BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era global pembangunan hukum ditandai dengan kecenderungan tuntutan kebutuhan pasar yang dewasa ini semakin mengglobal. Dalam kondisi seperti
sekarang, produk-produk hukum yang dibentuk lebih banyak bertumpu pada keinginan pemerintah karena tuntutan pasar. Tuntutan kebutuhan ekonomi telah
mampu menimbulkan perubahan-perubahan yang amat fundamental baik dalam hal fisik maupun sosial politik dan budaya yang mampu melampaui pranata-
pranata hukum yang ada. Produk hukum yang ada lebih mengarah pada upaya untuk memberi arahan dalam rangka menyelesaikan konflik yang berkembang
dalam kehidupan ekonomi.
1
Pembangunan hukum yang tertuju pada kehidupan perekonomian saat ini harus mampu mengarah dan memfokuskan pada aturan-
aturan hukum yang diharapkan mampu memperlancar roda dinamika ekonomi dan pembangunan yang tidak melepaskan diri dari sistem demokrasi ekonomi dengan
mengindahkan akses rakyat untuk mencapai efisiensi dan perlindungan masyarakat golongan kecil.
Adam Smith melahirkan ajaran mengenai keadilan justice, yang menyatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian the
end of justice is to secure from injury. Ajaran Smith tersebut menjadi dasar hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara hukum dan ekonomi, dan antara
ekonomi dengan politik sehingga mempunyai hubungan yang erat, dan kemudian
1
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia Jakarta : LP3IS, 2001, hlm.9.
Universitas Sumatera Utara
dikenal dengan istilah ekonomi-politik political economy.
2
Salah satu tujuan dari ekonomi-politik adalah menyediakan sejumlah daya bagi negara atau pemerintah
agar mampu menjalankan berbagai tugas dan fungsinya dengan baik. Ekonomi- politik berusaha untuk merumuskan bagaimana memakmurkan rakyat dan
pemerintah sekaligus. Globalisasi mengakibatkan eksistensi hukum dipandang penting karena perubahan di berbagai bidang menuntut adanya norma atau rule of
law dapat memberikan arahan pada cita-cita mulia sebagaimana pertama kali ide liberalisasi perdagangan lahir yang menghendaki adanya pemerataan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraaan masyarakat dunia yang selama ini dianggap tidak adil akibat praktik kolonialisme.
David M. Trubek Guru Besar dari University of Wisconsin menyatakan bahwa rule of law merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi
dan akan memberikan dampak yang luas bagi reformasi sistem ekonomi di seluruh dunia berdasarkan pada teori apa yang dibutuhkan untuk pembangunan
dan bagaimana peranan hukum dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sangat penting dicapai karena setiap negara
menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam
hal mempercepat pertumbuhan ekonomi ada banyak hal yang menjadi jalan keluar agar dapat memacu percepatan tersebut, mulai dari melakukan pembenahan
internal kondisi perekonomian di suatu negara bahkan sampai melakukan kerjasama internasional dalam segala bidang untuk dapat memberikan kontribusi
positif demi percepatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang
2
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Sumber Daya Air Tahun 2013, hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya dan
faktor daya modal. Berkaitan dengan faktor daya modal, pada umumnya persoalan utama
yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam pembangunan ekonominya adalah kurang tersedianya modal capital. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan di bidang penanaman modal karena secara ekonomi penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan
produksi, sehingga penanaman modal pada hakikatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.
3
Modal memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara untuk mengembangkan potensi
kekayaan sumber daya alam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Setiap penanaman modal akan memberikan kontribusi yang besar bagi
pertumbuhan ekonomi sebuah negara karena penanaman modal akan mendorong berkembangnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan.
