Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

(1)

LAMPIRAN


(2)

(3)

KEMAMPUAN ADAPTASI PEREMPUAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN

(Studi Kasus Pada Mahasiswi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan)

PEDOMAN WAWANCARA

I. Data Informan

Nama :

Tempat/Tgl. Lahir :

Alamat :

Usia :

Agama :

Suku Bangsa :

II. Pertanyaan Umum

1. Berapa lama hubungan pacaran Anda dengan pacar Anda?

2. Apa penyebab awal terjadinya tindakan kekerasan yang dilakukan pacar Anda?

3. Sejak kapan pacar Anda mulai melakukan tindakan kekerasan kepada Anda?


(4)

5. Bagaimana respon/tindakan Anda ketika pacar Anda melakukan tindakan kekerasan kepada Anda?

6. Mengapa Anda bertahan dengan pacar Anda?

7. Apakah kekerasan yang dilakukan oleh pacar Anda terjadi secara berulang?

8. Apakah tindakan kekerasan dari pacar Anda pernah dilakukan di depan teman-teman Anda?

9. Adakah keluarga dan teman-teman Anda mengetahui bahwa Anda mengalami kekerasan dari pacar Anda?

10. Kepada siapakah Anda menceritakan tentang tindakan kekerasan yang Anda alami?

III. Kemampuan Adaptasi Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran

III.1. Regulasi Emosi

1. Apakah Anda menceritakan kepada teman Anda tentang kekerasan yang Anda alami?

2. Apakah Anda pernah melaporkan kejadian kekerasan yang Anda alami kepada pihak atau lembaga yang berwenang?


(5)

4. Bagaimana tanggapan pacar Anda setelah melakukan kekerasan terhadap Anda?

5. Apakah Anda bisa menerima perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh pacar Anda?

6. Bagaimana cara Anda mengatasi situasi emosional saat Anda mengalami kekerasan dari pacar Anda?

III.2. Pengendalian Impuls

1. Apakah Anda tidak ingin mengakhiri hubungan dengan pacar Anda ketika dia melakukan kekerasan kepada Anda?

2. Apakah Anda merasa tertekan menjalani hubungan dengan pacar Anda?

3. Bagaimana perasaan Anda kepada pacar Anda ketika dia melakukan kekerasan?

4. Apakah ada dorongan atau paksaan dari pacar Anda untuk tetap menjalin hubungan pacaran dengan dirinya walaupun pacar Anda sering melakukan kekerasan?

5. Apabila ada, bagaimana bentuk dorongan atau paksaan tersebut?

III.3. Optimisme

1. Apakah Anda yakin/percaya bahwa pacar Anda tidak akan melakukan kekerasan lagi kepada Anda?


(6)

3. Apakah pacar Anda pernah berjanji bahwa dia akan merubah sikapnya terhadap Anda?

4. Berapa kali pacar Anda menjanjikan hal tersebut?

5. Apakah Anda percaya dengan janji pacar Anda tersebut?

6. Apabila pacar Anda tetap melakukan tindakan kekerasan setelah dia berjanji untuk tidak mengulanginya, tindakan apakah yang akan Anda lakukan?

III.4. Causal Analysis

1. Apa sajakah yang menjadi pemicu pertengkaran Anda dengan pacar Anda selama ini, yang seringkali berujung pada tindakan kekerasan kepada Anda?

2. Dari berbagai pemicu tersebut, dapatkah Anda menyimpulkan akar utama penyebab terjadinya tindakan kekerasan yang Anda alami?

3. Apakah Anda merasa bahwa kekerasan yang dilakukan pacar Anda merupakan akibat dari kesalahan Anda kepada dirinya?

4. Menurut Anda, siapakah yang paling banyak melakukan kesalahan saat Anda berpacaran dengan pacar Anda?

5. Kesalahan seperti apa yang Anda dan pacar Anda lakukan?

6. Hal-hal apa saja yang dapat membuat pacar Anda menjadi emosional kepada Anda?


(7)

III.5. Empati

1. Apakah Anda masih peduli dan sayang kepada pacar Anda meskipun dia telah melakukan tindakan kekerasan kepada Anda?

2. Mengapa Anda masih sayang dan peduli kepada pacar Anda mengingat tindakan kekerasan yang Anda terima dari pacar Anda?

3. Apakah Anda memahami perasaan dan kondisi emosional pacar Anda saat dia melakukan kekerasan kepada Anda?

4. Apakah Anda merasa memahami dengan baik bahasa non-verbal pacar Anda, seperti ekspresi wajah, intonasi suara dan gestur tubuh saat pacar Anda merasa tidak senang dengan tindakan atau perkataan Anda yang akhirnya berpotensi memicu amarah pacar Anda sehingga melakukan kekerasan kepada Anda?

5. Dapatkah Anda merasakan apa yang pacar Anda rasakan saat dia melakukan kekerasan kepada Anda?

III.6. Self Efficacy

1. Apakah Anda yakin bahwa Anda mampu mendapatkan solusi dari permasalahan kekerasan yang Anda alami?

2. Pernahkah Anda membahas tentang permasalahan kekerasan yang Anda alami dengan pacar Anda?


(8)

4. Selama ini, bagaimana Anda dan pacar Anda menyelesaikan masalah jika terdapat konflik atau perbedaan pendapat?

5. Apakah Anda berdua sering membicarakan tentang kekurangan dan kelebihan diri masing-masing?

6. Apakah pacar Anda dapat menerima kekurangan yang ada pada diri Anda? Bagaimana sebaliknya?

7. Seberapa sering Anda dan pacar Anda bermusyawarah bersama untuk memecahkan masalah?

III.7. Reaching Out

1. Bagaimana kesiapan diri Anda apabila sewaktu-waktu Anda berpisah dengan pacar Anda?

2. Apakah ada penyesalan dalam diri Anda apabila hubungan Anda dengan pacar Anda berakhir?

3. Apakah Anda bisa dengan rela menerima kenyataan bahwa Anda pernah mengalami kekerasan dalam pacaran?

4. Apakah Anda yakin dapat melupakan kekerasan yang telah terjadi?

5. Apakah ada perasaan tertekan dan trauma atas apa yang telah dilakukan pacar Anda kepada Anda?


(9)

7. Apakah Anda masih ingin menjalin hubungan yang baru setelah Anda berpisah dengan pacar Anda?

8. Jika Anda telah menjalin hubungan yang baru lalu kemudian pacar baru Anda kembali melakukan tindakan kekerasan seperti yang pernah dilakukan mantan pacar Anda, apakah yang akan Anda lakukan?

9. Apakah tindakan preventif (pencegahan) yang akan Anda lakukan agar Anda tidak mengalami kekerasan dari pacar Anda yang baru?

10. Apakah Anda yakin dapat memulai hidup baru yang lebih baik tanpa mengingkari fakta bahwa Anda pernah mengalami kekerasan dalam pacaran?

11. Adakah suatu hikmah/pelajaran yang bisa Anda ambil dari kekerasan dalam pacaran yang Anda alami?


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta :

Pustaka Belajar.

Grothberg, E. 1999. Tapping Your Inner Strength. New York : New Harbinger Publication, Inc.

Himawan, Anang Haris. 2007. Bukan Salah Tuhan Mengazab. Solo : Tiga Serangkai.

Jackson, Stevi dan Jackie Jones. 2009. Pengantar Teori-Teori Feminisme Kontemporer. Yogyakarta : Jalasutra.

Jakarta : Rineka Cipta.

Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju.

Marshana, Windu. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta : Kanisius.

Moleong, Lexy. 2007. Metodeologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Mufida. 2004. Paradigma Gender. Malang : Bayu Media.

Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum dan HAM. Magelang : Yayasan Indonesia Tera Anggota IKAPI.

Murray, Jill. 2007. But I Love Him. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.


(11)

Nasution, S.M. 2011. Resiliensi Daya Pegas Menghadapi Trauma Kehidupan. Medan : USU Press.

Reivich, K., Shatte A. 2002. The Resilience Factor. New York : Broadway Books. Santoso, Thomas. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Set, Sony. 2009. Teen Dating Violence, Stop Kekerasan dalam Pacaran. Yogyakarta : Kanisius.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : PT Grasindo Monoratama.

Subhan, Zaitunah. 2004. Kodrat Perempuan, Takdir atau Mitos. Jakarta : Lkis. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta. Widianti, Dian. 2006. Ensiklopedi Cinta. Bandung : Mizan Media Utama.

Sumber Lain :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Komnas Perempuan. 2002. Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia. Jakarta : Ameepro.

Komnas Perempuan. 2011. Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta.

Komnas Perempuan. 2012. Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta.

Komnas Perempuan. 2013. Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta.


(12)

Nainggolan, Erpina Panduwinata. 2014. Kekerasan Dalam Pacaran yang Dialami Mahasiswi di Asrama Lili. Skripsi. Universitas Advent Indonesia.

Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Siagian, Olivia. 2009. Gambaran Kekerasan dalam Pacaran di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Soetrisno, Ade Latifa. Kekerasan Suami Terhadap Istri : Sebuah Analisa Perspektif Feminis atas Kasus-Kasus di Sebuah Lembaga Konsultasi Perkawinan di Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Sumber Online :

Kekerasan dalam Hubungan Pacaran. (2012). Diakses pada 25 Juni 2015 pukul 15:21 WIB, dari http://psikologikita.com/?q=kekerasan-dalam-hubungan-pacaran

Pasal untuk Pasangan yang Suka Menganiaya Pasangannya. (2013). Diakses pada 25 Juni 2015 pukul 17:16 WIB, dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5170437ea9850/pasal-untuk-menjerat-pacar-yang-suka-menganiaya-pasangannya


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Penelitian dengan topik ini memiliki data dan kajian yang sangat terbatas sehingga penelitian ini merupakan eksplorasi. Untuk mendapatkan data mengenai isu yang belum banyak dieksplorasi maka harus dilakukan deskripsi secara mendalam. Oleh karena itu, maka hanya bisa dilakukan dengan penelitian kualitatif.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut dikarenakan daerah ini sering dijadikan pilihan mahasiswa/i rantau untuk indekost


(14)

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) orang mahasiswi kost-kostan yang mengalami kekerasan dalam pacaran dan bertempat tinggal di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan.

