B. Saran
Beberapa saran yang menyangkut permasalahan dalam skripsi ini antara lain:
1. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam penanaman modal maka
diperlukan adanya kepastian hukum yang berkaitan dengan fasilitas hak atas tanah dan dalam hal hak dan kewajiban penanam modal, hendaknya apa yang
menjadi hak dan kewajiban penanam modal diberikan dan dilaksanakan sesuai pengaturan dalam Undang-undang No. 25 tahun 2007 sehingga tujuan
dari penyempurnaan dan perubahan dari Undang-Undang Penanaman Modal tidak sia-sia.
2. Mengingat bahwa Kota Batam sebagai daerah khusus yang memiliki otonomi
asimetri, maka perlu adanya sosialisasi mengenai kewenangan BP Batam dan Pemko yang telah diatur dan tidak tumpang tindih dan sosialisai kejelasan
status Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas free trade zone area .
3. Sebaiknya, bagi daerah yang mengeluarkan kebijakan inovatif di bidang
penanaman modal hendaknya diberikan penghargaan, untuk memicu persaingan bagi pemda lainnya agar mengeluarkan kebijakan yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan dapat meningkatkan penanaman modal di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL A. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal di Indonesia
Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Program Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 yakni berusaha mewujudkan
masyarakat adil dan makmur, di mana masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang yang salah satunya adalah
bidang ekonomi.
28
Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui membutuhkan modal dalam jumlah yang besar dan harus tersedia pada waktu yang tepat. Modal
ini dapat disediakan oleh pemerintah, masyarakat, atau pihak swasta nasional. Dalam keadaan yang ideal modal tersebut dapat dipenuhi dengan kemampuan
modal dalam negeri sendiri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, sebab pada umumnya negara berkembang mengalami hambatan dalam hal ketersediaan
modal dalam negeri.
29
Demikian pula yang terjadi di Indonesia setelah mengalami masa-masa kolonialisasi yang cukup panjang, pada awal kemerdekaan negeri ini
mencoba untuk memulai melaksanakan pembangunan di semua sektor. Namun kenyataan lain menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan modal dalam negeri
sangat tidak mencukupi untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional. Pasca proklamasi, kebijakan penanaman modal asing selanjutnya disebut
PMA di Indonesia mengalami pasang surut mengikuti perkembangan politik dan ekonomi. PMA pertama kali diatur dengan Undang-Undang Nomor 78 Tahun
28
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2015-2019.
29
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, 2008 , hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
1958 tentang Penanaman Modal yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1960 dan kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1965.
30
Pasang-surut iklim PMA di Indonesia tak lepas dari pengaruh perekonomian pada masa orde lama yang memburuk karena keadaan politik
dalam negeri yang mengalami kekacauan dimana puncaknya dengan adanya Gerakan 30 SPKI pada tahun 1965 yang menjadi momentum beralihnya
pemerintahan rezim orde lama ke rezim orde baru.
31
Berkat kemampuan rezim orde baru dalam meyakinkan negara-negara donor, Indonesia memperoleh
pinjaman luar negeri serta berimbas pada meningkatnya kepercayaan negara- negara maju yang tergabung baik dalam IGGI maupun World Bank. Persoalan
baru mulai timbul manakala perekonomian dunia mengalami resesi.
32
Dalam proses tersebut kebanyakan negara-negara maju menjadi lebih tertutup, sehingga
menimbulkan kesulitan bagi negara-negara berkembang yang mendapat bantuan aliran dana dari luar negeri. Keadaan tersebut memaksa negara-negara
berkembang tak terkecuali Indonesia untuk mencari alternatif lain selain dalam bentuk pinjaman luar negeri yakni dengan menggalakkan penanaman modal
khususnya penanaman modal asing foreign direct investment. Badan Koordinasi Penanaman Modal menyampaikan hasil capaian
realisasi investasi tahun 2015 sebesar Rp545,4 triliun meningkat 17,8 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian realisasi investasi
tersebut melampui target tahun 2015 sebesar Rp519,5 triliun 105. Komposisi
30
Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing Jakarta :Kuwais, 2012, hlm.52.
31
Ibid., hlm.56.
32
Prasetyantoko, Bencana Finansial Jakarta, Kompas, 2008, hlm.21.
Universitas Sumatera Utara
realisasi investasi terdiri dari PMDN meningkat 15,0 sebesar Rp179,5 triliun, sementara PMA juga meningkat 19,2 sebesar Rp365,9 triliun.
33
Buku II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional selanjutnya disebut RPJMN Tahun 2015-2019 menyebutkan, berdasarkan survei Bappenas
dan LPEM UI terhadap 200 perusahaan memperlihatkan prosedur perizinan, waktu, dan biaya yang dibutuhkan untuk proses ekspor dan impor merupakan
faktor utama penghambat berinvestasi di Indonesia. Hal ini diikuti dengan kondisi makro-ekonomi dan ketersediaan infrastruktur. Permasalahan yang dihadapi untuk
meningkatkan investasi di Indonesia meliputi pertama, belum optimalnya pelaksanaan harmonisasi pusat dan daerah. Kedua, kualitas infrastruktur yang
kurang memadai. Ketiga, masih cukup panjangnya perizinan investasi sehingga masih tingginya biaya perizinan investasi dibandingkan dengan negara-negara
kompetitif. Keempat, belum tercukupinya pasokan energi yang dibutuhkan untuk kegiatan industri. Kelima, masih cukup banyak peraturan daerah yang
menghambat iklim investasi. Keenam, masih terkonsentrasinya sebaran investasi di Pulau Jawa, dan belum optimalnya pelaksanaan alih teknologi.
34
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Rimawan Pradiptyo,
mengatakan bahwa tingginya suku bunga, birokrasi antarlembaga pemerintahan yang lemah dan kurang koordinasi, lambatnya pembebasan lahan untuk proyek-
proyek pembangunan infrastruktur, dan tidak ada kepastian hukum di Indonesia membuat pelaku usaha kurang berminat berinvestasi di bidang infrastruktur.
35
33
http:www.bkpm.go.id diakses pada tanggal 3 Januari 2016
34
http:nasional.kontan.co.idnewsenam-hambatan-investasi-di-indonesia diakses pada tanggal 7 Januari 2016
35
http:www.kemenperin.go.idartikel3947Selesaikan-Kendala-Investasi diakses pada tanggal 7 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana disadari bahwa dalam setiap kegiatan penanaman modal selalu terkait dengan kemungkinan terjadinya resiko yang dapat mengakibatkan
berkurangnya atau bahkan hilangnya nilai modal. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika sebelum melakukan kegiatan penanaman modal perlu
dipertimbangkan faktor-faktor tertentu sehingga disamping diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang optimal juga dapat meminimalkan kerugian.
Setiap penanaman modal asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia terutama akan dipengaruhi oleh :
36
1. Sistem politik dan ekonomi Negara Indonesia.
2. Sikap rakyat dan pemerintahan terhadap orang asing dan modal asing.
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan di Indonesia.
4. Jumlah dan daya beli penduduk Indonesia sebagai calon konsumennya.
5. Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam
pembuatan hasil produksi. 6.
Adanya tenaga buruh yang terjangkau di Indonesia untuk kegiatan produksi. 7.
Tanah untuk tempat usaha. 8.
Struktur perpajakan, pabean dan cukai di Indonesia. 9.
Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha di Indonesia.
Adapun beberapa faktor lain yang dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan penanaman modal, yaitu sebagai berikut.
37
1. Masalah resiko menanam modal country risk
36
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia Bandung : Mandar Maju, 1999, hlm.26.
37
A na Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal Jakarta :
Sinar Grafika, 2015, hlm.6.
Universitas Sumatera Utara
Masalah country risk merupakan faktor yang cukup dominan menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan penanaman modal. Salah satu
aspek dari country risk yang sangat diperhatikan oleh calon investor adalah aspek stabilitas politik dan keamanan. Hal ini sangat lumrah mengingat adanya stabilitas
politik dan jaminan keamanan pada negara dimana investasi dilakukan, resiko kegagalan yang akan dihadapi akan semakin besar. Aspek stabilitas politik ini
mencakup keadaan seperti perang, pendudukan oleh kekuatan asing, perang saudara, revolusi, pemberontakan, kekacauan, kudeta, dan lain-lain. Disamping
aspek stabilitas politik dan keamanan, aspek-aspek lain yang sangat diperhatikan, antara lain :
a. Aspek kebijaksanaan, misalnya : perubahan unilateral dalam syarat- syarat
utang, keadaan alam yang buruk. b.
