Universitas Sumatera Utara
dunia teater katakan sebagai breaking character. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan
kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri http:miniriauteater.blogspot.com.
Genre yang sudah ada sejak masa Yunani adalah tragedi dan komedi. Disamping itu terdapat pula genre-genre melodrama, farce, tragikomedi, komedi
gelap, sejarah, dokumenter, dan musikal yang sekarang kelihatan menjadi genre utama dalam drama modern. Unsur-unsur yang mempengaruhi dramaturgi film
antara lain: 1.
Tema: Inti atau pokok dalam suatu drama atau lakon 2.
AlurPlot: Kerangka penceritaan jalannya cerita 3.
KarakterPenokohan: Watak suatu tokoh cerita 4.
LatarSetting: Tempat terjadinya peristiwa Selain keempat hal diatas beberapa hal lain yang menjadi unsur penting
dalam sebuah film adalah teknik penggunaan kamera atau pengambilan gambar, komunikasi non verbal seperti tulisan, gambar yang terdapat dalam scene film,
komunikasi verbal baik prolog, monolog dan dialog, musik yang digunakan, dan penggunaan noise atau suara-suara yang mendukung.
Konsepsi Dramaturgi klasik Aristotelian merupakan kesatuan dramatik yang merupakan suatu cerita yang terjadi di satu tempat dan waktu yang tak lebih
dari satu kali dua puluh empat jam, peristiwa-peristiwa dan adegan-adegan secara beruntun, diikat dengan ketat satu sama lain oleh hukum sebab akibat. Manusia
cenderung digambarkan sebagai makhluk yang tingkah lakunya ditentukan oleh semangat yang berkobar-kobar, emosi yang kuat, nafsu yang meluap dan
menghanyutkan. Maka mudah ditemukan adegan-adegan yang luar biasa, resah, penuh kekerasan, hujatan pedang dan belati, darah dan racun. Itu pulalah
sebabnya, gerakan ini kemudian melahirkan gagasan romantik dalam drama dan teater. http:ephanzpunk.blogspot.com200904dramaturgi.html.
2.2.4.1 Unsur-unsur yang Terdapat dalam Film The Interview
Universitas Sumatera Utara
Unit analisis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan unsur-unsur yang terdapat dalam panggung depan dan panggung belakang dalam
teori Dramaturgi Erving Gofman antara lain sebagai berikut: 1.
Penampilan appeearance Ketika bertemu dengan orang lain, hal yang pertama kali
diperhatikan adalah penampilan fisiknya. Seringkali orang memberi makna tertentu pada penampilan ataupun karakteristik
orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut dan sebagainya. Ketika melihat penampilan seseorang,
maka kita akan mempersepsi kehidupan orang tersebut, baik itu busananya model kualitas atau warna, jam tangan, kalung,
kacamata, sepatu, tas dan ornamen lainnya yang diapakainya Mulyana, 2007: 392.
2. Sentuhan touch
Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika haptics. Sentuhan seperti foto adalah perilaku nonverbal yang multimakna,
dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,
belaian, pelukan, pegangan, rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan
dengan sentuhan. Sentuhan tidak bersifat acak melainkan suatu strategi komunikasi yang penting. Beberapa studi menunjukkan
bahwa sentuhan bersifat persuasif. Sentuhan mungkin jauh lebih bermakna daripada kata-kata. Menurut Heslin ada lima kategori
sentuhan yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori tersebut adalah
sebagai berikut: 1.
Fungsional-profesional Disini sentuhan bersifat dingin dan berorientasi bisnis,
misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
Universitas Sumatera Utara
2. Sosial-sopan
Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan praktik sosial yang berlaku, misalnya
berjabat tangan. 3.
Persahabatan-kehangatan Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan
afeksi atau hubungan yaang akrab misalnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah.
4. Cinta-keintiman
Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional, misalnya mencium pipi orangtua
dengan lembut, orang yang sepenunya memeluk orang lain.
5. Rangsangan seksual
Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motif bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak
otomatis bermakna cinta atau keintiman Mulyana, 2007: 380.
3. Ekspresi expression
Banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak berbicara adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan
mata meskipun mulut tidak berkata-kata. Albert Mehrabian mengatakan bahwa andil wajah dalam mempengaruhi sebuah pesan
sebanyak 55, sementara vokal 30 dan verbal 7. Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan
keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar mengakui, terdapat beberapa keadaan emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi
wajah yang tampaknya dipahami secara universal yakni kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan,
kejijikan dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap
Universitas Sumatera Utara
murni sedangkan keadaan emosional lainnya misalnya malu, rasa berdosa, bingung, puas dan lainnya dianggap sebagai campuran.
Kontak mata memunyai dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama sebagai fungsi pengatur yakni untuk
memberitahukan kepada orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau akan menghindarinya. Kedua
sebagai fugsi ekspresif yakni untuk memberitahukan kepada orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya. Pentingnya pandangan
mata sebagai pesan nonverbal terlukis dalam berbagai ungkapan sehari-hari seperti mata yang cerdas, mata yang mempesona, mata
yang sayu, mata yang sedih, mata yang tajam, mata yang liar, mata yang penih curiga, mata yang licik, mata yang genit, mata yang
sensual, mata keranjang, mata duitan dan lainnya Mulyana, 2007: 373.
4. Jarak distance
Edward T. Hall mengemukakan empat zona spasial dalam interaksi sosial yakni zona intim 0-18 inci untuk orang yang
paling dekat dengan kita; zona pribadi 18 inci – 4 kaki hanya untuk kawan-kawan akrab, meskipun terkadang kita mengijinkan
orang lain utnuk memasukinya, misalnya orang yang diperkenalkan kepada kita; zona sosial 4-10 kaki, yaitu ruang
yang kita gunakan untuk kegiatan bisnis sehari-hari, seperti antara menajer dan pegawainya; dan zona publik 10 kaki – tak terbatas
yang mencerminkan jarak antara orang-orang yang tidak saling mengenal juga jarak antara penceramah dengan pendengarnya
Mulyana, 2007: 408. 5.
Karakter character Pengertian lain dari karakter adalah watak, tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan orang dengan orang lain. Karakter ataupun sifat manusia inilah yang
Universitas Sumatera Utara
menjadi dasar pemikiran cara seseorang untuk mengambil langkah dalam suatu tindakan. Karakteristik sifat manusia yang paling
mendasar terbagi menjadi empat yaitu a.
Plegmatis merupakan karakter manusia yang introvert, cukup diam, pesimis dan pecinta kedamaian. Tipe
plegmatis mempunyai daya humor yang cukup dan tidak sulit untuk mengucapkan maaf apabila melakukan
kesalahan. b.
Sanguinis Sanguinis dijuluki sebagai yang terpopuler dan
berlawanan dengan sifat plegmatis. Sanguinis memiliki tipe yang terbuka, suka berbicara, suka bergaul dan bisa
menjadi penyemangat bagi orang lain. Tipe sanguinis lebih mengedepankan keputusan secara emosional
daripada hal yang rasional.
c. Kolerik
Kolerik disebut juga si ‘kuat’ karena mampu memotivasi orang lain dan pekerja keras. Kolerik cukup terbuka atau
ekstrovert namun tidak seterbuka sanguinis. Koleris merupakan orang yang mempunyai disiplin kerja yang
tinggi dan kadang mendapat reputasi dengan memperalat orang lain.
d. Melankolik
Karakter yang terakhir adalah melankolis. Tipe ini memiliki perilaku yang tertutup namun memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi. Tipe ini mempunyai sifat mau mengorbankan diri sendiri, serius dan takut akan
kegagalan namun juga suka murung dan mudah putus asa http:www.berbagiinfo4u.com.
6. Latar setting
Universitas Sumatera Utara
Setting atau latar adalah tempat atau waktu berlangsungnya cerita. Orang yang bertanggung jawab terhadap setting atau latar
adalah penata artistik. Setting harus memberikan informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan oleh penonton
Sumarno, 1996: 66. 7.
Dialog dialogue Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dialog merupakan
percakapan dalam sandiwara, cerita, karya tulis dan lainnya diantara dua tokoh atau lebih http:kbbi.web.iddialog.
8. Monolog monologue
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia monolog diartikan sebagai pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri dan atau
adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri http:kbbi.web.iddialog.
9. Musik music
Musik memiliki bagian yang besar dalam sebuah film. Musik memiliki efek yang luar biasa, sangat memperkaya dan
memperbesar reaksi keseluruhan kita terhadap sebuah film. Marselli Sumarno mengatakan ada delapan fungsi musik dalam
sebuah film, yaitu: a.
Membantu merangkaikan adegan sehingga menimbulkan kesan adanya kesatuan.
b. Menutupi kelemahan film. Kelemahan film teletak pada
acting yang lemah atau dialog yang dangkal sehingga dapat diubah lebih dramatik jika diiringi musik yang
tepat. c.
Menunjukkan suasana batin para tokoh utama film. d.
Menunjukkan suasana waktu dan tempat. Misalnya penggunaan musik dan alat tradisonal daerah dengan
bahasa suatu daerah akan memudahkan penonton mempersepsi lokasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
e. Mengiringi kemunculan credit title
f. Mengiringi adegan dengan ritme cepat. Misalnya kejar-
kejaran polisi dengan penjahat, jika diiringi musik, maka adegan akan tampak lebih seru.
g. Mengantisipasi adegan mendatang dan membentuk
ketegangan yang dramatik. h.
Menegaskan karakter lewat musik. Misalnya tokoh utama wanita diberi iringan musik yang lembut.
