Artikel, Jurnal, Makalah Surat Kabar Kamus Internet

Peraturan Kepala BKPM Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal Kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjung Pinang dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha Dalam Rangka Penanaman Modal Kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjung Pinang dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. Keputusan Kepala BP Batam Nomor 166 Tahun 2013 tentang Pendelegasian Wewenang Kepala BP Batam di Bidang Penanaman Modal kepada Kepala Subdirektorat Pelayanan Penanaman Modal.

C. Artikel, Jurnal, Makalah

Ginting, Budiman, ―Permasalahan Nasional Pengembangan Investasi‖, Bahan Kuliah Hukum Investasi. Murti, Muhammad Sapta. Urgensi Otonomi Khusus Batam Dikaitkan dengan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal Rechtsvinding, Vol.3 No.2, 2014: 215-235. Nasrianti. ―Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal .” Tesis, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008, 1. Phytaloka, Lesty. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing dan Peluang Investasi Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat . Skripsi, Bandung.

D. Surat Kabar

Prasetyantoko. ―Bencana Finansial‖. Koran, Jakarta: Kompas, 2008.

E. Kamus

Wojowasito,S.Kamus Umum Inggris-Indonesia, Jakarta : Cypress, 1975. Universitas Sumatera Utara

F. Internet

http:www.pu.go.idisustrategisview6 diakses pada tanggal 19 Februari 2016. Badan Koordinasi Penanaman Modal. Realisasi Penanaman Modal di Indonesia Tahun 2015. http:www.bkpm.go.id diakses pada tanggal 12 Februari 2016. Daftar Negatif Investasi. http:www.tempo.co diakses pada tanggal 10 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara BAB III KEDUDUKAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM DALAM PENGATURAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL DI BATAM A. Kedudukan Badan Pengusahaan Batam Sebelum Berlakunya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Secara historis pengelolaan Pulau Batam dilakukan oleh Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional PN Pertamina pada tahun 1970-1971 71 , Badan Pimpinan pada tahun 1971-1973 72 , Otorita Batam pada tahun 1973-2007 73 , dan BP Batam sejak tahun 2007 hingga sekarang. 74 Pada Tahun 1969-1975, berdasarkan Keppres Nomor 65 Tahun 1970 tanggal 19 Oktober 1970 tentang Pelaksanaan Proyek Pembangunan Pulau Batam, Pulau Batam ditetapkan sebagai basis logistik dan operasional bagi usaha-usaha yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang dilaksanakan oleh PN Pertamina. Pada tahun 1970, Batam diposisikan menjadi daerah industri khususnya industri yang terkait dengan Pertamina. Pada tanggal 26 Oktober 1971, pengembangan Pulau Batam diperluas dengan menjadikan Batu Ampar sebagai daerah industri yang diberikan status sebagai entrepot partikelir 75 dan membentuk Badan Pimpinan Daerah Industri yang tugasnya merencanakan dan mengembangkan pembangunan dan meneliti permohonan izin 71 Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Projek Pembangunan Pulau Batam Sebagai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1968. 72 Pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam. 73 Pasal 4 ayat 1 Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam. 74 Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. 75 entrepot partikelir adalah ruangan- ruangan yang berkenaan dengan letak dan susunan yang memenuhi syarat untuk menimbun barang impor. Universitas Sumatera Utara usaha industri dan prasarananya untuk diajukan ke instansi terkait berdasarkan ketentuan dalam Reglemen A dari Ordonansi Bea. 76 Sebagai upaya untuk meningkatkan dan memperlancar pengembangan daerah industri Pulau Batam maka Keppres Nomor 74 Tahun 1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam disempurnakan dengan diterbitkan Keppres Nomor 41 tahun 1973 tanggal 22 November 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam. Keputusan presiden ini mengubah kelembagaan tunggal badan pimpinan menjadi kelembagaan yang terdiri atas Badan Pembina Daerah Industri, Otorita Pengembangan Daerah Industri, dan Perusahaan Perseroan Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam. Melalui norma tersebut, Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam menjadi penguasa atas lahan di Pulau Batam yang memiliki kewenangan mengadakan peruntukan dan penggunaan tanah di Pulau Batam. 77 Kebijakan khusus dalam Kota Batam terdapat pada Keppres Nomor 41 tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam. Tujuan pembuatan kebijakan khusus tersebut yaitu untuk mempersiapkan Kota Batam sebagai kawasan industri, perdagangan, alih kapal, dan pariwisata. 78 Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, Pulau Batam dengan statusnya sebagai Kota Industri diberikan hak pengelolaan kepada Ketua Otorita Batam seperti yang tercantum tercantum di dalam Pasal 6 ayat 2 huruf a Keputusan Presiden Nomor 41 tahun 1973. Dengan adanya pengaturan tersebut, diharapkan dapat mendorong perkembangan dan memastikan pengembangan Kota Batam sebagai Kota Industri. 76 Keppres Nomor 74 Tahun 1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam. 77 Muhammad Sapta Murti, Op.Cit, hlm.226. 78 Pasal 1 Angka 5 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Bintan, Kawasan Batam, dan Kawasan Karimun. Universitas Sumatera Utara Sebelum berganti nama menjadi BP Batam, badan ini bernama Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam yang kemudian diubah menjadi Otorita Batam dan sekarang adalah BP Batam. BP Batam menjadi otoritas di Kota Batam yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengembangkan Batam. Pada tahun 1978, berdasarkan Surat Keputusan Ketua BKPM Nomor 1 Tahun 1978 tanggal 7 Februari 1978 tentang Pemberian Perlimpahan Wewenang Pengurusan dan Penilaian Pemohonan Penanaman Modal di Pulau Batam, maka BP Batam juga memiliki wewenang sebagai otoritas penanaman modal di Batam. Sejalan dengan perkembangan pembangunan Batam, pertumbuhan penduduk Batam pun secara perlahan tapi pasti meningkat dan menumbuhkan adanya jasa perkotaan. Oleh sebab itu, di awal Tahun 1980-an dipandang perlu adanya pengaturan khusus dalam hal penyelenggaraan pemerintahan. Dengan kata lain, perlu ada lembaga di luar Badan Otorita Batam yang berperan untuk mengatur fungsi pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna. Atas pertimbangan ini, pemerintah pusat kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983 mengenai Pembentukan Kota Administratif Batam di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Riau sebagai perangkat dekonsentrasi. Sejak saat itu pula, pengelolaan kawasan Batam melibatkan dua lembaga, yakni Badan Otorita Batam dan Pemerintah Kota Administratif. 