3.3.2. Informan

Untuk menentukan informan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling (sampling bertujuan), dimana informan ditentukan secara sengaja oleh peneliti dengan kriteria dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:53-54). Informan dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian sebagai orang yang dapat memberikan informasi atau berbagai keterangan yang diperlukan terkait dengan penelitian yang dilakukan.

3.3.2.1. Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah 3 orang mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam pacaran dan berstatus sebagai mahasiswi kost-kostan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:


(15)

1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui penelitian kepustakaan (Library Research). Data akan diolah dari berbagai sumber kepustakaan, antara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal dan bahan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.

2. Studi Lapangan

Studi Lapangan yaitu pengumpulan data yang duperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian, yakni:

a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan.

b. Wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara bertatap muka dengan informan yang bertujuan untuk melengkapi data dan menganalisa masalah yang ada dan diperlukan dalam penelitian ini.

3.5. Teknik Analisis Data


(16)

data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analsisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Kualitas hasil penelitian dari tipe penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari informan dan informasi-informasi yang didapat oleh peneliti (Moleong, 2007:247).

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. Data tersebut disajikan dalam bentuk deskriptif tentang peristiwa atau pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-kata sendiri.


(17)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Kota Medan

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan yang terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,

2. Sebelah Selatan, Timur dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2, yang terdiri dari 21

Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan jumlah penduduk Kota Medan tahun 2014 berdasarkan data dari Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan adalah 2.132.061 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga (Kepala Keluarga) sebanyak 472.202 Kepala Keluarga.

4.1.2. Kecamatan Medan Baru Kota Medan

Kecamatan Medan Baru merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Medan yang beralamat di Jl. Rebab No. 34 Medan Telp. (061) 8211292. Kecamatan Medan Baru dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :


(18)

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang. 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah.

Luas Wilayah Kecamatan Medan Baru adalah 5,84km², yang terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 64 lingkungan dan 133 blok sensus. Di Kecamatan Medan Baru ini juga terdapat industri yakni industri kelas menengah yang menjadi unggulannya seperti, usaha-usaha yang berada dipinggir jalan mulai dari aneka panganan dan jajanan dengan harga yang bervariasi dan berbagai kebutuhan lainnya.

4.1.2.1. Potensi Wilayah Kecamatan Medan Baru

a. Data Umum

Tabel 4.1

Data Umum Kecamatan Medan Baru

No. Data Umum Keterangan

1. Luas 5,41 Km2

2. Jumlah Kelurahan 6 Kelurahan

3. Jumlah Penduduk 53.214 Jiwa

4. Jumlah Lingkungan 64 Lingkungan

Sumber: Profil Kecamatan Medan Baru 2015

b. Pelayanan Umum


(19)

Pelayanan Umum Kemacatan Medan Baru

No. Jenis Pelayanan Keterangan

1. Air Bersih 9.248 Rumah Tangga

2. Listrik 9.859 Rumah Tangga

3. Telepon 1 Unit

4. Jasa Transportasi 4

5. Lapangan Olah Raga 53 Persil

6 Rumah Ibadah 49 Unit

7. Rumah Sakit 5Unit

8. Puskesmas 1 Unit

Sumber: Profil Kecamatan Medan Baru 2015

c. Pendidikan

Tabel 4.3

Pendidikan Kecamatan Medan Baru

No. Jenis Pendidikan Keterangan

1.

2.

3.

SD/Sederajat

SLTP dan SMU/Sederajat

Akademi/Universitas

27 Unit

16 Unit


(20)

d. Perdagangan

Tabel 4.4

Perdagangan Kecamatan Medan Baru

No. Jenis Perdagangan Keterangan

1. Pasar Tradisional 2 Unit

2. Plaza/Mall 3 Unit

3. Pasar Grosir 200 Unit

Sumber: Profil Kecamatan Medan Baru 2015

e. Kelurahan

Tabel 4.5

Kelurahan di Kecamatan Medan Baru

No Kelurahan Alamat

1. Titi Rantai Jl. Bahagia No.89

2. Padang Bulan Jl. Letjen Jamin Ginting No. 540 3. Merdeka Jl. Sei Belutu No. 5

4. Darat Jl. Kapt. Patimura No.151 5. Babura Jl. DI Panjaitan No. 71 A

6 Petisah Hulu Jl. Syailendra No. 15 Sumber: Profil Kecamatan Medan Baru 2015

4.2. Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan Kota Medan


(21)

Bulan, Merdeka, Barat, Babura, Petisah Hulu). Luas wilayahnya lebih kurang 168 hektar dan terbagi dalam 12 lingkungan dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang Kecamatan Medan Selayang.

4.3. Jumlah Penduduk Kelurahan Padang Bulan

Jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan berdasarkan Laporan Mutasi Mutandis sampai dengan bulan Desember 2015 adalah sebanyak 13.698 jiwa yang terdiri dari laki-laki 6588 jiwa dan perempuan 7110 jiwa.

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Kelurahan Padang Bulan

No. Jenis Kelamin Jiwa

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

6588

7110 Sumber: Profil Kelurahan Padang Bulan 2015


(22)

Kenyataannya di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru terdapat banyak penduduk yang menetap sementara dengan berstatus mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara maupun perguruan tinggi lain, juga pegawai/pekerja yang tinggal mengontrak. Hal tersebut mengakibatkan jumlah penambahan/peningkatan penduduk dapat berubah dengan relatif cepat sehubungan dengan tingginya mobilitas perpindahan penduduk di Kelurahan Padang Bulan.

4.4. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Padang Bulan

Penduduk/warga yang bermukim di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan memiliki mata pencaharian yang sangat bervariasi. Pada umumnya penduduk Kelurahan padang bulan memiliki mata pencaharian dibidang pemerintahan sebagai pegawai negeri dan dibidang swasta. Beberapa diantaranya adalah Kontraktor, Petani, Pengusaha Rumah Makan, Pedagang Keliling, Peternak, Montir, Dokter, Perawat Swasta, TNI, POLRI, Pembantu Rumah Tangga, Pengacara, Notaris, Pengusaha Rumah dan Kamar Kost, Dosen, Karyawan, Arsitek, dan lain sebagainya.

4.5. Tipologi Kelurahan Padang Bulan

Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan dapat dikategorikan sebagai Pemukiman dan Pertokoan kota yang mana dapat dilihat dari sepanjang jalan Protokol terdapat pemukiman dan pertokoan yang cukup strategis dengan ciri khas terdapat pedagang yang berjualan dipinggir-pinggir jalan yang dikenal sebagai Pedagang Kaki Lima yang berlokasi di Jl. Dr.


(23)

Mansyur Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan tepatnya berada didepan Universitas Sumatera Utara.

4.6. Potensi Wilayah Kelurahan Padang Bulan

Tabel 4.7

Potensi Wilayah Kelurahan Padang Bulan

No. Potensi Wilayah Unit

1. Ruko 221

2. Kantor 98

3. Rumah Makan 76

4. Gedung Pertemuan 2

5. Salon Kecantikan 13

6. Bengkel 4

7. Mini Swalayan 6

8. Pasar Tradisional 2

9. Mesjid/Mushola 17

10. Gereja 3

11. Sekolah Dasar (SD) 2

12. Sekolah Menengah (SLTP) 12 13. Sekolah Lanjutan (SMA) 1

14. Perguruan Tinggi 4

15. TK/PAUD 6

16. Bimbingan Belajar 9

17. Studio Radio 1

18. Terminal Bus 2

19. Rumah Sakit 1

20. Praktek Dokter 7


(24)

23. Warnet 20

24. Karaoke 1

25. Hotel/Homestay 4

26. Rumah Tempat Tinggal 2.354

27. Pemakaman Umum 1

28. Studio Musik 1

Sumber : Profil Kelurahan Padang Bulan 2015

4. 7. Agama dan Etnis Kelurahan Padang Bulan

Berkaitan dengan kehidupan antar umat beragama di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan mayoritas penganut agama terbanyak adalah Kristen Protestan, kemudian disusul dengan agama Islam, Katolik, Hindu dan Buddha, namun agama asli di Kelurahan Padang Bulan adalah Islam. Di Kelurahan Padang Bulan terdapat juga banyak etnis/suku yang mewarnai penduduknya diantaranya adalah etnis Aceh, Batak, Nias, Melayu, Minang, Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Banjar.

4.8. Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan

Organisasi adalah bentuk atau susunan orang-orang atau badan-badan dengan tugas-tugas pokok dan fungsi masing-masing yang telah diatur prosedurnya, sehingga terdapat hubungan serta kerjasama antar beberapa orang guna mencapai satu tujuan dari organisasi/perusahaan tersebut. Organisasi dalam pengertian lain adalah penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan, susunan dan aturan dari berbagai bagian sehingga merupakan kesatuan yang teratur, gabungan kerja sama (untuk mencapai tujuan tertentu).


(25)

Apabila terlaksana dengan baik maka tujuannya digariskan akan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.

Pada umumnya struktur organisasi dibuat bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugas yaitu:

1. Meningkatkan efisiensi kerja.

2. Mempermudah pengawasan.

3. Menghindari duplikasi kerja.

4. Menentukan skill personil yang akan dibutuhkan organisasi/perusahaan

5. Supaya dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya.

Agar tujuan organisasi tercapai dengan baik, maka dalam pelaksanaan kerja sama tersebut perlu adanya koordinasi yaitu kontak dan keselarasan antar personil yang akan melakukan aktivitasnya sehingga pekerjaan berlangsung secara baik dan terjadi keinginan bersama atau menuju ke arah tercapai tujuan yang sebelumnya telah disepakati bersama.

Sebagai Penyelenggara Pemerintahan, Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan memiliki kantor yang terletak di Jalan Jamin Ginting No.540 yang dipimpin Lurah Padang Bulan (Albena Boang Manalu, SSTP. Msp) dibantu Sekretaris Kelurahan 1 orang, Kepala Seksi Pemerintahan 1 orang, Kepala Seksi Pembangunan 1, Kepala Seksi Trantib 1 orang, dan 1 orang Staff serta 12 Kepala Lingkungan.