Aspek ekonomi, misalnya : salah urus perekonomian, depresi atau resesi berkepanjangan, credit squeeze, pertumbuhan ekonomi yang terus
menurun, ongkos produksi yang terus meningkat, terjadinya depresiasi mata uang yang sangat tajam, dan lain- lain.
c. Aspek neraca pembayaran dan utang luar negeri, misalnya : turunnya
pendapatan ekspor, peningkatan pada impor makanan dan energi secara tiba-tiba, over extension perpanjangan utang luar negeri, keadaan
memburuk di neraca pembayaran, dan lain- lain. 2.
Masalah jalur birokrasi Birokrasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptakan situasi yang
kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat mengurungkan
Universitas Sumatera Utara
niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokrasi yang panjang mengakibatkan biaya tambahan dan usaha menjadi tidak feasible.
3. Masalah transparansi dan kepastian hukum
Bagi calon investor, adanya transparansi dalam proses dan tata cara penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian hukum serta menjadikan
segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan predictable. 4.
Masalah alih teknologi Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut kewajiban alih
teknologi dari negara tuan rumah host country dapat mengurangi penanam modal yang sangat berharga dalam mengembangakan usahanya.
5. Masalah jaminan investasi
Adanya jaminan dari negara tuan rumah host country terhadap kepentingan pemodal dalam hal terjadinya hal- hal seperti kerusuhan, huru-hara,
penyitaan confiscation, nasionalisasi, serta pengambilalihan. Di samping itu, jaminanan investasi juga mencakup masalah repatriasi modal capital
repatritiation serta penarikan keuntungan profit remmitance. 6.
Masalah ketenagakerjaan Adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dalam jumlah yang
memadai serta upah yang tidak terlalu tinggi akan menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para calon investor sebelum melakukan kegiatan
penanaman modalnya. 7.
Masalah infrastruktur Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat berperan
dalam menunjang keberhasilan suatu kegiatan penanaman modal. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
tersedianya jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan darat, laut, dan udara serta sarana komunikasi, merupakan faktor yang penting yang sangat
diperhatikan oleh calon investor. 8.
Masalah keberadaan sumber daya alam Negara yang kaya akan sumber daya alam sebagai bahan baku atau
komoditi dalam industri, telah menjadi sasaran utama para pemilik modal untuk menanamkan modalnya.
9. Masalah akses pasar
Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para pemilik modal untuk menanamkan modalnya. Terbukanya akses pasar akan mampu
menyerap produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan penanaman modal misalnya di bidang industri.
10. Masalah insentif perpajakan
11. Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif
Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif juga merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan
kegiatan penanaman modal. Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif tersebut mencakup :
a. Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan
peradilan atau arbitrase internasional, atau forum penyelesaian sengketa alternatif lainnya.
b. Efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa
tersebut. c.
Proses pengambilan keputusan yang cepat dengan biaya yang wajar.
Universitas Sumatera Utara
d. Netralisasi dan profesionalisme hakim atau arbiter dalam proses
pengambilan keputusan. e.
Efektivitas pelaksanaan atau implementasi keputusan pengadilan, arbitrase, dan badan- badan penyelesaian sengketa lainnya.
f. Kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan.
Selanjutnya, investor asing dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menurut Erman Rajagukguk
antara lain sebagai berikut:
38
1. Adanya kesempatan ekonomi economic opportunity seperti sumber daya
alam, ketersediaan bahan baku, pasar yang prospekif, upah buruh murah, insenif investasi, dan infrastruktur yang baik.
2. Stabilitas politik political stability : politik yang stabil, kesadaran berpolitik
tinggi, dan lain-lain. 3.
Kepastian hukum legal certainty : kepastian substansi hukum, kepastian dalam pelaksanaan putusan pengadilan, judicial corruption, dan lain-lain.
Investasi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang mendorong atau membatasi investasi melalui peraturan perundang-undangan, misalnya
undang-undang pajak dan pabean atau paket-paket kebijakan tentang undang- undang investasi yang mempermudah pelaksanaan investasi di Indonesia.
39
38
Erman Rajagukguk, Hukum Ekonomi Indonesia memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Hukum Nasional VIII Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman RI, 2004, hlm. 252-256.
39
Lesty Phytaloka, ―Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing
Dan Peluang Investasi Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat‖, Skripsi, hlm 26.
Universitas Sumatera Utara
B. Pokok-Pokok Pengaturan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
1. Perizinan
Berdasarkan Pasal 25 ayat 4 UUPM, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Izin tersebut diperoleh melalui pelayanan
terpadu satu pintu yang bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang
berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupatenkota.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 9 Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, yang
dimaksud dengan perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
badan pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan administrator kawasan ekonomi khusus yang memiliki kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
40
40
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
Adapun izin yang diperlukan untuk melakukan penanaman modal di Indonesia yaitu :
a. Izin prinsip penanaman modal selanjutnya disebut izin prinsip yaitu izin
yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha. b.
