41
kekerasan dalam pacaran tidak berhasil. Ini akan menghasilkan perasaaan tak berdaya yang mengarahkan pada kepercayaan bahwa mereka tidak dapat merubah
keadaan. 6.
Merasa dikucilkan
Korban akan jauh dari orang-orang yang mungkin akan menolong mereka. Hal ini karena pasangan mereka mengatur segala sesuatu mengenai hidup mereka.
7. Mood yang tidak stabil
Korban kekerasan dalam pacaran dapat menjadi sangat tidak stabil secara emosional dengan mood yang tidak sesuai dengan situasi. Hal ini membuat
mereka sulit untuk memahami sesuatu. Satu waktu mereka bisa sangat bahagia, tak lama kemudian mereka menjadi sangat sedih.
2.3. Kemampuan Adaptasi dan Resiliensi
2.3.1. Pengertian Resiliensi
Henderson Milstein dalam Nasution, 2011 mendefinisikan bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk bangkit dari pengalaman negatif,
bahkan menjadi lebih kuat selama menjalani proses penanggulangannya. Grothberg 1999 mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan manusia
untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan kekuatan bahkan mampu mencapai transformasi diri setelah mengalami penderitaan. Lebih lanjut lagi Reivich
Shatte 2002 mendefinisikan resiliensi merupakan mindset yang memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
42
individu mencari bermacam pengalaman dan memandang hidupnya sebagai suatu kegiatan yang sedang berjalan.
Bautista dalam Nasution, 2011 menyatakan bahwa resiliensi adalah suatu kemampuan pada individu yang luar biasa untuk bertahan menghadapi
penderitaan yang berkembang. Mereka akan mengembangkan cara untuk mengubah keadaan yang penuh tekanan menjadi sebuah kesempatan untuk
pengembangan diri pribadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Reivich Shatte 2002 menambahkan bahwa resiliensi harus dipahami
sebagai kemampuan dimana individu tidak sekedar berhasil dalam beradaptasi terhadap resiko atau kemalangan namun juga memiliki kemampuan untuk pulih,
bahagia dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat, lebih bijak dan lebih menghargai kehidupan. Individu yang resilien tidak hanya kembali pada keadaan
normal setelah mereka mengalami kemalangan, namun sebagian dari mereka mampu untuk menampilkan performance yang lebih baik dari sebelumnya.
Dari beberapa definisi resiliensi yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik sebuah garis merah terkait definisi resiliensi yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini. Definisi resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan individu untuk melakukan penyesuaian dan beradaptasi terhadap
perubahan, tuntutan, kekecewaan dan kegagalan yang muncul dalam kehidupan, mengatasi kondisi yang penuh tekanan, bangkit dari keterpurukan dan
berkembang secara positif menjadi individu yang lebih baik.
2.3.2. Faktor Pembentuk Resiliensi