Kebijakan Penanaman Modal Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

a. Penyelesaian melalui pengadilan. b. Melalui arbitrase. c. Melalui cara-cara penyelesaian sengketa alternatif Alternatif Dispute Resolution. Sengketa penanaman modal yang terjadi antara pemerintah dengan penanam modal terlebih dahulu diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat. Jika melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. 58

C. Kebijakan Penanaman Modal Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Kebijakan penanaman modal Indonesia sebagai dasar atau landasan bagi pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan serta mengembangkan penanaman modal di Indonesia. Adanya kebijakan penanaman modal ini akan mempertegas 58 Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal. Universitas Sumatera Utara upaya pemerintah dalam mengatur dan mengarahkan penanaman modal yang ada di Indonesia agar dapat memberi kontribusi optimal pada pembangunan ekonomi Indonesia. Kebijakan penanaman modal akan dapat memberi arah bagi upaya pengembangan penanaman modal di Indonesia serta menjadi kerangka landasan bagi pengaturan penanaman modal selanjutnya. 59 Adanya suatu kebijakan penanaman modal memberi batasan dan arahan terhadap suatu tindakan atau perbuatan pemerintahan untuk melakukan suatu hal yang berkenaan dengan kepentingan atau kebutuhan masyarakat terhadap terciptanya kesempatan kerja yang luas, tingkat penguasaan teknologi, kemampuan atau kapasitas sumber daya manusia, dan tingkat pendapatan masyarakat. Banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam melihat keberadaan penanaman modal berbagai negara. Dengan tidak adanya kebijakan yang jelas dalam pengaturan penanaman modal mengakibatkan keberadaan penanaman modal dianggap tidak memberikan kontribusi atau keuntungan bagi negara penerima modal host country. Bahkan sebaliknya, keberadaan penanaman modal hanya dianggap sebagai parasit dalam sistem perekonomian sebuah negara. Bercermin dari kasus yang terjadi di hampir semua Negara Amerika Latin dimana keberadaan penanaman modal hanya menjadi alat bagi penguasa untuk memeperkaya diri dan terjadinya pengurasan sumber daya alam yang begitu massif sehingga menimbulkan rasa kebencian dan antipati masyarakat Amerika Latin yang mendalam terhadap PMA di negara mereka. Untuk itu, mereka dengan tegas menolak keberadaan PMA di negara mereka dan menganggap hanya mengisap kekayaan negara mereka. 60 Bercermin dari kasus 59 Aminuddin Ilmar,Op.Cit, hlm.59. 60 Ibid., hlm.60. Universitas Sumatera Utara yang terjadi di Negara Amerika Latin terhadap keberadaan penanaman modal, khususnya modal asing tersebut maka sudah seharusnya pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan dasar dalam pengembangan penanaman modal Indonesia guna mengatur dan mengarahkan penanaman modal, khususnya modal asing agar sejalan dan bersesuaian dengan kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat serta kepentingan pembangunan ekonomi nasional. 61 1. Kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional. Kehadiran UUPM mempertegas dan memperjelas kebijakan pengaturan penanaman modal di Indonesia. 62 Dalam ketentuan bab 3 Pasal 4 diatur tentang kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan dasar penanaman modal diwujudkan dalam bentuk rencana umum penanaman modal sesuai dengan landasan pikir serta asas dan tujuan yang ditetapkan. 63 Kebijakan penanaman modal dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh BKPM. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan penanaman modal sangat bergantung pada ketertiban dalam membuat peraturan-peraturan pelaksanaannya dan hal ini sangat krusial dalam keberhasilan pelaksanaan setiap undang- undang. 64 61 Ibid., hlm.61. 62 Ibid., hlm.62. 63 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi Jakarta :Sinar Grafika, 2010, hlm.74. 64 Ibid., hlm.80. Universitas Sumatera Utara Adapun kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional seperti : 65 a. memberikan perlakuan sama bagi penanam modal dalam negeri dan asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional; b. menjamin kepastian hukum berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, pemerintah juga mengeluarkan beberapa paket kebijakan ekonomi jilid I, jilid III, dan jilid IV pada tahun 2015; c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan pada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Hal ini dilakukan dengan mengatur kemitraan antara PMA dan PMDN dengan UMKM-K serta menambah 48 bidang usaha yang dicadangkan untuk kemitraan tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan untuk menciptakan ekonomi makro yang kondusif dalam berbagai paket kebijakan ekonomi. Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I September 2015, kebijakan yang dikeluarkan antara lain : 66 a. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debikroratisasi, serta penegakan hukum akan kepastian usaha. Hal ini dilakukan dengan merombak 89 peraturan yang tidak relevan atau menghambat daya saing industri negara. 65 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, hlm.62. 