Izin investasi, yaitu izin prinsip yang dimiliki oleh perusahaan dengan kriteria tertentu yang diatur dalam peraturan kepala badan koordinasi
penanaman modal. c.
Izin usaha, yaitu izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk memulai pelaksanaan kegiatan produksioperasi yang menghasilkan barang atau
jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan selanjutnya disebut IMB, izin
lingkungan dan perizinan lainnya. d.
Izin usaha penempatan tenaga kerja adalah izin usaha jasa penempatan tenaga kerja untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja.
e. Izin kantor perwakilan adalah izin untuk perusahaan asing di luar negeri
yang memiliki perwakilannya di Indonesia. f.
Izin Usaha Industri IUI dan Tanda Daftar Industri TDI Setiap pendirian perusahaan industri yang melakukan kegiatan di
bidang industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri IUI. Namun, terdapat perusahaan atau industri tertentu dalam Kelompok Industri Kecil
yang dikecualikan dari kewajiban untuk memperoleh Izin Usaha Industri IUI. Setiap perusahaan yang wajib memperoleh TDI adalah setiap
perusahaan industri yang nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp5.000.000,00 sampai dengan Rp200.000.000,00 tidak termasuk tanah
Universitas Sumatera Utara
dan bangunan tempat usaha, namun untuk memperoleh TDI perusahaan tersebut tidak diperlukan tahap persetujuan prinsip.
g. Izin Usaha Tetap IUT
Untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial, perusahaan penanaman modal diwajibkan memiliki Izin Usaha Tetap
selanjutnya disebut IUT. IUT adalah izin yang dikeluarkan BKPM atau BKPM daerah untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA dan
atau PMDN. h.
Angka Pengenal Importir API dan Angka Pengenal Importir Terbatas APIT
Angka Pengenal Importir atau disingkat API adalah tanda pengenal sebagai importir yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang
melakukan perdagangan impor, yaitu kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean Indonesia. Sedangkan APIT wajib dimiliki oleh
perusahaan PMDNPMA yang akan melaksanakan sendiri pengimporan barang modal danatau bahan baku.
2. Bidang Usaha
Apabila dikaji dan dianalisis ketentuan yang tercantum dalam Pasal 12 UUPM dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan selanjutnya disebut Perpres tentang Daftar Negatif Investasi, maka
bidang usaha untuk penanaman modal digolongkan menjadi tiga macam. Ketiga macam bidang usaha itu meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Bidang usaha terbuka
Bidang usaha terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk penanaman modal, baik untuk domestik maupun asing.
b. Bidang usaha yang dinyatakan tertutup
Bidang usaha yang tertutup adalah jenis usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal oleh penanam modal.
―Dalam Pasal 12 ayat 2 UUPM, bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:
1 Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang.
2 Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang. 3
Pemerintah berdasarkan peraturan presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam
negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya.‖ Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 39 Tahun 2014 dalam
Lampiran I, ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing.
― Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi yaitu: 1
Budidaya ganja. 2
Penayatpan spesies ikan yang tercantum dalamAppendixI Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora CITES. 3
Pemanfaatan pengambilan koralkarang dari alam untuk bahan bangunankapurkalsium dan souvenirperhiasan, serta koral hidup atau
koral mati recent death coral dari alam. 4
Industri minuman mengandung alkohol minuman keras, anggur, dan minuman mengandung malt.
5 Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri.
6 Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti:
a halon dan lainnya;
b penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane DDT,
dieldrin, chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl bromide, chlorofluoro carbon CFC.
7 Industri bahan kimiaschedule I konvensi senjata kimia sarin, soman,
tabun mustard, levisite, ricine, saxitoxin, VX, dll.. 8
Penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat.
Universitas Sumatera Utara
9 Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang.
10 Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor.
11 Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor.
12 Telekomunikasisarana bantu navigasi pelayaran.
13 Vassel Traffic Information Sistem VTIS.
14 Jasa pemanduan lalu lintas udara.
15 Manejemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit. 16
Museum pemerintah. 17
Peninggalan sejarah dan purbakala candi,keratin, prasasti, bangunan kuno,dsb.