4
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas keseluruhan kurang lebih 1.990.250
. Wilayah Indonesia yang demikian luasnya tentunya menyimpan potensi kekayaan alam yang sangat besar, baik di darat maupun di
laut. Potensi kekayaan alam tersebut untuk memanfaatkan berbagai kegiatan pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya
pertumbuhan dan perkembangan industri perikanan, perhubungan laut, pertambangan, pertanian, energi, pariwisata dan sebagainya sehingga diperlukan
3
Nasrianti, ―Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
‖ Tesis Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm.1.
4
Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Bandung: PT. Alumni, 2009, hlm.31.
Universitas Sumatera Utara
modal yang cukup untuk mengembangkan potensi kekayaan sumber daya alam. Indonesia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN
Tahun Anggaran 2015 membutuhkan dana investasi Rp778,3 triliun
5
untuk mendanai pembangunan nasional, dimana sebesar 79.7 diantaranya diharapkan
berasal dari masyarakat, termasuk swasta dan asing. Namun Badan Koordinasi Penanaman Modal selanjutnya disebut BKPM mencatat realisasi investasi tahun
2015 hanya sebesar Rp545,4 triliun walaupun nilai ini meningkat 17,8 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
6
Berdasarkan hal tersebut, maka masih diperlukan pembenahan kebijakan dasar penanaman modal agar
penanaman modal di Indonesia dapat mencapai target dan mampu mendanai pembangunan nasional.
Adanya kebijakan dasar penaman modal akan sejalan dengan salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara yakni untuk memajukan kesejahteraan
umum. Amanat tersebut telah dijabarkan dalam ketentuan Pasal 33 Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD RI
1945 dan sekaligus merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian. Konstitusi
mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia.
Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan dimantapkan lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi sebagai sumber hukum materil. Berkaitan dengan hal
5
Dana investasi Pemerintah, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, hlm.195.
6
http:www.bkpm.go.id diakses pada pada tanggal 12 Februari 2016.
Universitas Sumatera Utara
tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan
kesejateraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.
7
Sejak Januari
2001, Negara
Indonesia memulai
babak baru
penyelenggaraan pemerintah. Otonomi daerah dilaksanakan di seluruh Daerah Tingkat II kota dan kabupaten. Hampir seluruh kewenangan pemerintah pusat
diserahkan pada daerah kecuali lima bidang, yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
8
Dalam menyerasikan kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan
pemerintah kota kabupaten, pembentuk undang-undang mencoba menyusunnya berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud berdasarkan eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan pemerintahan.
9
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya disebut UU Pemda disebutkan bahwa
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan lain. Salah satu tugas yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah dalam Pasal 10 ayat 1 butir n UU Pemda, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala
provinsi yang meliputi pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten kota. Dalam Pasal 11 ayat 2 huruf l UU Pemda disebutkan bahwa
7
Ibid., hlm.63.
8
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Malang: Bayumedia Publishing, 2003, hlm.113.
9
Pasal 10 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi bidang penanaman modal.
10
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal selanjutnya disebut UUPM pada Bab XII, Pasal 27
ayat 1 dinyatakan sebagai berikut : Pemerintah mengoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi
antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia, antara instansi pemerintah dengan daerah, maupun antar pemerintah daerah.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan
asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Untuk itu, dalam rangka penyelenggaraan penanaman modal diatur mengenai penyelenggaraan
urusan penanaman modal.
11
Oleh karena itu dengan diberikannya kewenangan kepada pemerintah daerah mengurus daerahnya secara otonom termasuk di
antaranya memberikan insentif kepada investor, perlu menciptakan peluang investasi yang memadai tidak hanya sarana fisik, tetapi juga non fisik misalnya
diterbitkannya peraturan daerah yang selanjutnya disebut perda dapat dijadikan sebagai pemacu kehadiran investor.
12
Kota Batam sebagai salah satu daerah yang menjalankan pelaksanaan otonomi daerah merupakan kota yang berpotensi di Indonesia. Letak Pulau Batam
sangat strategis karena berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur lintas perdagangan yang teramai di dunia. Batam juga berada 20
dari Singapura yang merupakan terminal pengiriman internasional kedua terbesar di
10
Pasal 12 ayat 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
11
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Jakarta: Rajawali Pers, 2007,
hlm.255.
