Universitas Sumatera Utara
pemerintahan yang lebih demokratis dan dianggap lebih baik bagi negara Korea Utara. Melalui film ini juga secara tidak langsung penonton diajak
untuk tidak mendukung proses pengembangan nuklir khususnya yang dilakukan oleh negara Korea Utara. Karena rudal bertenaga nuklir
merupakan sebuah senjata yang dapat meluncur dengan jarak yang jauh untuk menghancur suatu daerah maupun populasi manusia dalam jumlah
yang besar. Selain hal yang berhubungan dengan Korea Utara, pembuat film
menggambarkan bahwa negara Amerika Serikat masih menjadi negara ‘super power’ dengan sistem persenjataan canggih yang dimiliki. Dalam
film ini digambarkan bahwa negara Amerika Serikat melakukan hal yang benar dengan membunuh Kim Jong Un, dimana dengan meninggalnya
Kim Jong Un maka dunia terselamatkan karena pengembangan senjata nuklir Korea Utara dihentikan.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian hasil analisis terhadap Dramaturgi Citra Kim Jong Un dalam film The Interview, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Penonton baik yang menonton secara langsung dibioskop maupun di
dirumah atau dimanapun, diharapkan tidak hanya menonton filmnya saja dan tertawa dengan komedi yang disajikan, namun dapat memahami pesan
yang ingin disampaikan oleh pembuat film dalam film The Interview ini maupun film lainnya. Setiap film pasti mengandung fungsi media massa
yakni untuk menghibur, untuk mendidik, untuk menginformasikan dan untuk mempersuasi. Sehingga penonton tidak mudah terprovokasi dengan
tema dan konflik yang diangkat dalam film. 2.
Sineas film khususnya di Indonesia supaya lebih berani untuk menciptakan ataupun membuat film yang mengkritik pemerintah, bukan
hanya mengangkat hal yang positif dari seorang tokoh di pemerintahan. Karena jika hanya memberikan gambaran yang positif, hal tersebut akan
Universitas Sumatera Utara
menciptakan sebuah propaganda baru terhadap pemerintah dan membuat masyarakat terlena dengan karakter pemimpin itu. Dalam memberikan
kritik terhadap pemerintah tetap haruslah dalam koridor yang benar, yakni tetap memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai kemanusiaan.
3. Film ini juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajaran dalam mata
kuliah propaganda. Karena dalam film ini disisipkan sebuah propaganda politik oleh pembuat film yang berkewarganeagaraan Amerika Serikat
terhadap negara Korea Utara dan pemimpinnya, sementara dalam faktanya negara Amerika Serikat dan Korea Utara terlibat dalam situasi dan kondisi
perang dingin.
5.3 Implikasi Sacara Teoritis
Implikasi teoritis merupakan bagian dimana peneliti dapat melihat sejauh mana peneliti menggambarkan teori yang digunakan mampu menjawab penelitian
yang sedang diteliti dan sejauh mana teori itu mendukung serta membantu peneliti untuk melakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, analisis perspektif
dramaturgi Erving Goffman, telah berhasil mendapatkan makna dari pesan tersirat yang digambarkan dalam film The Interview yang berkenaan dengan konstruksi
citra Kim Jong Un. Penelitian ini mendukung peran panggung depan dan panggung belakang serta kerjasama tim untuk mencapai pengelolaan kesan yang
diinginkan. Peran peneliti tidak lepas dalam penentuan ataupun menafsirkan makna dan tanda dalam penelitian ini.
Melalui analisis dramaturgi Erving Goffman ini, akhirnya peneliti mampu memaknai pesan dari film The Interview dengan baik. Bagaimana akhirnya
interaksi yang dilakukan para aktor ataupun pemeran dalam film ini dapat dianalisis secara mendalam melalui peran panggung depan dan panggung
belakang. Teori ini membantu peneliti untuk melihat sejauh mana pembuat sineas film menggambarkan citra pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang pada
akhirnya pembuat film memperkuat citra Kim Jong Un yang diketahui oleh publik dalam hal ini masyarakat di seluruh dunia sebagai pemimpin muda yang otoriter
dan kejam, sebagaimana yang diberitakan dalam media massa.
Universitas Sumatera Utara
Istilah dramaturgi mungkin menjadi satu kata asing di telinga para pembaca. Dramaturgi merupakan sebuah studi yang membahas mengenai
kehidupan manusia seperti berada di atas panggung atau teater. Manusia digambarkan akan bertindak atau berlakon sesuai dengan apa yang ingin
ditampilkannya untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Manusia akan menunjukkan peran yang berbeda-beda ketika berhadapan dengan orang yang
berbeda dan saat berada dalam situasi yang berbeda pula. Misalkan seseorang yang pada pagi hari adu mulut dengan teman satu kamar atau rumah, tentu
seseorang itu akan menunjukkan rasa kesal, marah atau bahkan berdiam diri tidak mau berbicara. Saat seseorang itu berada di kampus, dengan wajah sumringah dia
menyapa teman-temannya untuk menutupi rasa kesal yang dialaminya. Ketika ia kembali ke rumah sore hari seseorang tersebut kembali menunjukkan wajah
masamnya. Penelitian ini membantu para pembaca untuk menambah wawasan dan mengetahui bahwa sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia itu
sering bersandiwara. Manusia seperti berlakon dan berperan layaknya aktor di atas pentas atau teater.
5.4 Implikasi Secara Praktis