(26)

Bagan 4.1

Bagan Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan

LURAH

ALBENA BOANG MANALU, SSTP, MSP.

SEKRETARIS LURAH

P. NAINGGOLAN

KASI PEMERINTAHAN

ADELINA BR. SEBAYANG

KASI PEMBANGUNAN

MASNI BR. MUNTHE

STAFF

BINARIA BR. SURBAKTI

KASI TRANTIB

DANIEL GINTING

LK II

LK I LK III LK IV LK V LK VI LK VIII


(27)

BAB V

ANALISIS DATA

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mencoba untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh sesuai teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data secara kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapat mendukung penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah 3 orang mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam pacaran.

5.1. Hasil Penelitian

Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan. Keseluruhan informan dalam penelitian ini adalah 3 orang mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Dari penelitian tersebut, diperoleh data umum dan karakteristik informan seperti nama (untuk kerahasiaan informan, nama hanya berupa inisial saja), usia, tempat/tanggal lahir, agama, suku bangsa, lama hubungan pacaran, bentuk kekerasan yang dialami dan frekuensi kekerasan yang dialami informan.

Dalam tahapan analisis ini peneliti akan memaparkan latar belakang tentang informan yang diharapkan dapat memberikan gambaran awal. Untuk dapat melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti akan


(28)

menarasikan data-data yang telah peneliti dapatkan, disertai dengan petikan-petikan wawancara dengan informan.

5.1.1. Informan I

Informan yang pertama bernama LM, 22 tahun, merupakan mahasiswi yang tinggal di salah satu kost di daerah Sumber Jl. Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan. LM berasal dari Tebing Tinggi, saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas yang berada di Kota Medan.

LM pernah mengalami kekerasan dalam pacaran yang bermula dari perkenalannya dengan seorang lelaki teman kampusnya yang bernama RD.Bentuk kekerasan yang diterima LM dari RD adalah kekerasan verbal dan kekerasan fisik. RD merupakan seorang anak dari pasangan suami-istri dengan latar belakang ekonomi yang cukup berada. LM menceritakan bahwa pada awalnya mereka berdua adalah teman biasa, tetapi seiring berjalannya waktu hubungan keduanya menjadi semakin dekat dan benih-benih cinta diantara mereka berdua mulai muncul. Mereka akhirnya menjalin hubungan pacaran sejak saat itu.

Awalnya menjalin hubungan pacaran dengan RD, LM mengaku tidak sering berselisih paham dengan RD. Selayaknya sepasang sejoli yang menjalin hubungan pacaran pada fase awal, mereka berdua menjalani hari dengan kegiatan bersama dan penuh dengan romantisme. RD, menurut pengakuan LM, merupakan sosok yang baik, pengertian dan penuh rasa sayang, karena RD sering sekali memberikan hadiah kepada LM juga memenuhi segala permintaan dan keinginan LM.


(29)

“Dulu kami awalnya cuman kawan, terus dia mulai ngedeketin aku. Aku sih biasa

aja, tapi lama-lama jadi tertarik juga aku sama dia. Kami sering jalan-jalan, sering juga diajaknya aku nyari makan keluar, nonton bioskop, beli buku, ngerjain tugas sama, diapun sering datang ke kosku buat jemput aku ke kampus. Gak lama ditembaknya aku, aku terima lah karena dia orangnya baik. Pokoknya apapun yang kuminta pasti dibuatnya, aku minta belikan ini-itu pun betul di belikannya samaku. Kuminta jemput pun langsung gerak dia, dimintain tolong apapun langsung dikerjainnya. Tiap hari asal jumpa pasti dikasihnya aku hadiah.

Mana lah ada cewek yang gak suka dibuat kek gitu”.

Seiring berjalannya waktu, ternyata karakter asli RD mulai muncul ke permukaan. LM mengakui bahwa RD seringkali cemburu berlebihan, over protektif, kasar dan mudah marah. RD memberlakukan aturan kepada LM agar tidak terlalu akrab dengan teman-teman lelakinya yang lain. LM pun dipaksa oleh RD untuk segera melaporkan kepada RD apabila ada teman laki-laki yang mencoba untuk berinteraksi dengan LM baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui sosial media). Bahkan RD pernah menukar ponsel lama LM dengan satu ponsel keluaran terbaru yang telah dibeli RD, dan wajib digunakan oleh LM hanya untuk berhubungan dengan LM. Lengkap dengan simcard baru yang nomornya hanya diketahui oleh pacarnya (RD) dan kedua orangtua LM. Dari keterangan yang disampaikan oleh LM tersebut, sangat jelas bahwa RD berusaha untuk membatasi pergaulan LM, terutama dari teman laki-laki LM yang lain.


(30)

“Aku dilarang dia bergaul sama laki-laki lain, semua sms masuk pasti diperiksa dia. Facebook ku pun dia yang pegang sampai sekarang. Pernah juga dulu dibelikannya handphone baru samaku, disuruhnya aku ganti nomor terus gak

boleh ada yang tau nomor baruku kecuali dia sama bapak mamak di rumah”.

RD juga kerap kali menuduh bahwa LM bermain api dengan lelaki lain di belakangnya. Menurut LM, kecurigaan itu bermula saat dirinya lupa membalas sms dari sang pacar. Belum lagi LM juga diwajibkan memberitahu RD apabila ingin pergi keluar, dengan siapa dia akan pergi, kemana tujuannya, jam berapa akan pulang, dan sebagainya. Namun begitu, LM hanya boleh pergi jika RD telah mengijinkan. Apabila LM pergi keluartanpa sepengetahuan pacarnya, maka RD akan marah-marah dan tidak jarang memukul LM. Meskipun LM menyadari tindakan pacarnya itu tidak benar dan seringkali membuatnya merasa tertekan, LM menuturkan bahwa dirinya tidak bisa putus begitu saja dengan RD. Hal itu terjadi karena LM sangat takut dengan ancaman RD yang akan bunuh diri apabila LM memutuskan hubungan dengannya.

“Sering aku dituduhnya selingkuh, padahal gak betulnya itu. Aku gak terima lah

dituduh-tuduh kaya gitu. Berantem lah kami akhirnya, disitu udah emosi kali dia samaku karna kulawan-lawan omongannya, mungkin karna udah marah kali dia samaku terus ditamparnya lah pipiku. Sering kaya gitu kalo dia udah marah kali, gak cuman ditampar, sering juga dicubit tanganku sampe biru, tapi kalo ditinju belum pernah kok sampe sekarang. Gak tega aku mutuskan dia, aku tau dia kaya gitu karna sayang kali samaku, pernah dulu dia bilang bakal bunuh diri kalo aku


(31)

Kekerasan fisik yang dialami LM tidak serta merta terjadi sekaligus dalam satu waktu. Ada beberapa tahapan kekerasan yang terjadi, dimulai dari bentakan dan makian, kemudian mencengkram dagu, mendorong dan berujung pada tamparan keras di wajah LM. Apabila LM melawan, maka RD akan semakin kasar padanya. Sebenarnya LM ingin melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib, namun dia merasa bahwa itu adalah perbuatan sia-sia karena status keluarga RD yang cukup terpandang. Selain itu, LM juga memaklumi perbuatan dan tindakan yang dilakukan RD itu sebenarnya hanyalah emosi sesaat saja karena mood nya yang sedang tidak bagus dan karena khilaf. LM mengakui bahwa setiap kali RD melakukan kekerasan kepada dirinya, RD kerap kali menyesali perbuatannya dan meminta maaf. Begitulah LM dapat memaklumi dan memaafkan perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh RD.

“Pernah dulu rencana mau laporin dia ke polisi, karna aku udah gak tahan, tapi mikir lagi pasti ujung-ujungnya diminta secara kekeluargaan aja. Bosnya kan orang kaya, yang kudengar juga bosnya itu pejabat di kota medan ini, tapi aku belum pernah jumpa bosnya. Kalo udah begitu, cuman malu aja nanti yang kudapat. Percuma. Tapi dia kasar gitu juga kan karna aku lawan-lawan omongan dia, kalo gak kubuat kaya gitu pasti gak mungkin tega dia nampar aku. Namanya juga lagi emosi, aku paham lah. Dia itu aslinya baik, kalo jahat dia mana mau minta maaf samaku siap bikin kaya gitu kan”.

Awalnya LM menyimpan sendiri rahasia ini, tapi akhirnya dia telah berani menceritakan hal ini kepada beberapa teman dekatnya. Namun begitu, dia


(32)

Hubungan LM dengan RD sampai saat ini masih berlangsung, namun LM menuturkan bahwa intensitas kekerasan yang dilakukan pacarnya kepada dirinya tidak sesering dulu. LM pun masih berharap pacarnya, RD, mampu menghilangkan sepenuhnya sifat-sifat kasar yang ada pada dirinya suatu saat nanti.

5.1.2. Informan II

Informan yang kedua bernama ES, berusia 20 tahun, lahir di Sidikalang pada tanggal 14 Desember 1995. Setelah dinyatakan lulus di salah satu program studi di Universitas Sumatera Utara, ES segera berangkat meninggalkan kota kelahirannya Sidikalang untuk selanjutnya mencari tempat tinggal di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara.

Bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami ES adalah kekerasan verbal dan emosional, yang dilakukan oleh pacarnya, GG, yang saat ini terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta di Kota Medan. Keduanya menjalin hubungan pacaran dari saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga saat ini. ES mengaku sudah menjalin hubungan dengan GG selama 3 tahun. Mulai dari awal berpacaran, GG kerap kali berperilaku posesif dan over-protektif kepada ES, terutama jika ada lelaki lain yang sedang dekat dengan ES, meskipun itu hanya sebatas teman biasa. Ketika pacarnya mengetahui bahwa ES sedang berinteraksi dengan lelaki lain, maka dia tidak segan-segan untuk membentak dan memarahi ES.