66 http:www.ekbis.sindonews.com diakses pada tanggal 12 Januari 2016 . Universitas Sumatera Utara b. Menyiapkan 17 Rancangan Peraturan Pemerintah, 11 Rancangan Peraturan Presiden, 2 Rancangan Instruksi Presiden, 63 Rancangan Peraturan Menteri dan 5 Aturan Menteri. c. Penyederhanaan izin dan memperbaiki prosedur kerja perizinan. d. Memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. e. Peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal. f. Menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik. g. Memperbaiki dan mempermudah iklim usaha serta kualitas pengurusan perizinan dan syarat berusaha dan investasi. Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, kebijakan yang dikeluarkan adalah : 67 a. Penurunan tarif atau harga. b. Penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal dengan merevisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata ruang No.2 Tahun 2015 tentang Standar pelayanan dan pengaturan Agraria. Hak guna usaha lahan yang selanjutnya disebut HGU seluas 200 ha yang sebelumnya 30-90 hari dipersingkat menjadi 20 hari kerja. HGU diatas 200 ha dikenakan 30-90 hari diubah menjadi 45 hari kerja. Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV, kebijakan yang dikeluarkan adalah : 68 a. Menentukan formula upah minimum provinsi. b. Penerima kredit usaha rakyat yang selanjutnya disebut KUR merupakan perorangan atau karyawan yang melakukan kegiatan usaha produktif, 67 Ibid. 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri dan membuka usaha, serta anggota keluarga buruh yang berpenghasilan tetap dan melakukan kegiatan usaha produktif. c. Lembaga pembiayaan ekspor untuk membiayai usaha kecil dan menengah. 2. Kebijakan untuk mempercepat peningkatan penanaman modal Undang-undang penanaman modal menggabungkan PMA dan PMDN dalam suatu undang-undang yang didasarkan pada asas kesetaraan bagi semua investor. Kebijakan dasar investasi dalam UUPM dimaksud adalah memberikan perlakuan yang sama antara investor dalam negeri dengan investor asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. UUPM menegaskan bahwa penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan perlakuan yang sama bagi investor dalam negeri maupun asing, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandiriaan, dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 69 Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mempercepat peningkatan penanaman modal dalam paket kebijakan ekonomi, yaitu : 70 a. Mendorong pembangunan masyarakat berpenghasilan rendah MBR dan membuka peluang investasi yang lebih besar di sektor properti. b. Mempercepat layanan perizinan investasi di Indonesia yang terdiri dari izin investasi di kawasan industri 151-180 hari dan di luar kawasan industri dengan mengeluarkan kebijakan bahwa investasi di kawasan industri bisa dijalankan setelah mendapat perizinan badan usaha dengan 69 Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal Bandung : PT.Alumni, 2008, hlm.81. 70 http:www.ekbis.sindows.com diakses pada tanggal 18 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara waktu pengurusan perizinan paling lama 8 hari, lalu 11 perizinan lainnya tidak diperlukan sebagai izin lagi, namun sebagai standar dan persyaratan. c. Menyediakan layanan perizinan penanaman modal berupa akta pendirian perusahaan, pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM selanjutnya disebut Kemenkumham serta NPWP hanya selama 3 jam. Untuk izin persetujuan nama perorangan, BKPM diminta untuk memiliki notaris sendiri inhouse notaries agar investor tidak perlu bolak balik untuk mengurus akta notaris. d. Membentuk peraturan pemerintah tentang kawasan industri dan peraturan menteri keuangan untuk harmonisasi fasilitas terhadap penanaman modal. e. Penghilangan pajak berganda untuk Kontrak Investasi Kolektif di Singapore dikenal dengan Real Estate Investment Trust untuk seluruh perusahaan infrastruktur termasuk jalan toldan komplek pelabuhan. Dalam rangka mereformasi perizinan investasi, BKPM melakukan terobosan perizinan untuk mempermudah realisasi minat investasi di Indonesia, dalam bentuk peluncuran Layanan Izin Investasi 3 Jam yang dilakukan sejak tanggal 26 Oktober 2015. Izin investasi 3 jam adalah izin prinsip dengan kriteria tertentu yang diproses dalam satu paket dengan penerbitan Akta Pendirian Perusahaan dan Pengesahan Kemenkumham, NPWP, serta informasi ketersediaan tanah blocking tanah dalam waktu 3 Jam. Adapun kriteria yang dapat memanfaatkan layanan ini adalah sebagai berikut : a. Rencana investasi paling sedikit Rp100.000.000.000,00 Seratus Milyar Rupiah. b. Rencana penggunaan tenaga kerja Indonesia di atas 1.000 seribu orang. Universitas Sumatera Utara c. Permohonan disampaikan oleh calon pemegang saham dengan cara datang langsung ke PTSP Pusat di BKPM catatan: salah satu calon pemegang saham mewakili calon pemegang saham lainnya dengan melampirkan surat kuasa. Surat kuasa dari salah satu pemegang saham berisi kuasa untuk mengurus Izin Investasi dan menghadap notaris. Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kebijakan penanaman modal dalam UUPM dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan tersebut dilakukan dengan cara memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal baik asing maupun dalam negeri, menjamin perlindungan dan kepastian hukum penanaman modal di Indonesia, penyederhanaan prosedur perizinan, membuka kesempatan bagi perkembangan UMKM-K dan meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal di Indonesia. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah pusat yang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah sesuai dengan otonomi daerah dalam bentuk rencana umum penanaman modal. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang