Panggung Depan dan Panggung Belakang

Universitas Sumatera Utara berbahaya dan kaku dan ketidakjujuran. Stigma fisik mengacu pada kelainan tubuh sang aktor. Stigma identitas kelompok merupakan stigma yang berasal dari ras mahkluk tertentu, ras, bangsa dan agama dan sebagainya. Stigma ini ditransimisikan melalui garis keturunan dan mencemari semua anggota keluarga Umiarso Elbadiansyah, 2014: 254. Semua diri sang aktor terlibat dalam proses manajemen kesan karena mereka semua memprioritaskan memunculkan kesan yang baik pada orang lain. Dengan demikian dramaturgi merupakan suatu perspektif sosiologis yang mendekripsikan tentang diri sang aktor yang secara aktif mencoba utnuk membentuk persepsi orang lain dari mereka dengan menghadirkan diri dengan cara memunculkan penampilan atau citra terbaik yang akan membantu mereka mencapai tujuan tersebut. Diri sang aktor akan bertindak berbeda didepan orang yang berbeda dan dalam lingkungan yang berbeda pula untuk membentuk penampilan citra yang terbaik sebagaimana mereka merasakan.

2.2.3.1 Panggung Depan dan Panggung Belakang

Dalam perspektif dramaturgi, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukkan diatas panggung, yang menampilkan peran-peran yang dimainkan oleh para aktor. Untuk memainkan peran tersebut, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku nonverbal tertentu serta menggunakan atribut tertentu. Aktor harus memusatkan pikiran agar dia tidak keseleo lidah, menjaga kendali diri, melakukan gerak gerik, menjaga nada suara dan mengekspresikan wajah yang sesuai dengan situasi Surip, 2011: 136. Panggung Belakang Back Stage adalah ruang privat yang tidak diketahui orang lain, tempat seseorang atau sekelompok orang leluasa menampilkan wajah aslinya. Di panggung inilah segala persiapan aktor disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk menutupi identitas aslinya. Biasanya juga disebut dengan back region atau kamar rias untuk mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan, ditempat ini pula si aktor bersantai dan memunculkan siapa dirinya. Universitas Sumatera Utara Panggung Depan Front Stage adalah ruang publik yang digunakan seseorang atau sekelompok orang untuk mempresentasikan diri dan memberikan kesan kepada orang lain melalui pengelolaan kesan management of impression. Disini individu kemungkinan akan menampilkan peran formal atau berperan layaknya seorang aktor. Di panggung inilah aktor akan membangun dan menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam interaksi sosialnya. Wilayah ini juga disebut dengan front region wilayah depan yang ditonton oleh khalayak. Panggung depan mencakup setting, personal front penampilan diri, expresive equipment peralatan untuk mengekspresikan diri, appearance penampilan dan manner gaya Mulyana, 2003: 58. Goffman membagi panggung depan ini menjadi dua bagian yakni front pribadi dan setting front pribadi terdiri dari alat-alat yang dianggap khalayak sebagai perlengkapan yang dibawa aktor ke dalam setting. Personal front mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh sang aktor. Misalnya, berbicara sopan, pengucapan istilah-istilah asing, intonasi, postur tubuh, ekspresi wajah, pakaian, penampakan usia dan sebagainya. Ciri yang relatif tetap dan sulit untuk disembunyikan adalah ciri fisik termasuk ras dan usia, namun aktor sering memanipulasinya dengan menekankan atau melembutkannya. Sementara itu setting merupakan situasi fisik yang harus ada ketika aktor melakukan pertunjukkan misalnya dokter bedah memerlukan ruang operasi atau supir taksi memerlukan kendaraan. Aspek lain dari dramaturgi di panggung depan adalah bahwa aktor sering berusaha menyampaikan kesan bahwa mereka punya hubungan khusus atau jarak sosial lebih dekat dengan khalayak dari pada jarak sosial yang sebenarnya. Goffman mengatakan bahwa orang tak selamanya ingin menunjukkan peran formalnya di dalam panggung. Orang memainkan sesuatu perasaan, meskipun ia enggan akan peran tersebut atau menunjukkan keengganannya untuk memainkannya padahal ia senang bukan kepalang akan peran tersebut Surip, 2011: 138. Seorang aktor terkadang menyembunyikan rahasia pribadi mereka dihadapan diri aktor lain. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yakni, Universitas Sumatera Utara pertama, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan-kesenangan tersembunyi; kedua, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang dibuat saat persiapan pertunjukkan; ketiga, aktor mungkin merasa perlu menunjukkan hanya produk akhir dan menyembunyikan proses memproduksinya; dan keempat, aktor mungkin perlu menyembunyikan kerja kotor yang dilakukan untuk membuat produk akhir dari khalayak. Erving Goffman menyadari, bahwa masyarakat memaksa diri sang aktor utnuk menciptakan diri dan peran yang berbeda. Sampai batas tertentu, diri sang aktor perlu untuk menyajikan citra diri sosial mereka yang berbeda, sehingga masyarakat memaksa diri sang aktor untuk menjadi tidak konsisten dan tidak benar Umiarso Elbadiansyah, 2014: 261.

2.2.3.2 Kerjasama Tim