12
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Bandung: CV Nuansa Aulia, 2007, hlm.188.
Universitas Sumatera Utara
dunia dan menjadi pusat keuangan dunia dan tujuan wisata dunia. Letak Batam juga dekat dengan Natuna yang merupakan ladang minyak dan gas terbesar dunia
dan relatif berada di tengah Kawasan Asia Tenggara yang merupakan kawasan perdagangan bebas ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2016.
Letak geografis Batam yang unik dan khusus menjadikan posisinya begitu sentral karena dapat dijadikan sebagai pintu gerbang bagi arus masuk penanaman modal
dari luar negeri yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
13
Selain itu, dilihat dari potensi bahan baku, ketersediaan lahan industri, tingkat pendapatan yang bersaing dan tenaga kerja, sarana dan prasarana, serta
keberadaan status Free Trade ZoneArea dimana pajak pertambahan nilai PPN, pajak atas penjualan barang mewah PPnBM dan cukai tidak berlaku lagi
menjadikan Batam sebagai lokasi yang strategis sehingga pengembangan usaha di Batam mampu menawarkan iklim investasi yang berbeda dengan daerah lainnya.
Hal ini diharapkan dapat menjadi pendukung dan daya tarik untuk penanaman modal di Batam.
Pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2013 sebesar 8.39 lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Batam
dijadikan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun sektor penggerak ekonomi yang merupakan
nadi perekonomian Kota Batam meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa.
Produk yang dihasilkan tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain.
13
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
Universitas Sumatera Utara
Pada akhir tahun 2013, penanaman modal di Batam telah terakumulasi total US 16,47 miliar dalam investasi yang terdiri dari investasi pemerintah dan
investasi swasta. Pemerintah berinvestasi dalam hal pembangunan infrastruktur. Investasi swasta terdiri dari investasi domestik dan investasi asing. Lebih dari
1000 perusahaan asing yang beroperasi di Batam, sementara jumlah perusahaan lokal kurang lebih 10.000 perusahaan.
14
Secara konstitusional, acuan penyelenggaraan pemerintahan daerah terdapat dalam Pasal 18 UUD NRI 1945. Pengaturan wewenang antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperjelas dalam Pasal 18A UUD NRI 1945. UUD NRI 1945 mengatur pula mengenai kekhususan dan keistimewaan
daerah-daerah di Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 18B UUD NRI 1945 yaitu bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang- undang. Batam sebagai daerah yang memiliki kekhususan sebagai bagian dari
pemerintah daerah sekaligus daerah industri serta kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas menempatkan Batam sebagai objek tunggal yang dikelola oleh 2
dua otoritas yang berbeda, yaitu Badan Pengusahaan Batam selanjutnya disebut BP Batam dan Pemerintah Kota selanjutnya disebut Pemko Batam. Otonomi
Daerah di Batam bersifat asimetri
15
karena tidak seragam dan memiliki kekhususan atau keistimewaan dalam bidang perekonomian, pertanahan, dan
penataan ruang. Berdasarkan UU Pemda, Pemko Batam memiliki kewenangan dalam penanaman modal di Batam. Namun, BP Batam yang merupakan otoritas
14
http:www.bpbatam.go.idiniIndustri_economyinvest_guide.jsp diakses pada tanggal 28 Januari 2016.
15
Muhammad Sapta Murti, ―Urgensi otonomi khusus Batam dikaitkan dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
‖, Jurnal Rechtsvinding, Bandung, Universitas Padjajaran, 2015, hlm.221.
Universitas Sumatera Utara
pengembangan Batam juga memiliki peran penting dalam penanaman modal di Batam.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul ―Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan
Penanaman Modal Di Batam.‖
B. Perumusan Masalah