Etiologi dan Patogenesis TINJAUAN PUSTAKA

dibandingkan perempuan kulit putih sekitar 43. Perempuan kulit hitam juga didapati memiliki insiden yang lebih tinggi untuk mengalami mioma uteri yang multipel 74 : 31. Meskipun tidak ada hubungan ukuran mioma uteri terhadap perbedaan ras antara perepuan kulit hitam dan putih yang mempunyai riwayat mioma tetapi perempuan kulit hitam memiliki kecenderungan mengalami mioma uteri yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan kulit putih. Victory, 2006; Zimmermann, 2012

2.5. Etiologi dan Patogenesis

Mioma uteri telah lama dipercayai sebagai tumor jinak yang bergantung pada esterogen. Banyak bukti dewasa ini menganggap bahwa ada juga keterlibatan progesteron sebagai penyebabnya. Di luar semua temuan dan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui penyebab mioma uteri, kontroversi tetap ada dan masih banyak pertanyaan belum dapat dijawab. D’Aloisio, 2010. Berikut adalah beberapa faktor yang berperan menimbulkan mioma uteri antara lain : - Esterogen Berbagai usaha telah dilakukan untuk mempelajari reseptor esterogen dan mioma uteri. Meskipun menuai kontroversi, tetapi sebagian besar studi membuktikan bahwa ada peningkatan reseptor esterogen pada mioma uteri dibandingkan dengan miometrium normal. Penelitian lain menyatakan bahwa reseptor esterogen alfa dan beta terdapat pada mioma uteri dan mengalami peningkatan up-regulasi dibandingkan miometrium normal. Yamamoto et al menunjukkan bahwa adanya penurunan pertukaran estradiol menjadi estron pada kasus mioma uteri dibandingkan miometrium normal. Hal ini terjadi akibat penurunan kerja enzim 17-beta hydroxysteroid dehydrogenase atau dengan peningkatan enzim aromatase. Tujuannya adalah menghasilkan senyawa esterogenik yang berpotensi merangsang sel miometrium dan meningkatkan sel yang bersifat leiomioma. Aktivitas esterogenik juga dapat ditingkatkan melalui modifikasi molekul estradiol. Leihr et al mendemonstrasikan bahwa tingginya konsentrasi metabolit C 4 hydroxylated estradiol pada mioma uteri, merupakan Universitas Sumatera Utara hasil dari peningkatan aktivitas enzim estradiol 4-hydroxylase. Metabolit yang terbentuk itu mempunyai daya ikat reseptor yang lebih besar dibandingkan estradiol, yang merupakan sumber lokal pertumbuhan mioma uteri. Victory, 2006 - Progesteron Reseptor progesteron juga ditemukan mengalami peningkatan konsentrasi pada mioma uteri. Meskipun bersifat kontroversi, reseptor progesteron pada mioma uteri ditemukan meningkat konsentrasinya di semua siklus menstruasi. Kedua reseptor progesteron didapati pada mioma uteri yaitu reseptor progesteron A dan B. Jumlah reseptor progesteron A lebih banyak dari B pada mioma uteri dan jaringan miometrium normal. Sifat yang berlawanan dengan esterogen menyebabkan kadar progesteron tidak meningkat pada mioma uteri jika dibandingkan dengan endometrium yang mengelilinginya. Akan tetapi, peningkatan kadar progesteron telah menunjukkan peningkatan aktivitas mitosis pada mioma uteri, yang berpotensi menumbuhkan mioma uteri baik selama siklus menstruasi dan jika mendapat pemasukan eksogen. Kawaguchi menganalisa efek progesteron dan esterogen pada sel otot mioma yang dikultur. Ternyata didapatkan hasil bahwa sel yang dikultur dengan media progesteron dan esterogen lebih aktif pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan hanya dengan media esterogen saja. Kadar serum progesteron tidak meningkat pada perempuan mioma uteri. Kecuali jika mendapat pemasukan dari luar tubuh, dimana pengaruh progesteron terbatas pada mekanisme autokrin dan parakrin di tingkat molekular mempunyai nilai yang bermakna atau signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri. Victory, 2006 - Faktor hormon pertumbuhan Growth factors Baik esterogen maupun progesteron tampak berhubungan dengan berbagai faktor pertumbuhan lainnya pada mioma uteri untuk memulai dan merangsang pertumbuhannya. Epidermal growth factor EGF dan epidermal growth factor receptor EGF-R dapat ditemukan pada miometrium normal dan mioma uteri. Maruo et al menunjukkan bahwa esterogen meningkatkan produksi lokal EGF, Universitas Sumatera Utara sementara progesteron meningkatkan EGF-R secara sinergis pada sel mioma uteri. Beberapa penulis juga mengungkapkan bahwa pentingnya faktor-faktor pertumbuhan ini dalam perkembangan mioma uteri. Jumlah Transforming growth factor β3 TGFβ3 mRNA mencapai 5 kali lebih tinggi pada mioma uteri dibandingkan miomterium normal. Faktor ini mempunyai kontribusi dalam peningkatan potensi mitogenik sel mioma uteri dan juga meningkatkan deposisi matriks ekstraseluler. Faktor lain yang berpotensi seperti platelet-derived growth factor, vascular endothelial growth factor, insulin like growth factor-I, basic fibroblast growth factor, dan prolaktin belum dapat dijelaskan mekanismenya terkait pertumbuhan mioma uteri. Victory, 2006 Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan- kawan juga menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Prawirohardjo, 2009 Beberapa faktor yang mengawali terjadinya mioma uteri tidak diketahui dengan pasti, tetapi hormon steroid yang berasal dari ovarium berperan penting dalam pertumbuhan mioma uteri. Mioma uteri sangat jarang terjadi sebelum menarche dan setelah menopause kecuali jika dirangsang pertumbuhannya dengan hormon eksogen luar tubuh. Mioma uteri juga dapat tumbuh besar secara drastis selama kehamilan. Mioma uteri telah meningkatkan jumlah reseptor esterogen dan progesteron dibandingkan dengan sel otot polos lainnya. Esterogen merangsang proliferasi dari sel-sel otot polos, sementara progesteron meningkatkan produksi protein yang menghambat program kematian sel atau disebut dengan apoptosis. Mioma uteri juga mempunyai kadar hormon pertumbuhan tinggi yang merangsang produksi fibronektin dan kolagen sebagai komponen utama matriks ekstraseluler yang memberikan karakteristik dari lesi ini. Nelson, 2010 Universitas Sumatera Utara

2.6. Faktor Risiko