kelompok usia di atas 40 tahun. Penelitian lain yang mendukung hal di atas, berasal dari sebuah jurnal penelitian oleh Zimmerman et al pada tahun 2012. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi mioma uteri berdasarkan kelompok usia, yaitu kelompok usia 20 – 29 tahun berjumlah 115 orang 1.8, 30 – 39 tahun berjumlah 447 orang 7.0 dan kelompok usia 40 – 49 tahun berjumlah 963 orang 14.1.

5.2.1.2 Analisis Distribusi Penderita Mioma Uteri berdasarkan Lokasi Mioma Uteri

Pada penelitian ini, lokasi mioma uteri terbanyak ditemukan adalah berada di dalam myometrium intramural yaitu berjumlah 278 kasus 84.5, sedangkan lokasi lainnya yaitu submukosum berjumlah 48 kasus 14.6, dan subserosum sebanyak 3 kasus 0.9. Pada umumnya, mioma uteri yang terjadi pada uterus bersifat campuran yang berarti tumor dapat tumbuh di beberapa lokasi di uterus. Meskipun demikian, Nelson dalam bukunya yang berjudul Congenital Anomalies and Benign Condition of the Uterine Corpus and Cervix, mengatakan bahwa setiap mioma uteri selalu berasal dan tumbuh dari miometrium intramural, tetapi beberapa berpindah ke permukaan serosa subserosa atau menuju ke endometrium submukosum. Kumar dalam bukunya Robbins Basic Pathology, juga mengatakan bahwa sebagian besar mioma uteri tertanam di dalam miometrium intramural, sebagian terletak sedikit di bawah serosa tetapi masih di Universitas Sumatera Utara dalam miometrium subserosa dan sebagian terletak di bawah endometrium submukosum. Breech dalam bukunya yang berjudul Leiomyoma Uteri and Myomectomy, juga menerangkan bahwa sangat sulit untuk menentukan suatu tumor itu adalah mioma subserosa atau tumor jinak yang berasal dari organ adneksa, yang menjadikan jumlah kasusnya sedikit. Penelitian yang dilakukan di Nigeria pada tahun 2011, menyatakan bahwa terdapat kasus mioma intramural sebanyak 178 kasus 14.8 dari 1161 kasus mioma uteri. Penelitian lainnya yang dilakukan di Ghana pada tahun 2012, menyatakan bahwa terdapat mioma intramural sebesar 44 dari seluruh klasifikasi mioma dengan jumlah pasien sebanyak 584 orang. 5.2.1.3 Analisis Distribusi Penderita Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan dengan Hiperplasia Endometrium Pada penelitian ini, jumlah kasus mioma uteri yang terjadi bersamaan dengan hiperplasia endometrium berjumlah 36 kasus 10.9 dari total 329 kasus. Jumlah ini memang sedikit tetapi tidak menyatakan bahwa kejadian mioma uteri murni hanya mioma melainkan kita bisa menemukan kelainan lainnya di uterus seperti hiperplasia endometrium. Harus diakui bahwa jumlah yang sedikit itu bukan berarti kejadian ini jarang. Akan tetapi, masalah penulisan rekam medis dan analisa pada bagian lain di uterus tidak dilakukan begitu telah didapati mioma uteri di uterus. Deligdish dan Lowenthal melaporkan bahwa hiperplasia kelenjar di endometrium sering terjadi pada batas tepi mioma uteri di bawahnya. Selanjutnya, Yamamoto dan asistennya juga melaporkan terdapat peningkatan kadar estrone dan estrone sulfatase di dalam endometrium yang menyebar sampai ke mioma uteri. Mereka beranggapan aktivitas hiperesterogen yang berlebihan di endometrium berperan pada pembentukan dan pertumbuhan mioma uteri di uterus. Universitas Sumatera Utara Kumar juga menyatakan dalam bukunya Robbins Basic Pathology, bahwa baik mioma uteri dan hiperplasia endometrium itu disebabkan oleh sebab yang sama yaitu peninggian kadar esterogen di kedua lokasi yaitu endometrium dan miometrium. Berdasarkan paparan di atas, maka kejadian mioma uteri bisa terjadi bersamaan dengan hiperplasia endometrium di uterus.

