51
memproduksi telur, memiliki vagina, mempunyai alat menyusui payudara, mengalami haid dan menopause.
3. Kekerasan dalam pacaran adalah ancaman atau tindakan untuk
melakukan kekerasan kepada salah satu pihak dalam hubungan berpacaran, yang mana kekerasan ini ditujukan untuk memperoleh
kontrol, kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya, perilaku ini bisa dalam bentuk kekerasan emosional, fisik dan seksual.
4. Mahasiswi dalam penelitian ini adalah perempuan yang sedang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi.
2.5.2. Definisi Operasional
Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti,
maka perumusan definisi operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi Siagian,
2011:141. Adapun yang menjadi definisi operasional ataupun indikator dalam
penelitian ini adalah kemampuan perempuan untuk melakukan penyesuaian dan adaptasi terhadap kekerasan dalam pacaran yang dialami, mengatasi kondisi yang
penuh tekanan dan berusaha bangkit dari kekerasan yang dialami. Hal ini dapat dilihat dari 7 aspek pembentuk resiliensi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
52
1. Regulasi Emosi yaitu Kemampuan untuk bisa tenang dalam kondisi dan
situasi yang menekan atau dalam kondisi yang sulit dari pacarnya.
2. Pengendalian Impuls yaitu Kemampuan untuk mengendalikan keinginan,
dorongan, kesukaran serta tekanan yang muncul dalam dirinya agar bisa mengatur emosinya dengan baik.
3. Optimisme yaitu Keyakinan bahwa kekerasan yang dilakukan pacarnya
akan berubah dan pacarnya bisa membahagiakannya di masa yang akan datang.
4. Causal Analysis yaitu Kemampuan untuk mencari tahu akar dari masalah
yang sering muncul dari kekerasan yang dialaminya.
5. Empati yaitu Kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan pacarnya dan peduli dengan kondisi sosial maupun psikologis pacarnya.
6. Self Efficacy yaitu Keyakinan bahwa ia bisa menyelesaikan masalahnya
dan berusaha
meyakinkan pacarnya
untuk berdiskusi
atau memusyawarahkan apa yang menyebabkan pacarnya melakukan
kekerasan. 7. Reaching Out yaitu Kemampuan untuk bisa bangkit dari trauma
kekerasan yang dilakukan pacarnya. Mahasiswi tersebut meyakini bahwa
ada hikmah disetiap peristiwa kekerasan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online,
dimana dari berbagai permasalahan pada perempuan tersebut, isu kekerasan terhadap perempuan telah menjadi suatu sorotan penting karena kasus kekerasan
ini kerap kali terjadi secara terus-menerus dan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perempuan lebih banyak menjadi korban dibandingkan laki-laki karena
pada dasarnya kekerasan ini terjadi karena adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dipercaya oleh masyarakat kebanyakan.
Ketidakadilan gender ini telah terpatri dalam kehidupan sehari-hari, bahwa seorang perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, harus
lebih dulu mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya. Kekerasan terhadap perempuan, seperti yang tertulis dalam Pasal 1
Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 1994 oleh Komnas Perempuan, adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang
berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologi termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.
Ada berbagai persepsi tentang kekerasan terhadap perempuan mulai dari pelecehan secara verbal, kekerasan fisik sampai dengan mengingkari hak asasi
Universitas Sumatera Utara