Gambar 2.1 Anatomi Uterus Normal
2.3. Klasifikasi Mioma Uteri
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3, sisanya adalah dari korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati
sebagai:
Universitas Sumatera Utara
1. Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke
dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut
myomgeburt. 2.
Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intra ligamenter. Mioma subserosum dapat juga tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian
membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wanderingparasitic fibroid. Prawirohardjo, 2009
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lokasinya Sumber: Martin L.Pernoll, 2001
2.4. Epidemiologi
Berdasarkan Schwartz, insiden mioma uteri di Amerika Serikat, berkisar dari 2,0 – 12,8 per 1000 orang per tahun. Sesungguhnya, jumlah insiden mioma
uteri lebih besar dari yang diperkirakan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya perempuan yang mengalami mioma uteri yang bersifat asimptomatis, sehingga
hasil deteksi penyakit ini menjadi rendah. Faktor usia mempunyai peranan yang signifikan untuk mendeteksi mioma
uteri, dengan peningkatan tingkat insiden saat perempuan mendekati masa peri menopause dan diikuti oleh penyusutan mioma uteri memasuki masa post
menopause. Studi pada cadaver juga menunjukkan fakta bahwa banyak mioma uteri yang menyusut pertumbuhannya seiring dengan pertambahan usia. Marshal
et al mendemonstrasikan bahwa dari 95 pasien yang diperiksa di Nurse Health Study, insidennya berkisar antara 4,3 per 1000 perempuan per tahun dengan
perempuan usia antara 25 dan 29 tahun, 9,0 antara usia 30 dan 34 tahun, 14,7 antara usia 35-39 tahun, dan 22,5 antara usia 40 dan 44 tahun, menunjukkan
bahwa ada peningkatan linier insiden seiring bertambahnya usia. Jadi, pada grup perempuan usia 40-44 tahun, ada peningkatan sebesar 5,2 kali insiden mioma uteri
dibandingkan dengan grup perempuan usia 20-29 tahun. Perbedaan ras juga memainkan peranan yang signifikan di dalam
epidemiologi mioma uteri. Beberapa penelitian telah menunjukkan perbedaan signifikan antara penderita dengan ras Afrika Amerika dan penderita kulit putih.
Schwartz menyatakan bahwa ketika ia menilai faktor usia pada penderita mioma uteri, tingkat insiden meningkat 2-3 kali lebih tinggi pada perempuan kulit hitam
dibandingkan kulit putih. Faerstein et al menyatakan bahwa ketika menilai faktor resiko seperti: usia menarche, penggunaan kontrasepsi oral, ukuran tubuh,
merokok, hipertensi, diabetes dan riwayat penyakit radang panggul, penderita kulit hitam memiliki rasio odds 9,4 dibandingkan kulit putih pada kasus kontrol.
Pada perempuan yang tidak memiliki riwayat mioma uteri, sekitar 59 perempuan kulit hitam didiagnosa dengan ultrasound terdapat mioma uteri
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan perempuan kulit putih sekitar 43. Perempuan kulit hitam juga didapati memiliki insiden yang lebih tinggi untuk mengalami mioma uteri yang
multipel 74 : 31. Meskipun tidak ada hubungan ukuran mioma uteri terhadap perbedaan ras antara perepuan kulit hitam dan putih yang mempunyai
riwayat mioma tetapi perempuan kulit hitam memiliki kecenderungan mengalami mioma uteri yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan kulit putih.
Victory, 2006; Zimmermann, 2012
2.5. Etiologi dan Patogenesis