(33)

pacaran waktu masih SMA udah kaya gitu dibuatnya samaku. Kalo ditengoknya aku ngobrol sama cowok lain, wah habis lah aku kena marah sama

bentak-bentak, bang”.

Sebagai akibat daripada sifat posesif dan over-protektif pacarnya, ES sangat jarang sekali berinteraksi dengan teman-teman lelakinya di kampus. Dia mengaku tidak punya teman lelaki yang dekat dengannya di lingkungan kampus. ES sengaja menghindari berbicara berdua dengan teman-teman kampusnya yang berjenis kelamin laki-laki. Interaksi yang dilakukannya dengan teman-teman lelakinya di kampus pun tidak terlalu intens, atau hanya sekedarnya saja. ES juga mengaku bahwa meskipun dia dan pacarnya berbeda kampus, pacarnya bisa mengetahui apabila ada teman kampusnya yang sedang dekat dan sering mengajak dirinya untuk mengobrol. Tak jarang pacarnya memeriksa isi sms, daftar panggilan terakhir dan chat history blackberry messenger di handphone ES.

“Aku biasanya kalau di kampus itu jarang ngobrol sama laki-laki, bang. Kalo ada ngobrol pun ya paling cuma kalo ditanya aja, itupun kujawab singkat-singkat. Gak bisa aku terlalu dekat sama kawan-kawan kampusku yang laki-laki, bang. Takut aku bang, biasanya dia suka tau kalo aku lagi didekatin cowok lain. Entah darimana pun taunya, padahal kami gak satu kampus. Asal jumpa dia, handphoneku pasti langsung di periksa, ditengok-tengoknya isi sms, bbm,

diperiksain lah semuanya.”

Ketika marah, GG, pacar ES seringkali mengucapkan kata-kata makian dan kata-kata kasar yang menyakiti hati ES. Saat ES merasa tersakiti dengan


(34)

tangisan ES malah membuat pacarnya semakin marah dan emosinya makin memuncak. Ketika pertengkaran mereka sudah sampai di tahap itu, ES lah yang akhirnya meminta maaf kepada pacarnya, karena perasaan tertekan akibat kemarahan dan ucapan kasar pacarnya.

“Sebenarnya aku gak ngerti kenapa dia gampang kali marah samaku. Kalo udah

marah pun ngomongnya udah kaya kesurupan, bang. Semua nama-nama binatang itu keluar dari mulutnya. Aku nangis kalo dia udah marah kaya gitu, tapi terakhir malah makin marah dia samaku. Pernah dulu waktu ngumpul sama kawan kampus, tiba-tiba datang dia bang, disuruhnya aku ikut dia, mukanya udah gak enak kali disitu. Sampai aku di kos, langsung dia marah-marah samaku. Nangis aku disitu bang, dituduhnya aku selingkuh lah, gak tau diri lah, macam-macam lah, bang. Padahal kami ngumpul pun karna tugas kelompok aja nya. Payahlah bang emang udah sifat dia cemburuan, terakhir aku cuma bisa minta maaf aja lah sama dia. Kalo dilawan bisa makin panjang nanti urusannya,

bang.”

Pacar ES tidak pernah mengakui, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahwa tindakan yang telah diperbuatnya kepada ES merupakan kesalahan dirinya. Pacar ES juga menganggap bahwa setiap pertengkaran yang terjadi merupakan akibat dari kesalahan ES sendiri yang tidak mengindahkan setiap larangan dan perkataannya. Pada situasi tertekan dan selalu menjadi pihak yang disalahkan, membuat ES meyakini dalam hatinya bahwa memang kemarahan pacarnya adalah karena dirinya telah melakukan kesalahan dan memang pantas untuk dimarahi. Keyakinan ini terbentuk dalam pikiran bawah


(35)

sadar ES sebagai akibat daripada ketidakmampuannya mengatasi tekanan yang selalu datang dari pacarnya, yang pada akhirnya mendorongnya untuk mempercayai sugesti yang diberikan pacarnya bahwa ini adalah kesalahan dirinya sendiri.

Ketika berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan pacarnya, ES tidak berani menyinggung sifat pacarnya yang posesif dan over-protektif. Alasannya, menurut ES, adalah karena topik pembicaraan seperti itu hanya akan memancing kemarahan dari pacarnya, yang berujung pada terulangnya perilaku kekerasan kepada diri ES. Hal ini menyebabkan ES tidak bisa mengetahui akar masalah yang sedang dihadapinya bersama pacarnya. Tindakan ES ini didasarkan pada perasaan takut hubungannya dengan GG akan berakhir.

Beberapa kali pernah terjadi GG mengancam akan memutuskan hubungan pacarannya dengan ES saat terjadi pertengkaran penuh emosi diantara keduanya. ES yang tidak ingin hubungannya dengan GG berakhir, meminta maaf dan memohon kepada GG untuk tidak memutuskan hubungan pacaran dengan dirinya. Jika sudah seperti ini, ES mengaku dirinya tidak akan mempedulikan semua perlakuan kasar yang telah dilakukan pacarnya karena ES sadar bahwa dirinya masih mencintai dan menyayangi GG dengan semua kekurangan yang ada pada dirinya dan yakin suatu saat nanti akan dapat menjalani masa depan yang lebih baik bersama GG.


(36)

Kamboja Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan. SD mengaku tidak memiliki saudara di Kota Medan tempat dia menuntut ilmu. Dalam pergaulannya sehari-hari, SD dikenal sebagai orang yang ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja. SD juga dikenal pandai menempatkan posisi dirinya di antara orang lain sehingga memiliki banyak kenalan dan teman, baik di lingkungan kampusnya, maupun di lingkungan tempat kostnya.

Memasuki tahun kedua dirinya menempuh pendidikan tinggi di Kota Medan, SD berkenalan dengan seorang lelaki bernama AS. Perkenalan SD dengan AS inilah yang akan menjadi sebuah titik balik dalam kehidupan SD, karena bersama AS inilah dirinya mendapatkan pengalaman kekerasan dalam pacaran berupa kekerasan fisik dan kekerasan seksual, yang sempat membuatnya mengalami trauma dan mengubah dirinya menjadi seorang pemurung.

AS merupakan seorang mahasiswa dari universitas yang sama dengan SD namun berbeda jurusan. Awalnya SD melihat sosok AS ini adalah seorang lelaki yang dewasa dan pengertian. AS juga aktif sebagai anggota sebuah organisasi di kampusnya dan cukup terkenal di lingkungan kampusnya. Pada awalnya hubungan pacaran dengan AS terjalin dengan baik dan harmonis, namun setelah beberapa bulan semua sikap manis AS berubah. SD menceritakan perangai buruk AS saat sedang marah yang sangat menyeramkan menurutnya, karena AS sering memukul dan meninju SD.

“Sering dipukulnya aku bang, ditinju, ditampar, ditunjang pun pernah. Dulu gak

tau aku kalo dia ternyata begitu orangnya, kalo dari dulu udah tau, gak mau aku diajak pacaran sama dia. Takut kali aku kalo dia lagi kambuh. Gak sering sih dia


(37)

marah, tapi kalo udah marah sering aku dipukuli dia. Udah pacaran 3 bulan baru kutau dia begitu. Sering juga aku diancam-ancam dia, itulah yang bikin aku takut cerita sama kawan”.

Sebelumnya SD mengaku tidak pernah tahu bahwa AS ternyata memiliki perangai seperti itu. Menurut ingatan SD, setelah hubungan pacaran mereka berjalan selama kurang lebih 3 bulan, barulah SD melihat perubahan dalam diri AS. SD masih ingat kali pertama AS menampar wajahnya, saat itu AS mengajak dirinya untuk ikut berkumpul dengan teman-teman kampus AS. Saat dalam kegiatan itu, AS yang melihat SD menjadi sangat akrab dan ikut bersenda gurau dengan teman-temannya merasa sangat terganggu. Padahal menurut SD, itu bukan sesuatu yang aneh karena dirinya memang mudah akrab dengan orang lain dan AS juga sudah mengetahui karakternya tersebut. SD juga sudah menganggap bahwa teman-teman AS adalah teman-temannya juga. Namun AS memiliki pendapat yang berbeda akan hal ini. AS menganggap tingkah laku yang dilakukan oleh SD itu sangat tidak sopan dan membuat dirinya merasa terabaikan di antara teman-temannya sendiri. Bahkan AS menuding bahwa SD secara sengaja berusaha mengakrabkan diri kepada teman-teman AS semata-mata untuk menebar pesona dan menggoda teman-teman AS yang ada disana. Tudingan AS tersebut dibantah dengan keras oleh SD, yang akhirnya berujung menjadi pertengkaran di antara keduanya. Saat bertengkar itulah AS menampar wajah SD untuk yang pertama kalinya.


(38)

waktu kami lagi kumpul sama-sama. Gak masuk akal kali lah cara pikir dia itu, ngapain pula aku godain cowok lain di depan dia. Padahal biasa ajanya kubuat sama kawan-kawannya. Siap dari sana, waktu di kostan dia, baru dibilangnya samaku, perkara aku godain kawan-kawan dia, gak terima aku, marahlah aku sama dia. Tiba-tiba ditamparnya aku disitu, gak nyangka kali aku dibuatnya kaya

gitu. Dari situlah makin sering dia main tangan samaku”.

SD mengaku setiap terjadi pertengkaran diantara mereka, AS tidak pernah bisa menahan emosinya dan selalu melampiaskan kemarahannya dengan memukul SD hingga menangis. Yang paling parah, menurut pengakuan SD, dirinya pernah dipukul oleh AS sampai menimbulkan bekas memar berwarna biru pada bagian sekitar mata. Kekerasan fisik yang dilakukan oleh AS tidak hanya menimbulkan luka fisik pada SD namun juga menimbulkan luka batin yang mendalam pada dirinya. SD pun tidak berani melawan kepada AS karena hal itu hanya akan membuat AS semakin marah dan keadaan akan memburuk. SD memilih untuk pasrah saat berada dalam keadaan seperti itu.