5.2.1.4 Analisis Distribusi Penderita Mioma Uteri yang Terjadi Bersamaan dengan Adenomiosis

Pada penelitian ini, jumlah kasus mioma uteri yang terjadi bersamaan dengan adenomiosis berjumlah 32 kasus 9.7 dari total 329 kasus. Penelitian yang sama dilakukan oleh Taran et al pada tahun 2010. Mereka menggunakan metode case control study pada perempuan – perempuan yang menjalani histerektomi dengan diagnosis mioma uteri dan adenomiosis serta perempuan yang dengan diagnosis hanya mioma uteri saja. Data diambil dari hasil rekam medis rumah sakit dan pasien rawat jalan. Sampel penelitian berjumlah 255 pasien, dengan 85 perempuan yang mengalami adenomiosis dengan leiomyoma dan 170 perempuan yang hanya mengalami mioma uteri saja. Penelitian lainnya yang berasal dari Kumaon, India Utara, mendapati bahwa ada 18 9.7 kasus mioma dengan adenomiosis dari 184 kasus pasien yang menjalani histerektomi. Berdasarkan pengalaman yang terjadi pada praktek sehari – hari, dokter obgyn sangat susah dalam menentukan apakah ini kasus adenomiosis dan mioma uteri atau hanya mioma uteri saja. Seringkali pasien datang ke praktek dokter dengan keluhan yang klasik yaitu nyeri panggul dan perdarahan abnormal dari vagina. Perlu kita ketahui bahwa tanda dan gejala di atas bisa berlaku pada kasus adenomiosis dan mioma uteri. Lalu, bagaimana kita membedakannya? Universitas Sumatera Utara Banyak dokter yang melanjutkan pemeriksaan dengan radiologi tetapi salah menginterpretasikannya karena kurangnya pengalaman dalam membaca hasil pemeriksaan. Begitu mendapatkan adanya massa di uterus, mereka langsung mendiagnosa dengan mioma uteri, padahal massa berukuran kecil dan difus adalah ciri khas adenomiosis. Begitu salah mendiagnosis pasien, maka efektivitas pengobatan akan berkurang atau tidak efektif sama sekali. Bahkan, pada beberapa kasus yang dilaporkan oleh Jhonson, nyeri panggul yang dirasakan tetap ada dan tidak hilang. Oleh sebab itu, kita sebagai dokter perlu melakukan suatu tindakan konfirmasi dengan melakukan pemeriksaan patologi anatomi. Pada kasus adenomiosis, tumor yang terbentuk memiliki jaringan yang sama dengan endometrium, sedangkan mioma uteri adalah tumor yang memiliki gambaran jaringan yang sama dengan miometrium di uterus. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah penderita mioma uteri di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2012 adalah sebanyak 329 kasus. 2. Usia tersering dari penderita mioma uteri di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2012 adalah kelompok 46-50 tahun 48.9. 3. Lokasi mioma uteri terbanyak yang ditemukan pada penderita mioma uteri di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009- 2012 adalah kelompok intramural 84.5. 4. Jumlah penderita mioma uteri yang terjadi bersamaan dengan kejadian hiperplasia endometrium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik- Medan pada tahun 2009-2012 adalah sebanyak 10.9. 5. Jumlah penderita mioma uteri yang terjadi bersamaan dengan kejadian adenomiosis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2012 adalah sebanyak 9.7.

6.2. Saran

1. Lokasi penelitian sebaiknya diperluas, mengingat masih banyak sentra diagnostik yang lain yang terdapat di kota Medan, sehingga data demografi yang diperoleh semakin akurat. 2. Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan follow up yang dilakukan, serta lebih spesifik dalam pengklasifikasian sehingga memudahkan dalam pengolahan data. 3. Sehubungan dengan tingginya angka kejadian dari mioma uteri, terutama mioma uteri dengan kelainan penyerta seperti hiperplasia endometrium Universitas Sumatera Utara