45
dan memiliki keberuntungan dan kemampuan untuk sukses. Individu akan mudah tersesat apabila tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri.
g. Reaching Out Reaching out adalah kemampuan individu meraih aspek positif atau
mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa. Banyak individu yang tidak mampu melakukan reaching out, hal ini dikarenakan mereka
telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat mungkin menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan. Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih
memiliki kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat.
Individu yang memiliki kemampuan reaching out tidak menetapkan batasan kaku terhadap kemampuan yang dimilikinya. Mereka tidak terperangkap
rutinitas, memiliki rasa ingin tahu, dan ingin mencoba hal-hal baru sehingga mampu menjalin hubungan dengan orang-orang baru dalam kehidupannya.
Pencapaian menggambarkan kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian
seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.
2.4. Kerangka Pemikiran
Perempuan merupakan pihak yang sangat rentan mengalami kekerasan disebabkan budaya patriarki yang telah melekat selama ini memandang
kedudukan perempuan cenderung inferior terhadap kedudukan laki-laki. Data dan
Universitas Sumatera Utara
46
fakta tentang kekerasan terhadap perempuan dalam berbagai ranah kehidupan telah cukup jelas memberikan gambaran bahwa perempuan adalah pihak yang
kerap kali mengalami ketidakadilan gender dan disepelekan kedudukannya dalam masyarakat.
Pacaran merupakan suatu konsep yang baru dan sudah sangat berakar dalam kehidupan sosial manusia, sudut pandang mengenai rumusan pacaran pun
berbeda dan sangat beragam baik yang bersifat idealis maupun yang bersifat pragmatis. Dari sudut pandang idealis, rumusan pacaran biasanya dilihat dari
tujuan pacaran yakni mewujudkan satu kesatuan cinta antara dua orang kekasih dalam sebuah bahtera rumah tangga sedangkan dari sudut pandang pragmatis
pacaran merupakan suatu penjajakan antarindividu atau pribadi untuk saling menjalin cinta kasih.
Kekerasan dalam pacaran adalah ancaman atau tindakan untuk melakukan kekerasan kepada salah satu pihak dalam hubungan berpacaran, yang mana
kekerasan ini ditujukan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya, perilaku ini bisa dalam bentuk kekerasan emosional, fisik dan
seksual. Perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran membutuhkan suatu
motivasi dan kemauan untuk bertahan dan bangkit dari tekanan dan permasalahan yang dihadapinya. Ketika perubahan dan tekanan hidup berlangsung begitu intens
dan cepat, seseorang perlu mengembangkan kemampuan dirinya sedemikian rupa untuk mampu melewati masalah itu secara efektif. Resiliensi merupakan
kemampuan individu untuk melakukan penyesuaian dan beradaptasi terhadap
Universitas Sumatera Utara
47
perubahan, tuntutan, kekecewaan dan kegagalan yang muncul dalam kehidupan, mengatasi kondisi yang penuh tekanan, bangkit dari keterpurukan dan
berkembang secara positif menjadi individu yang lebih baik. Individu yang resilien dapat mengevaluasi berbagai hal dan membuat keputusan yang tepat tanpa
takut akan pendapat orang lain. Potensi untuk menjadi individu yang resilien ada dalam diri setiap orang. Namun, diperlukan dukungan dari keluarga, lingkungan
dan komunitas agar individu dapat mewujudkan potensi resiliensinya. Penelitian ini mengkaji kemampuan adaptasi pada perempuan yang
mengalami kekerasan dalam pacaran melalui 7 faktor pembentuk resiliensi, yaitu :
1. Regulasi Emosi yaitu Kemampuan untuk bisa tenang dalam kondisi
dan situasi yang menekan atau dalam kondisi yang sulit dari pacarnya.
2. Pengendalian Impuls yaitu Kemampuan untuk mengendalikan
keinginan, dorongan, kesukaran serta tekanan yang muncul dalam dirinya agar bisa mengatur emosinya dengan baik.
3. Optimisme yaitu Keyakinan bahwa kekerasan yang dilakukan
pacarnya akan berubah dan pacarnya bisa membahagiakannya di masa yang akan datang.
4. Causal Analysis yaitu Kemampuan untuk mencari tahu akar dari
masalah yang sering muncul dari kekerasan yang dialaminya.
Universitas Sumatera Utara
48
5. Empati yaitu Kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan
pacarnya dan peduli dengan kondisi sosial maupun psikologis pacarnya.
6. Self Efficacy yaitu Keyakinan bahwa ia bisa menyelesaikan
masalahnya dan berusaha meyakinkan pacarnya untuk berdiskusi atau
memusyawarahkan apa
yang menyebabkan
pacarnya melakukan kekerasan.
7. Reaching Out yaitu Kemampuan untuk bisa bangkit dari trauma
kekerasan yang dilakukan pacarnya. Mahasiswi tersebut meyakini bahwa ada hikmah disetiap peristiwa kekerasan yang terjadi.
Individu yang resilien lebih mudah dalam mengatur regulasi emosi dan dengan cepat dapat memutus perasaan juga pemikiran yang tidak sehat, yang
kemudian justru membantunya tumbuh menjadi individu yang lebih kuat.
Universitas Sumatera Utara
49
Bagan Alur Pemikiran
Perempuan
Kekerasan Dalam Pacaran
Kemampuan Adaptasi Untuk Bertahan dan Bangkit melalui 7 Faktor Pembentuk
Resiliensi
Self Efficacy
Optimisme
Pengendalian Impuls
Regulasi Emosi
Causal Analysis
Reaching Out
Empati
Universitas Sumatera Utara
50
2.5. Definisi Konsep dan Definisi Operasional