Sebenarnya beberapa orang teman dekat SD sudah mulai curiga akan perubahan sikap SD yang mulai menjauhi mereka dan lebih senang menyendiri. Jika ditanya pun SD hanya menjawab tidak apa-apa dan lebih banyak diam saat teman-temannya yang lain sedang mengobrol. Teman-temannya pun melihat SD sering membolos matakuliah dan mengaku bahwa dirinya sedang sakit. SD tidak memberitahukan tentang kekerasan yang dialaminya kepada teman-temannya karena merasa malu dan takut akan ancaman yang dikeluarkan oleh pacarnya, AS.


(39)

“Aku gak bisa cerita sama kawan-kawan tentang ini bang. Malu aku, aku pun takut sama dia, pernah diancamnya bakal bikin yang lebih parah kalo aku cerita sama orang-orang. Kawan-kawan pun udah mulai curiga samaku karena udah jarang keliatan di kampus, aku pun jadi menghindar dari kawan-kawanku, lebih

senang sendiri aku kemarin itu, bang”.

SD juga menceritakan bahwa beberapa kali pacarnya menyesal dan meminta maaf kepada dirinya atas perbuatan kekerasan yang telah dilakukannya. AS mengaku tidak tahu mengapa dirinya memukul SD, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan seperti itu lagi. Namun janji AS itu tidak terbukti, karena tindakan kekerasan itu terulang lagi.

“Pernah dia janji gak mau mukul aku lagi, dibilangnya dia pun gak tau kenapa

bisa mukul aku kaya gitu, nyesal kali lah dia. Dibilangnya juga kata-kata gombal samaku, cuma aku lah yang dia sayang, cinta, macam-macam lah. Tapi nyatanya masih juga aku dipukulnya kalo lagi marah. Nyesal aku percaya omongan dia

itu”.

Siklus kekerasan yang terjadi kepada SD tetap terulang meskipun AS mengaku menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. AS sangat ketakutan menghadapi AS ketika sedang marah, karena AS selalu membentak, merusak barang-barang milik SD dan berlanjut dengan memukul, menampar, atau meninju SD. Ketika SD berada dalam kondisi tertekan dan ingin putus dari AS, seketika itu juga kemarahan AS semakin menjadi-jadi yang akhirnya membuat SD hanya bisa menangis dalam ketakutannya. Namun


(40)

baik kepada SD, bersikap seakan-akan kejadian tempo hari tidak pernah terjadi. Lalu hubungan mereka kembali membaik. SD mengaku tidak mau melaporkan pacarnya ke pihak yang berwenang karena dirinya merasa akan menanggung malu yang besar akibat kejadian ini, begitu pun dengan AS, akan menanggung perasaan malu yang sama.

Selain kekerasan fisik, sebenarnya SD juga mengalami kekerasan seksual dari pacarnya, namun SD masih ragu-ragu menceritakan hal ini kepada peneliti. Setelah peneliti meyakinkan SD bahwa peneliti memerlukan semua informasi yang terkait dengan kekerasan yang dialaminya dan menjamin kerahasiaan identitas dari SD, akhirnya SD bersedia menceritakan kekerasan seksual yang dialaminya.SD mengaku dirinya pernah dipaksa berciuman dengan AS, selain itu juga AS sering menggerayangi tubuh SD terutama pada bagian-bagian yang sangat sensitif. Meskipun SD tidak mau dan mencoba berontak, tetapi SD tetap tidak berdaya karena fisik AS jauh lebih kuat dibanding dirinya. Kejadian itu terjadi beberapa kali di kostan AS. AS mengatakan bahwa perbuatan itu adalah tanda cinta dan keseriusannya ingin terus bersama dengan SD. Hati nurani SD menolak untuk setuju dengan alasan AS tersebut yang pada akhirnya SD memberanikan diri untuk mengancam akan berteriak keras-keras apabila AS melakukan hal tersebut dan melaporkan AS kepada pihak yang berwajib. Setelah itu SD pulang kembali ke kostnya dan membeberkan semua perlakuan AS atas dirinya yang selama ini dirahasiakannya kepada sahabat dekatnya. Sahabatnya yang sangat marah atas perlakuan AS tersebut berniat untuk melaporkan semuanya ke polisi, namun urung dilakukan karena SD memohon untuk tetap


(41)

menyimpan rahasia ini demi menjaga nama baik dirinya, AS dan keluarga. Setelah itu SD memutuskan untuk berhenti berpacaran dengan AS.

Menurut penuturan SD, dirinya masih belum bisa sepenuhnya melupakan kejadian kekerasan yang dilakukan oleh AS. Meskipun kejadian itu telah cukup lama berlalu dan saat ini SD telah mempunyai pacar baru, dirinya mengaku luka batin yang ditorehkan oleh mantan pacarnya itu masih belum sembuh sepenuhnya. Saat teringat tentang hal itu, SD bisa tiba-tiba menangis dan sangat tertekan. Di saat itulah sahabatnya selalu menguatkan dirinya untuk tetap tegar. SD sangat tidak menginginkan kekerasan yang dulu pernah dialaminya itu terulang lagi, sehingga jika dia melihat ada tanda-tanda pacar barunya akan melakukan tindakan kekerasan, SD mengaku akan melaporkannya ke pihak yang berwajib dan langsung meninggalkannya saat itu juga. SD menyadari bahwa kejadian kekerasan yang pernah dialaminya merupakan sebuah pengalaman berharga yang memberikan pelajaran kepada dirinya sendiri agar tidak mudah tertipu dan dibodohi oleh pasangannya.

5.2. Pembahasan

Begitu banyak kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan, baik dalam ranah rumah tangga (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) maupun dalam ranah hubungan pacaran (Kekerasan Dalam Pacaran). Menurut Robert J Havighurst (dalam Widianti, 2006:88) pacaran adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diwarnai dengan keintiman dimana keduanya terlibat dalam perasaan cinta dan saling mengakui sebagai pacar serta dapat memenuhi


(42)

mengerti dan menghargai antar pribadi, berbagi rasa, saling percaya dan setia dalam rangka memilih pasangan hidup.

Nimeh & Cope (dalam Murray, 2007) mendefiniskan kekerasan dalam pacaran sebagai tindakan yang disengaja, yang dilakukan dengan menggunakan taktik melukai dan paksaan fisik untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan dan kontrol terhadap pasangannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa perilaku ini tidak dilakukan atas paksaan orang lain, sang pelakulah yang memutuskan untuk melakukan perilaku ini atau tidak, perilaku ini ditujukan agar sang korban tetap bergantung atau terikat dengan pasangannya. Kekerasan dalam pacaran terbagi dalam 3 bentuk, yaitu kekerasan verbal dan emosional, kekerasan fisik dan kekerasan seksual.

5.2.1. Data dan Karakteristik Informan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 3 orang informan yaitu LM, ES, dan SD maka didapatlah beberapa data dan karakterisitik dari ketiganya yang akan diuraikan dalam sub-bab ini.

Informan dalam penelitian adalah 3 (tiga) orang mahasiswi yang pernah mengalami kekerasan dalam pacaran. Ketiganya merupakan pendatang dari luar Kota Medan dan bertempat tinggal di kost-kostan yang berada di sekitar Kelurahan Padang Bulan. Adapun karakteristik dari ketiga informan akan diuraikan dalam 3 kriteria berdasarkan lama hubungan berpacaran, bentuk kekerasan yang dialami dan frekuensi kekerasan yang terjadi.


(43)

Tabel 5.1

KarakteristikInformanBerdasarkan Lama Hubungan Pacaran

Sumber :Wawancara Penelitian

Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui lama hubungan pacaran yang dijalani oleh ketiga informan saat mereka mengalami kekerasan dari pacarnya. Dari tiga informan, hanya SD yang saat ini sudah putus sementara dua lainya, yaitu LM dan ES, masih menjalani hubungan pacaran dengan pacarnya yang melakukan tindakan kekerasan.

Adapun mengenai bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh ketiga informan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2

Bentuk Kekerasan Yang Dialami Informan

No. Bentuk Kekerasan Informan

LM ES SD

1. Kekerasan Verbal dan Emosional

a. Sebutan/panggilan olokan ⱱ ⱱ ⱱ

b. Menunjukkan ekspresi terintimidasi oleh pasangan

ⱱ ⱱ ⱱ

c. Selalu mengawasi pasangan melalui telepon ⱱ ⱱ ⱱ

No. Nama Usia Lama

Pacaran

Status Pacaran Saat Ini 1 LM 22 2 Tahun Masih Berpacaran 2 ES 20 3 Tahun Masih Berpacaran


(44)

e. Memonopoli waktu pasangan ⱱ ⱱ ⱱ f. Membuat pasangan merasa tidak berdaya ⱱ ⱱ ⱱ

g. Menyalahkan pasangan ⱱ ⱱ ⱱ

h. Memanipulasi perasaan pasangan ⱱ ⱱ ⱱ

i. Mengancam pasangan ⱱ ⱱ ⱱ

j. Menginterogasi ⱱ ⱱ ⱱ

k. Mempermalukan pasangan di depan umum ⱱ ⱱ ⱱ l. Tidak mempedulikan perasaan pasangan ⱱ ⱱ ⱱ 2. Kekerasan Fisik

a. Memukul, mendorong, membenturkan × ×

b. Mengendalikan, menahan ⱱ ×

c. Permainan kasar ⱱ ×

3. Kekerasan Seksual

a. Perkosaan × × ×

b. Sentuhan yang tidak diinginkan × × ⱱ c. Ciuman yang tidak diinginkan × × ⱱ Sumber :Wawancara Penelitian

Keterangan : ⱱ = Ya × = Tidak

Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui karakteristik informan berdasarkan bentuk kekerasan yang dialami. LM mengalami kekerasan verbal/emosional dan kekerasan fisik, ES mengalami kekerasan verbal/emosional sedangkan SD mengalami kekerasan verbal/emosional, kekerasan fisik juga kekerasan seksual.


(45)

Selanjutnya adalah karakteristik ketiga informan berdasarkan frekuensi kekerasan yang dialami dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3

Frekuensi Kekerasan Yang Dialami Informan

No Jeniskekerasan Informan

LM ES SD

1. Kekerasan Verbal dan Emosional Sering Sering Sering

2. Kekerasan Fisik Sering Tidak Pernah

Sering

3. Kekerasan Seksual Tidak Pernah

Tidak Pernah

Sering

Sumber :Wawancara Penelitian

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui karakteristik informan berdasarkan frekuensi kekerasan yang terjadi, dimana ketiga informan sering mengalami kekerasan verbal dan emosional, namun pada LM dan SD kekerasan tersebut berlanjut sampai pada bentuk kekerasan fisik dan kekerasan seksual (hanya pada SD).

5.2.2. Kemampuan Adaptasi Informan Berdasarkan 7 Aspek Resiliensi

Kemampuan Adaptasi dalam penelitian ini merujuk pada konsep teori Resiliensi yang berarti kemampuan individu untuk melakukan penyesuaian dan beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, kekecewaan dan kegagalan yang muncul dalam kehidupan, mengatasi kondisi yang penuh tekanan, bangkit dari


(46)

menurut Henderson & Milstein (dalam Nasution, 2011). Resiliensi memungkinkan individu untuk tetap fokus pada persoalan yang dihadapi tanpa larut pada perasaan atau pikiran yang negatif, sehingga mampu mengatasi risiko depresi maupun gangguan psikologis yang lain.

Reivich dan Shatte (2002), memaparkan ada tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, self-efficacy, dan reaching out.

5.2.2.1.Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan. Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri atau self-esteem dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan mengalami pergolakan emosi, tidak bisa mengatur emosinya dengan baik saat kejadian kekerasan menimpa mereka juga pada saat mereka mengingat kembali peristiwa kekerasan yang dilakukan pacarnya. Ketiga informan juga menunjukkan indikasi adanya pergolakan emosi negatif yang cukup menonjol atas kejadian kekerasan yang menimpa mereka. Ketiga informan mengaku tidak dapat berpikir dengan jernih saat pacar mereka melakukan kekerasan karena adanya emosi negatif berupa rasa takut dan marah yang berlebihan dan tidak dapat dikontrol. Ketiga informan juga mengaku sering mengalami gejala sulit tidur di malam hari saat


(47)

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa regulasi emosi pada ketiga informan tergolong rendah, terbukti dari pengakuan ketiganya yang tidak bisa mengatur emosinya dengan baik dan gelisah saat berhadapan dengan kekerasan yang dilakukan pacarnya. Ketiga informan tidak dapat mengontrol emosi negatif berupa rasa takut dan marah saat kekerasan terjadi yang kemudian diekspresikan dengan mulai menangis.

5.2.2.2. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan serta tekanan yang muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif, dan berlaku agresif. Tentunya perilaku yang ditunjukkan ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu dengan orang lain.

Pada informan LM dan ES, keduanya harus menekan keinginan mereka untuk bisa bergaul dan berkumpul dengan teman laki-laki lain. Oleh karena tekanan dan ancaman yang diberikan pacarnya, mereka harus rela menjaga jarak dan tidak berhubungan dengan laki-laki lain meskipun hanya untuk menjalin pertemanan biasa. Pada informan SD, pacarnya memang tidak melarangnya untuk bergaul dengan teman laki-lakiyang lain namun karena pacarnya pernah mencurigainya menggoda laki-laki lain bahkan sampai memukulnya, SD atas


(48)

keinginannya sendiri menarik diri dari pergaulan dengan teman-temannya, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga informan juga menahan keinginan untuk marah kepada pacar mereka walaupun pacar mereka melakukan kesalahan. Hal ini dapat terjadi karena ketiganya beranggapan bahwa perilaku melawan dan menentang pacar mereka hanya akan memicu pacar mereka melakukan tindakan kekerasan kepada mereka. Pengendalian impuls yang rendah dari ketiga informan berpengaruh pada keberfungsian sosial mereka di tengah lingkungan pergaulan mereka dengan teman sebaya. Hal ini seperti yang dituturkan oleh salah satu informan, yaitu LM, yang pernah dilarang oleh pacarnya mengikuti kegiatan diskusi kelompok untuk mengerjakan salah satu tugas mata kuliahnya. Kekerasan emosional seperti ini sangat mengganggu konsentrasi belajar dan prestasi belajar dari LM, yang diakuinya juga bahwa dirinya banyak mengulang mata kuliah semenjak berpacaran dengan RD.

Pada informan ES, demi menghindari kemarahan dari pacarnya dia terpaksa harus menekan keinginannya untuk bergaul secara bebas dengan teman-temannya yang lain, dan menggantinya dengan pergi berdua saja bersama pacarnya dan lebih senang sendirian saat tidak bersama pacarnya. Tingkah laku ES ini adalah sebagai akibat pembentukan reaksi dirinya terhadap kekerasan yang dialaminya, yaitu dengan menekan impuls-impuls yang merupakan perwujudan kepribadiannya dan memunculkan hal yang justru berlawanan dengan kepribadian asli dirinya.


(49)

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa semua informan memiliki pengendalian impuls rendah yang ditunjukkan dengan mengubah perilaku yang mereka senangi menjadi perilaku yang pacar mereka senangi.

5.2.2.3. Optimisme

Optimisme adalah keyakinan bahwa kekerasan yang dilakukan sang pacar akan berubah dan sang pacardapat membahagiakannya di masa yang akan datang.Berdasarkan hasil penelitian pada aspek optimisme ini hanya LM dan ES yang meyakini bahwa tingkah laku pacarnya yang posesif, overprotektif dan kasar akan berubah. ES beranggaan bahwa tabiat pacar yang keras dan kasar merupakan faktor hormonal selayaknya yang umum terjadi pada remaja dan dewasa muda yang lain. Berbeda dengan SD, yang meyakini bahwa sifat pacarnya tidak akan dapat berubah jika tidak ada kemauan yang keras dan faktor eksternal yang mendukung. SD juga meyakini apabila dirinya masih menjalani hubungan dengan pacarnya maka masa depannya sudah barang tentu menjadi gelap akibat terus-terusan menyimpan amarah di dalam hatinya karena kekerasan yang dilakukan pacarnya kepadanya.

Pada aspek ini, LM memiliki tingkat optimisme yang lebih tinggi terhadap pacarnya dibandingkan dengan ES. LM memandang bahwa pacarnya melakukan kekerasan karena pacarnya, RD, sayang dan peduli kepada dirinya. LM juga menganggap bahwa RD tidak bermaksud untuk melakukan kekerasan kepada dirinya, sehingga LM yakin bahwa RD mampu merubah perilakunya menjadi


(50)

5.2.2.4. Analisis Penyebab Masalah

Analisis penyebab masalah merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama.

Pada aspek ini, ketiga informan belum mampu mencari tahu akar permasalahan utama dari kekerasan yang terjadi terhadap diri mereka. Ketiga informan hanya menduga-duga penyebab permasalahan dari pertengakaran dengan pacarnya tanpa mencoba untuk tenang saat pertengkaran terjadi dan mennganalisis penyebab terjadinya permasalahan itu bersama pacarnya, kemudian mencari solusinya bersama. Ketiga informan seringkali terbawa emosi negatif saat perselisihan sedang terjadi sehingga mengabaikan untuk mencari penyebab dan solusi atas permasalahan mereka.

Individu yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi adalah individu yang resilien, dimana mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri secara tepat, benar dan tidak merugikan orang lain. Ketiga informan yang tidak dapat menemukan akar penyebab dari kekerasan yang mereka hadapi mengakibatkan masalah ini terus berlarut-larut dan kekerasan yang mereka alami terjadi secara berulang. Ketiga informan mencoba menyelesaikan masalah kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya dengan cara yang kurang tepat, mereka lebih memilih untuk meminta maaf, menangis dan menuruti perkataan pacar mereka dengan tujuan agar pacar mereka tidak marah.


(51)

5.2.2.5. Empati

Secara sederhana empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Empati sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain.

Beberapa individu memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menginterpretasikan bahasa-bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh orang lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara, bahasa tubuh dan mampu menangkap apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan berempati cenderung memiliki hubungan sosial yang positif.

Berdasarkan hasil penelitian, pada aspek empati ini ketiga informan terindikasi masih memiliki kepedulian terhadap pacarnya meskipun pacarnya telah melakukan kekerasan kepada mereka. Infroman LM dan SD masih memiliki empati kepada pacarnya terbukti karena sampai pada saat ini mereka berdua masih menjalin hubungan pacaran dengan pacarnya. Sedangkan pada informan SD, juga masih memiliki empati pada pacarnya, AS, meskipun telah putus yang dapat dilihat dari pengakuannya yang enggan melaporkan AS ke pihak yang berwajib demi nama baik dirinya sendiri juga nama baik AS. Lebih lanjut SD mengatakan bahwa AS merupakan mahasiswa yang cukup aktif berorganisasi, melaporkan kekerasan yang terjadi padanya tentu akan berakibat fatal pada nama baik AS di mata teman-teman organisasi juga teman-teman kampusnya.


(52)

Tingginya kemampuan empati informan juga dapat dilihat dari sikap mereka yang selalu memaafkan kekerasan yang terjadi ketika sang pacar telah meminta maaf. Sehingga informan menyimpan satu harapan agar pacarnya dapat merubah perilakunya di masa depan (pada informan LM dan ES). Perasaan cinta yang mendalam kepada pacarnya juga turut menjadi faktor esensi dalam kemampuan empati informan, yang ditunjukkan informan LM ketika menanggapi kekerasan yang dilakukan pacarnya adalah untuk kebaikan mereka dan sebagai akibat daripada kesalahan mereka sendiri sehingga informan menarik kesimpulan bias bahwa mereka pantas menerima kekerasan semacam itu (pada informan ES).

Tingginya empati ketiga informan juga mendasari mereka untuk tidak segera memutuskan hubungan pacaran dengan pacarnya saat mereka mendapat perlakuan kekerasan. Mereka takut akan hal-hal tak buruk yang akan menimpa pacarnya saat putus dengan mereka, seperti bunuh diri, menjadi sedih, depresi, kehilangan minat belajar dan prestasi belajar, mengonsumsi narkoba dan alkohol, dan sebagainya.

5.2.2.6. Self Efficacy

Self-Efficacy merupakan perasaan seseorang tentang seberapa efektifnya ia berfungsi di dunia ini. Keyakinan dapat memecahkan masalah, dapat mengalami dan memiliki keberuntungan dan kemampuan untuk sukses. Individu akan mudah tersesat apabila tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek self efficacy ketiga informan menyelesaikan masalah dengan menangis, minta maaf, menyendiri,


(53)

kepada pihak yang berwenang. Dari ketiga informan yang diteliti, mereka belum bisa memecahkan masalah kekerasan yang mereka alami, mereka juga tidak yakin bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah ini sendirian.

Aspek self efficacy ini juga masih berkaitan dengan aspek analisis penyebab masalah, dimana apabila informan memiliki self efficacy yang tinggi akan sangat membantu diri mereka untuk menemukan akar utama penyebab masalah kekerasan yang mereka alami. Namun diketahui berdasarkan hasil penelitian pada aspek analisis penyebab masalah, ketiga informan belum mampu mencari dan menyelesaikan akar utama penyebab masalah kekerasan yang terjadi. Ketiga informan yang tidak dapat menemukan akar penyebab dari kekerasan yang mereka hadapi mengakibatkan masalah ini terus berlarut-larut dan kekerasan yang mereka alami terjadi secara berulang. Ketiga informan mencoba menyelesaikan masalah kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya dengan cara yang kurang tepat, mereka lebih memilih untuk meminta maaf, menangis dan menuruti perkataan pacar mereka dengan tujuan agar pacar mereka tidak marah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada aspek self efficacy ketiga informan tergolong rendah, yang dipengaruhi juga dengan rendahnya kemampuan informan untuk dapat menemukan akar utama penyebab masalah kekerasan yang mereka alami. Sehingga mengakibatkan kekerasan yang mereka alami terus berulang kembali dan pada satu informan, yaitu SD, memutuskan untuk memecahkan masalah kekerasan ini dengan tidak mempertahankan hubungan pacaran dengan pacarnya.


(54)

5.2.2.7. Reaching Out

Reaching out adalah kemampuan individu meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa. Banyak individu yang tidak mampu melakukan reaching out, hal ini dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat mungkin menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan. Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih memiliki kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat.

Individu yang memiliki kemampuan reaching out tidak menetapkan batasan kaku terhadap kemampuan yang dimilikinya. Mereka tidak terperangkap rutinitas, memiliki rasa ingin tahu, dan ingin mencoba hal-hal baru sehingga mampu menjalin hubungan dengan orang-orang baru dalam kehidupannya.Pencapaian menggambarkan kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga informan, hanya SD yang mampu mengambil hikmah positif dari kejadian kekerasan yang dialaminya. SD berhasil menghentikan siklus kekerasan yang dialaminya dengan cara memutuskan hubungan pacarannya dan akhirnya mampu bangkit untuk tidak terus menerus terpuruk dalam tekanan kekerasan yang dilakukan pacarnya. SD menganggap kekerasan yang terjadi merupakan pengalaman hidup yang harus diambil hikmah dan pelajaran sebagai pembelajaran kehidupan. Meski pada kenyataannya SD


(55)

masih mengalami trauma atas kejadian kekerasan yang pernah dialaminya dan belum sepenuhnya menyembuhkan luka batin yang terpatri akibat kejadian itu, SD tetap berusaha untuk melanjutkan hidup dan membuka hati untuk laki-laki yang baru.

Pada informan LM dan ES, keduanya belum mampu untuk keluar dari lingkaran kekerasan yang ada, baik dengan cara memutuskan pacarnya atau berusaha menemukan win-win solution bersama pacarnya. LM dan ES meskipun mengaku tertekan akibat kekerasan yang dilakukan pacarnya berupa kekerasan verbal/emosional dan kekerasan fisik, tetapi masih peduli dan mencintai pacarnya. Mereka berdua berharap bahwa di kemudian hari perilaku buruk pacarnya kepada mereka dapat berubah dan berdua dapat menjalani kehidupan masa depan yang lebih baik. Selain itu, LM dan ES juga menganggap diri mereka belum siap untuk mengakhiri hubungan saat ini dengan pacarnya dan mencoba memulai lembaran baru dengan lelaki lain.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan memliki beberapa keterbatasan, yakni :

1. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat kurang sehingga mempengaruhi peneliti dalam menyajikan atau membahas topik yang terkait dalam penelitian ini.


(56)

mempengaruhi peneliti dalam menggali dan mengolah data yang harus dikaji.

Tabel 5.4

Kemampuan Adaptasi Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiswi Kost-Kostan di Kelurahan Padang

Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan)

No Aspek Resiliensi

INFORMAN

LM ES SD

1. Regulasi

Emosi 

Sering menangis

Sulit tidur

 Memberontak ketika dimarahi

Rasa takut yang berlebihan

 Sering menangis

Merasa bersalah

 Sering mengigau

 Mudah marah-marah

 Sulit tidur

 Sering menangis

 Diam ketika dimarahi

 Murung

 Suka melamun

 Depresi

Rasa takut yang berlebihan

Sulit tidur 2. Pengendalian

Impuls 

Menahan diri untuk bergaul dengan teman laki-laki

Menahan perasaan ingin marah kepada pacar

Terpaksa selalu mengikuti perintah pacar yang

bertentangan dengan kemauan diri sendiri

 Menahan keinginan untuk berteman dengan teman laki-laki

 Menahan dorongan untuk mengikuti pendapat sendiri

 Menahan keinginan untuk beradu argumen dengan pacar

Menahan perasaan marah kepada pacar

 Menahan keinginan untuk berkumpul bersama teman

 Menahan diri untuk curhat kepada teman dekat

 Menahan dorongan untuk mengikuti kata hati

3. Optimisme Meyakini bahwa pacarnya akan berubah

Meyakini pacarnya sangat sayang dan

 Meyakini bahwa pacarnya akan berubah

 Meyakini kekerasan verbal/emosional

 Tidak yakin jika pacarnya dapat berubah

 Tidak yakin masa depannya akan baik


(57)

peduli pada dirinya

Menganggap pacarnya tidak bermaksud menyakitinya

yang diterima dari pacarnya merupakan hal yang wajar dan bisa diterima

bersama pacarnya

4. Analisis Penyebab Masalah

Tidak tau sebenarnya penyebab masalah yang sering terjadi, dan tidak bisa berbuat apa-apa walaupun bukan dirinya yang melakukan kesalahan

Menganggap penyebab masalah adalah dirinya sendiri

Tidak tau sebenarnya

penyebab masalah yang sering terjadi, dan tidak bisa berbuat apa-apa walaupun bukan dirinya yang melakukan kesalahan 5. Empati Memiliki rasa belas

kasihan jika pacarnya meminta maaf dan mengajak balikan

Selalu menjaga perasaan pacarnya agar tidak marah

Takut akan hal buruk yang akan dilakukan pacarnya saat putus dengannya

 Masih peduli pada pacarnya meskipun sakit hati

 Selalu menjaga perasaan pacarnya agar tidak marah

 Takut akan hal buruk yang akan dilakukan pacarnya saat putus dengannya

Masih peduli pada nama baik pacarnya meskipun sudah putus

Takut akan hal buruk yang akan dilakukan pacarnya saat putus

dengannya

6. Self efficacy Kurang yakin dapat menyelesaikan masalah sendirian

Menyelesaikan masalah dengan menangis

Tidak bermusyawarah dengan pacar demi menyelesaikan masalah secara bersama-sama

Kurang yakin dapat menyelesaikan masalah sendirian

Menyelesaikan masalah dengan menangis dan meminta maaf pada pacar

Melupakan kekerasan yang dilakukan pacarnya

Tidak yakin dapat menyelesaikan masalah sendirian

Memilih untuk menyendiri dan merahasiakan ulah pacarnya kepada teman Memecahkan masalah kekerasan dengan putus dari pacarnya

7. Reaching Out Selalu berhati-hati dalam menghadapi pacarnya

Tidak melakukan hal yang dilarang

pacarnya

Mengikuti perintah

Selalu berhati-hati dalam menghadapi pacarnya

Tidak melakukan hal yang dilarang

pacarnya

Mengikuti perintah

 Sudah keluar dari siklus kekerasan

 Lebih berhati-hati apabila ada laki-laki yang mendekatinya

 Tidak akan pernah mentolerir tindakan


(58)

dari siklus kekerasan

Tidak berani

mengakhiri hubungan yang lama dan

memulai hubungan baru yang lebih baik dengan lelaki lain

dari siklus kekerasan

Tidak berani

mengakhiri hubungan yang lama dan

memulai hubungan baru yang lebih baik dengan lelaki lain

barunya

 Mulai lebih

menghargai dirinya sendiri


(59)

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti memberikan kesimpulan mengenai kemampuan adaptasi perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran (Studi kasus pada mahasiswi kost-kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan) adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan adaptasi ketiga informan dinilai berdasarkan 7 aspek pembentuk resiliensi, yakni regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, self-efficacy, dan reaching out.

Aspek regulasi emosi ketiga informan tergolong rendah, terbukti dari pengakuan ketiganya yang tidak bisa mengatur emosi mereka dengan baik dan gelisah saat berhadapan dengan kekerasan yang dilakukan pacarnya. Ketiga informan tidak dapat mengontrol emosi negatif berupa rasa takut dan marah saat kekerasan terjadi.

Aspek pengendalian impuls ketiga informan juga rendah yang ditunjukkan dengan mengubah perilaku yang mereka kehendaki menjadi perilaku yang pacar mereka kehendaki.


(60)

masa depan. Berbeda dengan informan ES yang tidak meyakini pacarnya mampu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya.

Aspek analisis penyebab masalah ketiga informan tergolong rendah, karena informan belum mampu mencari tahu akar permasalahan utama dari kekerasan yang terjadi pada diri mereka.

Aspek empati ketiga informan menunjukkan hasil yang cukup tinggi, karena terbukti dari pengakuan ketiga informan yang masih memiliki kepedulian terhadap pacarnya meskipun pacarnya telah melakukan kekerasan terhadap mereka.

Aspek self efficacy ketiga informan tergolong rendah yang dibuktikan dengan terulangnya kekerasan yang dilakukan pacarnya terhadap mereka. Sedikit banyak dipengaruhi oleh rendahnya aspek sebelumnya, yaitu analisis penyebab masalah, yang menyebabkan ketiga informan tidak dapat menemukan akar utama penyebab masalah kekerasan yang mereka alami.

Pada aspek reaching out, hanya informan SD yang memiliki kemampuan untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari kejadian kekerasan yang dialaminya, dapat dilihat dari keputusannya untuk mengakhiri siklus kekerasan dengan memutuskan pacarnya dan berusaha mengatasi ketakutan-ketakutannya terhadap laki-laki lain dengan tetap berhati-hati dalam memilih pasangannya yang baru. Sedangkan aspek reaching out pada informan LM dan ES


(61)

lingkaran kekerasan yang terjadi. Selain itu keduanya juga belum berani untuk mengakhiri hubungan yang lama dan memulai hubungan baru yang lebih baik dengan lelaki lain.

2. Ketiga informan tidak berani mengatakan kepada orangtua mereka masing-masing bahwa mereka mengalami kekerasan dari pacar mereka. Selain karena perasaan malu, mereka juga takut dimarahi dan dinilai mengecewakan orangtua karena orangtua mereka mengizinkan mereka kost di Kota Medan adalah untuk menuntut ilmu bukan untuk pacaran.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba untuk mengajukan beberapa masukan atau saran yang ditujukan untuk semua pihak yang berkaitan dengan fenomena kekerasan dalam pacaran. Adapun saran yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Kota Medan khususnya Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan hendaknya selalu aktif memberikan pengetahuan, bimbingan dan konseling yang berkesinambungan dalam menangani kasus kekerasaan terhadap perempuan pada umumnya dan kekerasan dalam pacaran pada khususnya.


(62)

aktivitas mahasiswa kost-kostan dan berusaha untuk akrab dengan mereka melalui berbagai kegiatan bersama yang positif.

3. Bagi orangtua diharapkan agar dapat memberikan pengertian, pemahaman dan pengetahuan tentang pacaran yang sehat agar anak-anaknya tidak berpacaran melewati batas kewajaran dan norma yang berlaku di masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai fenomena kekerasan dalam pacaran yang dialami mahasiswa kost-kostan, karena dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisis kemampuan adaptasi mahasiswi kost-kostan yang mengalami kekerasan dalam pacaran.


(63)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan tentang Perempuan

2.1.1. Pengertian Perempuan

Pengertian perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun menurut Zaitunah Subhan (2004:19) kata perempuan berasal dari kata empu yang artinya dihargai. Lebih lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran istilah dari perempuan ke wanita. Kata wanita dianggap berasal dari bahasa Sansekerta, dengan dasar kata Wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks.

Tetapi dalam bahasa Inggris wan ditulis dengan kata want, atau men dalam bahasa Belanda, wun dan schendalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like, wish,desire, aim. Kata want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya adalah wanted(dibutuhkan atau dicari). Jadi, wanita adalah who is being wanted (seseorang yang dibutuhkan) yaitu seseorang yang diingini. Para ilmuwan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual dan mental lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.

Sedangkan gambaran tentang perempuan menurut pandangan yang didasarkan pada kajian medis, psikologis dan sosial, terbagi atas dua faktor, yaitu


(1)

10.Untuk rekan se-atap, Topanoven „Gak Open‟ Siregar dan Nico „Colai‟ Agapitus Siahaan, akur-akurlah kalian berdua. Buat kau Top, selesaikan kuliahmu, kutengok kau ada bakat di bidang teknologi, kembangkan terus, aku yakin bisa kau ikuti jejak sukses Steve Jobs, Bill Gates dan Mark Zukerberg itu. Buat Nico, agak rapilah kau Ko, percuma mukamu ganteng kaya aku, cewekmu pun banyak kaya porsi makanmu, tapi gak bisa kau bertanggung jawab sama barang-barangmu sendiri, ah malu lah kau sama si Nonong, vespamu itu.

11.Untuk Jole alias „Kribo‟ alias „Brook‟, semoga tahun ini lo bisa wisuda ya jo. Gw tau lo masih cinta kampus lo, tapi lo mesti move on men. Jaga baik-baik tuh ade lo si Timothy.

12.Untuk anak-anak kontrakan depan dan teman-teman sepermainan, Hongi

„PNS‟ Manik, Dimas „Uchiha‟ Panggabean, Daniel „EL‟ Siahaan, Kapten „Gol.D.Ukap‟, Andri „Hambeha‟ Saragih, Kristian „BENS‟, duo Ricky

(Minimalis-Maksimalis), „Revor „Sang Pendeta‟, Penisa Tatiana, Dewi

„Rebutan‟ Nababan, Debora Laundry, Rachel „Cuma -Ingin-Tinggi-dan-Cinta-Abang-itu‟ Sitinjak, Wandro Sitanggang dan Kekasihnya, Risca

„Cimot‟. Terimakasih atas segala kenangan indah dan pahit selama 4 tahun

ini. Hidup memang harus penuh warna kan. Keep Awesome, guys ! 13.Untuk Herawati „The Hulk‟ Situmorang beserta seluruh jajarannya.

Terima kasih atas pelajaran kehidupan yang telah kalian berikan. Berkat

kalian aku jadi paham arti dari kalimat “They Will Ignore You, Until They Need You”. Sangat berharga.


(2)

14.Untuk seseorang-yang-namanya-gak-boleh-disebut, terimakasih untuk masa-masa indah itu. I‟m sorry to say, but you‟re the reason I‟ve made this thesis.

15.Untuk Maya Ranni, seorang teman lama yang dipertemukan kembali

setelah sekian tahun dengan „bungkus‟ yang baru (hahaha). Sempet bikin

gw shock dan terguncang dengan satu voice note dan kalimat : “You are

the key for my thropies”. Thanks May, lo udah ngingetin gw kalo kata -kata sederhana bisa memicu sebuah perubahan besar. Thanks juga karena udah bantuin terjemahin Abstrak gw ke bahasa orang Barat sono (hahaha). Tapi maaf ya kalo gw harus ngilang lagi.

16.Untuk teman-teman dan kolega yang namanya tidak peneliti cantumkan di lembar ini karena keterbatasan tempat, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati peneliti mohon maaf. Terima kasih karena telah memberikan kontribusi bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan hati menerima masukan berupa kritik dan saran dari berbagai pihak agar skripsi ini dapat disempurnakan di masa depan. Peneliti juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2016

Peneliti


(3)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ...13

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...14

1.3.1. Tujuan Penelitian ...14

1.3.2. Manfaat Penelitian ...14

1.4. Sistematika Penulisan ...15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...17

2.1. Perempuan ...17

2.1.1. Pengertian Perempuan ...17

2.1.2. Permasalahan Pada Perempuan ...19

2.2. Kekerasan Dalam Pacaran ...23

2.2.1. Pengertian Pacaran ...23

2.2.2. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran ...25

2.2.3. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran ...32

2.2.4. Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Pacaran ...37

2.2.5. Dampak Kekerasan Dalam Pacaran ...39

2.3. Kemampuan Adaptasidan Resiliensi...41


(4)

2.3.2. Faktor Pembentuk Resiliensi ...42

2.4. Kerangka Pemikiran ...44

2.5. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ...49

2.5.1. Definisi Konsep ...49

2.5.2. Definisi Operasional ...50

BAB III METODE PENELITIAN...52

3.1. Tipe Penelitian...52

3.2. Lokasi Penelitian ...52

3.3. Unit Analisis dan Informan ...53

3.3.1. Unit Analisis ...53

3.3.2. Informan ...53

3.3.2.1. Informan utama ...53

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...53

3.5. Teknik Analisis Data...54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...56

4.1. Gambaran Umum ...56

4.1.1. Kota Medan ...56

4.1.2. Kecamatan Medan Baru Kota Medan ...56

4.1.2.1. Potensi Wilayah Kecamatan Medan Baru ...57

4.2. Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan Kota Medan ...59

4.3. Jumlah Penduduk Kelurahan Padang Bulan ...60


(5)

iii

4.5. Tipologi Kelurahan Padang Bulan ...61

4.6. Potensi Wilayah Kelurahan Padang Bulan ...61

4.7. Agama dan Etnis Kelurahan Padang Bulan ...62

4.8. Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan ...63

BAB V ANALISIS DATA ...66

5.1. Hasil Penelitian ...66

5.1.1. Informan I ...67

5.1.2. Informan II ...71

5.1.3. Informan III ...74

5.2. Pembahasan 80 5.2.1. Data dan Karakteristik Informan ...81

5.2.2. Kemampuan Adaptasi Informan Berdasarkan 7 Aspek Resiliensi ...84

5.2.2.1. Regulasi Emosi ...84

5.2.2.2. Pengendalian Impuls ...85

5.2.2.3. Optimisme ...87

5.2.2.4. Analisis Penyebab Masalah ...88

5.2.2.5. Empati ...89

5.2.2.6. Self Efficacy ...91

5.2.2.7. Reaching Out ...92


(6)

BAB VI

PENUTUP ...97 6.1. Kesimpulan ...97 6.2. Saran ...99


Dokumen yang terkait

Analisis Strengths Weaknesses Oportunities Threats Untuk Pengembangan Strategi Bisnis Usaha Rumah Kost (Studi Kasus Pada Usaha Rumah Kost Daerah Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan)

6 78 88

Persepsi Masyarakat Terhadap ”Kesemrawutan” Transportasi Di Kota Medan (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)

3 40 80

Gambaran Perilaku Seksual Mahasiswa Yang Kos di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2005

2 33 71

Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

1 2 12

Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

0 0 2

Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

0 0 15

Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

0 0 37

Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

0 0 3

Kemampuan Adaptasi Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran (Studi Kasus Pada Mahasiwi Kost-Kostan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan)

0 0 9

RESILIENSI PEREMPUAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Kasus Pada Mahasiswi Kost-Kostan di Kelurahan Kandang Limun Bengkulu)

1 1 71