10. Penggunaan Kamera
Selain suara, gambar juga memiliki peran penting dalam sebuah film. Sehingga tidak dapat dipungkiri jika kamera sebagai
alat untuk menyajikan elemen visual kepada penonton memiliki peran yang penting dalam penyampaian pesan. Komposisi gambar
yang baik akan mampu menyampaikan pesan dengan sendirinya. Beberapa teknik pengambilan gambar berdasarkan besar kecilnya
subjek, antara lain:
1. Extreme Long Shot ELS
Shot ini diambil apabila ingin mengambil gambar yang sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Extreme
Long Shot biasanya digunakan untuk opening scene yang akan membawa penonton mengenal lokasi cerita.
2. Very Long Shot VLS
Very Long Shot adalah gambar yang panjang, jauh, dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Teknik ini digunakan
biasanya untuk pengambilan gambar adegan kolosal atau banyak objek misalnya adegan perang dipegunungan,
adegan kota metropolitan dan lain sebagainya. 3.
Long Shot LS
Universitas Sumatera Utara
Ukuran shot ini adalah dari ujung kepala ke ujung kaki. Long Shot mengantarkan mata penonton kepada keluasan
suatu suasana dan objek. 4.
Medium Long Shot MLS Medium Shot berupakan pengambilan gambar mulai dari
ujung kepala hingga setengah kaki. Tujuan shot ini adalah untuk memperkaya keingahan gambar yang disajikan ke
mata penonton. Angle ini dapat dibuat sekreatif mungkin untuk menghasilkan tampilan yang atraktif.
5. Medium Shot MS
Ukuran dari shot ini adalah dari tangan hingga ke atas kepala. Tujuan dari shoot ini adalah agar penonton dapat
melihat dengan jelas ekspresi dan emosi para pemain. 6.
Middle Close Up MCU Shot Middle Close Up ukurannya lebih kecil dibandingkan
dengan Medium Shot yaitu dari ujung kepala hingga ke perut. Dengan angle ini penonton masih tetap dapat melihat
latar belakang yang ada. Namun, shot ini mengajak penonton untuk mengenal lebih dalam profil, bahasa tubuh,
dan emosi para pemain. 7.
Close Up CU Komposisi gambar ini adalah komposisi yang paling
populer dan memiliki banyak fungsi. Close Up merekam gambar penuh dari leher hingga ujung kepala. Melalui
angle ini sebuah gambar dapat berbicara dengan sendirinya kepada penonton. Emosi dan juga reaksi dari mimik wajah
tergambar dengan jelas. 8.
Big Close Up BCU Komposisi gambar ini lebih dalam lagi dibandingkan
dnegan Close Up. Kedalaman pandangan mata, kebencian raut wajah, kehinaan emosi hingga keharuan yang tiada
Universitas Sumatera Utara
bertepi adalah ungkapan yang terwujud dari komposisi ini. Komposisi ini memang sulit untuk menghasilkan gambar
yang fokus, tetapi disitulah nilai artistiknya. 9.
Extreme Close Up ECU Komposisi ini berfokus pada satu objek saja. Misalnya
hidung, mata, atau alis saja. Komposisi ini jarang digunakan untuk penyutradaraan sebuah film drama.
Selain penggunaan kamera berdasarkan besar hingga kecil atau berdasarkan frame size, penggunaan kamera juga dilihat dari gerakan
kamera itu sendiri. Terdapat tiga gerakan kamera yang disebutkan Askurifai Baksin dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Televisi”
antara lain: 1.
Zoom InZoom Out Disini kamera tidak bergerak, yang ditekan adalah tombol
zooming pada kamera. Dalam pembuatan sebuah film biasanya penggunaan kamera dengan cara seperti ini tidak
digunakan, karena kadang-kadang durasinya akan dihitung berdasarkan satuan detik. Biasanya juru kamera akan
menggunakan teknik track-in dan track-out. Zoom in merupakan gerakan kamera yang semakin dekat dengan
objek sementara zoom out merupakan gerakan kamera yang semakin menjauh dari objek.
2. Tilting
Ada beberapa adegan dalam film yang memeperlihatkan sosok seseorang yang diambil dari bawah kemudian sedikit
demi sedikit bergera ke atas. Dengan cara seperti itu penonton disuguhi suatu gambaran sosok seseorang secara
perlahan-lahan sampai muncul secara utuh. Ada dua cara tilting yaitu gerakan dari bawah ke atas disebut tilt-up dan
dari atas ke bawah yang disebut tilt-down.
Universitas Sumatera Utara
3. Panning
Jika ingin menunjukkan deretan pasukan yang sedang berbaris atau objek lain yang berderet, seorang juru kamera
akan menggunakan teknik panning, yakni menggerakkan kamera mengikuti urutan objek baik dari kanan ke kiri yang
disebut pan left, sedangkan gerakan kamera dari kiri ke kanan pan right Baksin, 2006: 131.
2.2.5 Media Massa dan Konstruksi Sosial