Kesimpulan Tabel 3 Perkembangan Proyek dan Realisasi Investasi PMA di Batam

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut : 1. Kebijakan penanaman modal dalam UUPM dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan tersebut dilakukan antara lain dengan cara memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal baik asing maupun dalam negeri, menjamin perlindungan dan kepastian hukum penanaman modal di Indonesia, penyederhanaan prosedur perizinan, membuka kesempatan bagi perkembangan UMKM-K dan meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal di Indonesia. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah pusat yang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah sesuai dengan otonomi daerah dalam bentuk rencana umum penanaman modal. Diantaranya yaitu pengesahan dan perizinan perusahaan penanaman modal diperoleh melalui pelayanan satu pintu, yang diatur dalam Pasal 25 dan Pasal 26 UUPM tersebut. 2. Kedudukan BP Batam dalam pengaturan kegiatan penanaman modal di Batam setelah berlakunya UU Pemda yaitu sebagai perwakilan BKPM Pusat untuk mengatur PMA di Batam. PMDN di Batam diatur oleh Pemko Batam. BP Batam memiliki tugas dan kewenangan untuk mengatur penanaman modal di Batam mulai dari pelayanan perizinan, hingga pemberian fasilitas bagi Universitas Sumatera Utara penanam modal asing di Batam, serta membuat kebijakan penanaman modal dalam upaya meningkatkan penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Batam. 3. Kebijakan BP Batam dalam upaya meningkatkan penanaman modal di Batam dilakukan antara lain dengan penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Hal ini dilakukan berdasarkan pada kebijakan dasar penanaman modal dalam UUPM dan otonomi daerah di Batam dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal. Berbagai langkah debirokrasi dan deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir ketidakpastian berusaha bagi PMA di Batam. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai hasil kebijakan BP Batam misalnya membentuk institusi Pelayanan Penanaman Modal BPM BP Batam, mengadakan forum bisnis sebagai wadah kemitraan antara BP Batam, calon investor, investor, dan pemerintah, mempercepat perizinan dan mengadakan pelayanan pengurusan perizinan online melalui portal BSW, sosialisasi kebijakan impor barang modal bukan baru yang bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, Perindustrian, serta Dirjen Bea dan Cukai, membentuk kawasan industri, dan memberikan fasilitas bagi penanam modal melalui pemerintah pusat dengan pemberian keringanan bea masuk impor barang-barang modal, pembebasan PPN atas impor, visa izin on arrival, dan lainnya. Kebijakan yang dilakukan BP Batam telah sesuai dengan kebijakan dasar penanaman modal yang diatur dalam UUPM. Universitas Sumatera Utara

B. Saran