79 Dalam Keppres Nomor 7 tahun 1984 diatur tentang koordinasi sebagai berikut: 79 http:www.pu.go.idisustrategisview6 diakses pada tanggal 19 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara Pasal 2 menyebutkan : Walikotamadya Batam, sebagai kepala wilayah adalah penguasa tunggal di bidang pemerintahan dalam arti memimpin pemerintahan membina kehidupan masyarakat Kotamadya Batam di semua bidang dan mengkoordinasikan bantuan dan dukungan pembangunan daerah industri Pulau Batam. Pasal 3 huruf F, menyebutkan : ―Walikotamadya Batam bersama Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam secara periodik mengadakan rapat koordinasi dengan instansi-instansi pemerintahan lainnya, guna mewujudkan sinkronisasi program diantara mereka dan sejauh mana mengenai pelaksanaan pembangunan, sarana, prasarana dan fasilitas lainnya yang diperlukan dalam rangka pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.‖ Berdasarkan peraturan tersebut, kedudukan BP Batam bukan lagi sebagai badan otoritas tunggal di Batam. Pemerintah Kotamadya Batam bersama BP Batam mengembangkan Kotamadya Batam dengan kewenangannya masing- masing. BP Batam tidak memiliki wewenang untuk memimpin pemerintahan. BP Batam menjadi Badan yang mengembangkan daerah industri di Batam. Pada Tahun 1992, berdasarkan Keppres Nomor 28 Tahun 1992 wilayah kerja Otorita Batam diperluas meliputi wilayah BARELANG Pulau Batam, Rempang, Galang dan pulau-pulau sekitarnya dengan luas wilayah seluruhnya sekitar 715 Km 115 dari luas Singapura. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia Tahun 1945. 80 Unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi DPRD, gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah Batam dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Pada tahun 1999, melalui Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan beberapa kali menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hingga Undang-undang tersebut dicabut setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai revisi atas undang-undang yang sudah tidak relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 81 Otonomi daerah dapat berbentuk desentralisasi, dekonsentrasi, maupun tugas pembantuan. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 82 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 83 Sedangkan Tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau 80 Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 81 Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 82 Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 83 Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Universitas Sumatera Utara desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 84 Salah satu contoh desentralisasi yang diberikan kepada Batam adalah wewenang untuk mengatur dan mengurus penanaman modal di Batam. Berdasarkan undang-undang ini, Pemko Batam memiliki andil untuk mengurusi dan mengatur penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman asing di Batam. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional, pemerintah pusat dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi danatau kabupatenkota. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi danatau kabupatenkota yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional. Batam sebagai kawasan khusus yaitu kawasan FTZ dan merupakan daerah otonomi asimetris karena adanya Otorita Batam yang juga berwenang untuk melakukan pengembangan Batam dan mengatur pengelolaan hak atas tanah yang berhubungan dengan perizinan penanaman modal di Batam. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupatenkota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota meliputi: 85 1. perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 84 Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 85 Pasal 14 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Universitas Sumatera Utara 4. penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. penanganan bidang kesehatan; 6. penyelenggaraan pendidikan; 7. penanggulangan masalah sosial; 8. pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10. pengendalian lingkungan hidup; 11. pelayanan pertanahan; 12. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13. pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14. pelayanan administrasi penanaman modal; 15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan 16. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Urusan wajib diatas telah dilakukan sebelumnya oleh Otorita Batam sebagai badan pengembangan Batam. Kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007. Peraturan pemerintah ini merupakan peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam menjadi Undang-undang. Kawasan ini meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dilakukan Universitas Sumatera Utara kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya. Pengembangan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi didalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas pada kawasan dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam. Badan Pengusahaan Batam berkedudukan sebagai badan otoritas pengembangan daerah FTZ Batam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang juga memiliki kewenangan yang sebelumnya dilakukan oleh Otorita Batam. Semua aset Otorita Batam dialihkan menjadi asset BP Batam, kecuali aset yang telah diserahkan kepada Pemko Batam, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak Pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Otorita Batam dan hak pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Pemko Batam yang berada di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam beralih kepada BP Batam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan BP Batam sebelum berlakunya UU Pemda adalah Badan Otoritas Pengembangan Batam mulai dari daerah industri basis logistik dan operasional bagi usaha-usaha yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang dilaksanakan oleh PN Pertamina, Kotamadya Batam hingga menjadi Kota Batam,serta badan yang ditugaskan Dewan Kawasan untuk mengatur dan mengelola Kawasan Khusus FTZ. Universitas Sumatera Utara B. Kedudukan Badan Pengusahaan Batam Setelah Berlakunya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu pemerintah nasional yang bertanggung jawab mengatur dan mengurus bangsa Indonesia. Tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pasal 1 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian membentuk daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 18 ayat 2 dan ayat 5 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dan diberikan otonomi yang luas dan bertanggung jawab. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui Universitas Sumatera Utara otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman. Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan, kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara atau pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada daerah. Oleh karena itu, seluas apa pun otonomi yang diberikan kepada daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan pemerintahan daerah akan tetap ada ditangan pemerintah pusat. Untuk itu pemerintahan daerah pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan pemerintahan nasional. Kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh daerah merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan. Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi berwenang mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum. Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kehidupan warganya maka pemerintah pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan sebaliknya daerah ketika membentuk kebijakan daerah baik dalam bentuk Perda maupun kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap Universitas Sumatera Utara memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan. Perubahan besar terjadi setelah dikeluarkan dan diberlakukannya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Daerah, yang menjadikan Batam bukan lagi sebagai daerah industri atau Pemerintah Kotamadya Batam, melainkan sebagai daerah Pemerintahan Kota Otonom yang sama kedudukannya dengan kabupaten dan kota-kota lainnya di Indonesia. Kedua peraturan ini selanjutnya mengalami perubahan beberapa kali menjadi UU Pemda dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 86 Undang-Undang Pemerintahan Daerah mengatur mengenai urusan pemerintahan. Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut merupakan urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Urusan pemerintahan konkuren dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupatenkota. urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. 87 Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. 88 Salah satu urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi tenaga kerja, pertanahan, lingkungan hidup, koperasi, usaha kecil, dan menengah, 86 Ibid. 87 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 88 Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Universitas Sumatera Utara serta modal. 89 Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat strategis bagi kepentingan nasional, pemerintah pusat dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi danatau kabupatenkota. Kawasan khusus tersebut meliputi: 90 1. kawasan perdagangan bebas danatau pelabuhan bebas; 2. kawasan hutan lindung; 3. kawasan hutan konservasi; 4. kawasan taman laut; 5. kawasan buru; 6. kawasan ekonomi khusus; 7. kawasan berikat; 8. kawasan angkatan perang; 9. kawasan industri; 10. kawasan purbakala; 11. kawasan cagar alam; 12. kawasan cagar budaya; 13. kawasan otorita; dan 14. kawasan untuk kepentingan nasional lainnya yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap kawasan khusus di daerah seperti Batam, maka daerah tersebut mempunyai kewenangan daerah yang diatur dengan peraturan pemerintah, kecuali kewenangan daerah tersebut telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang- 89 Pasal 11 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 90 Pasal 360 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Universitas Sumatera Utara undangan. Pemko Batam mempunyai kewenangan yang diatur pada UU Pemda. Sedangkan BP Batam memiliki kewenangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 dan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam. Setelah berlakunya UU Pemda, pelaksanaan kewenangan urusan perizinan di sektor industri dan perdagangan yang sebelumnya berada di tangan para menteri dan Ketua BKPM untuk PMDN dan PMA diserahkan kepada Pemda Kabupaten Kota yang dalam hal ini adalah BP Batam. Hal ini sesuai dengan dasar hukum berikut : 1. Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. 2. Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan pada Badan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. 3. Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2014 tentang Badan Usaha Bandar Udara kawasan Batam. 4. Peraturan Presiden No 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal Kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Universitas Sumatera Utara Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjung Pinang dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 6. Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha Dalam Rangka Penanaman Modal Kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjung Pinang dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 7. Keputusan Kepala BP Batam Nomor 166 Tahun 2013 tentang Pendelegasian Wewenang Kepala BP Batam di Bidang Penanaman Modal kepada Kepala Subdirektorat Pelayanan Penanaman Modal. Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan Badan Pengusahaan Batam setelah berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah sebagai Badan otoritas pengembangan kawasan Free Trade Zone Batam termasuk dalam hal penanaman modal di Batam khusus untuk memberikan pelayanan perizinan dan pembuat kebijakan penanaman modal daerah berdasarkan pelimpahan kewenangan pusat dalam PMA di Kota Batam.

C. Tugas dan Kewenangan Badan Pengusahaan Batam