91
5.2.2.5. Empati
Secara sederhana empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Empati sangat erat
kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain.
Beberapa individu memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menginterpretasikan bahasa-bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh orang lain,
seperti ekspresi wajah, intonasi suara, bahasa tubuh dan mampu menangkap apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Oleh karena itu, seseorang yang
memiliki kemampuan berempati cenderung memiliki hubungan sosial yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian, pada aspek empati ini ketiga informan terindikasi masih memiliki kepedulian terhadap pacarnya meskipun pacarnya
telah melakukan kekerasan kepada mereka. Infroman LM dan SD masih memiliki empati kepada pacarnya terbukti karena sampai pada saat ini mereka berdua masih
menjalin hubungan pacaran dengan pacarnya. Sedangkan pada informan SD, juga masih memiliki empati pada pacarnya, AS, meskipun telah putus yang dapat
dilihat dari pengakuannya yang enggan melaporkan AS ke pihak yang berwajib demi nama baik dirinya sendiri juga nama baik AS. Lebih lanjut SD mengatakan
bahwa AS merupakan mahasiswa yang cukup aktif berorganisasi, melaporkan kekerasan yang terjadi padanya tentu akan berakibat fatal pada nama baik AS di
mata teman-teman organisasi juga teman-teman kampusnya.
Universitas Sumatera Utara
92
Tingginya kemampuan empati informan juga dapat dilihat dari sikap mereka yang selalu memaafkan kekerasan yang terjadi ketika sang pacar telah
meminta maaf. Sehingga informan menyimpan satu harapan agar pacarnya dapat merubah perilakunya di masa depan pada informan LM dan ES. Perasaan cinta
yang mendalam kepada pacarnya juga turut menjadi faktor esensi dalam kemampuan empati informan, yang ditunjukkan informan LM ketika menanggapi
kekerasan yang dilakukan pacarnya adalah untuk kebaikan mereka dan sebagai akibat daripada kesalahan mereka sendiri sehingga informan menarik kesimpulan
bias bahwa mereka pantas menerima kekerasan semacam itu pada informan ES. Tingginya empati ketiga informan juga mendasari mereka untuk tidak
segera memutuskan hubungan pacaran dengan pacarnya saat mereka mendapat perlakuan kekerasan. Mereka takut akan hal-hal tak buruk yang akan menimpa
pacarnya saat putus dengan mereka, seperti bunuh diri, menjadi sedih, depresi, kehilangan minat belajar dan prestasi belajar, mengonsumsi narkoba dan alkohol,
dan sebagainya.
5.2.2.6. Self Efficacy