18 Pemukimanlingkungan adat.
19 Monumen.
20 PerjudianKasino.‖
c. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan
Bidang usaha terbuka dengan persyaratan adalah jenis usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan persyaratan
tertentu. Dalam Pasal 12 ayat 5 UUPM, pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan
nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah.
― Ada 16 bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan :‖
41
1 Bidang Pertanian.
2 Bidang Kehutanan.
3 Bidang Kelautan dan Perikananan.
4 Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.
5 Bidang Perindustrian.
6 Bidang Pertahanan dan Keamanan.
7 Bidang Pekerjaan Umum.
8 Bidang Perdagangan.
9 Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
10 Bidang Perhubungan.
11 Bidang Komunikasi dan Informatika.
12 Bidang Keuangan.
41
Lampiran II Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
13 Bidang Perbankan.
14 Bidang Tenaga kerja dan Transmigrasi.
15 Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
16 Bidang Kesehatan.
Bersamaan dengan diterbitkannya paket kebijakan ekonomi ke-10, pemerintah tengah menyusun Rancangan peraturan presiden tentang daftar bidang
usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.
42
Rancangan perpres disusun guna mengantisipasi situasi pasar yang kompetitif yang dipicu oleh dimulainya MEA.
43
Pemerintah merevisi daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan dengan menambah 62 bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi UMKM-K baik dengan PMDN maupun
PMA. Rancangan Perpres Tahun 2016 tentang DNI tersebut mengatur adanya
keharusan pihak PMA dan PMDN membina dan bermitra dengan UMKM-K. Hal ini sesuai dengan pasal 13 UUPM. Tentunya banyak model kemitraan yang dapat
dikemas dimana esensinya adalah tetap dalam koridor prinsip-prinsip bisnis yang saling menguntungkan. Model kemitraan seperti di Cina mungkin bisa dijadikan
contoh. Untuk industri pabrik sepeda motor misalnya, kalangan industri melibatkan para UMKM-K. Andil UMKM-K memasok berbagai jenis suku
cadang yang diperlukan oleh industri mulai dari mur, baut, kanvas rem dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat berjalan karena memang ada kewajiban untuk
bermitra dan membina UMKM-K. Kedua, pola kemitraan yang dikembangkan bukan sekedar membuat UMKM-K lebih pintar, inovatif dan produktif sehingga
42
CNN Indonesia, ―20 Bidang Usaha Baru Masuk Dalam Revisi DNI‖, http:www.en.hukumonline.com diakses pada tanggal 7 Januari 2016.
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
produknya berkualitas, tetapi juga mencakup upaya-upaya menciptakan kesetaraan dalam bermitra. Sebagai salah satu alternatif kemitraan yang dapat
menjamin kesetaraan dan memperkuat posisi tawar misalnya melalui skim modal ventura. Artinya pihak PMA dan PMDN menanamkam modalnya di perusahaan
UMKM-K dalam bentuk penyertaan untuk jangka waktu tertentu dengan program divestasi yang pasti dan jelas. Dengan pendekatan ini, maka kualitas produk selalu
terjamin yang pada gilirannya tentu perolehan hargapun menjadi lebih baik. Kesetaraan akan secara otomatis terbentuk karena adanya rasa memiliki diantara
kedua belah pihak. Ketiga, agar dapat mengikat semua hal-hal tersebut diatas kiranya masih termasuk wajar kalau pemberdayaan UMKM-K harus ada dalam
persyaratan melakukan investasi di Indonesia. Agar mengikat, maka dalam studi kelayakan PMA dan PMDN harus juga memuat hal-hal yang berkaitan dengan
usaha-usaha pemberdayaan UMKM-K. Sebagai persyaratan yang mengikat, maka pihak pemerintah akan lebih mudah melakukan pengawasan berikut pemberian
sanksi apabila terjadi hal-hal yang menyimpang dari yang diperjanjikan semula. Pemerintah juga menambah 19 bidang usaha dalam kegiatan jenis usaha
jasa bisnisjasa konsultasi, konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana dengan nilai pekerjaan kurang dari Rp10 miliar. Ada 39 bidang usaha yang
dicadangkan untuk UMKM-K yang diperluas nilai pekerjaanya, dari Rp1 miliar menjadi Rp50 miliar. Kegiatan itu mencakup jenis usaha jasa konstruksi, seperti
pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial, bangunan sarana kesehatan, dan lain-lain. Peraturan tersebut jugamengatur reklasifikasi bidang usaha. Misalnya 19
bidang usaha jasa bisnisjasa konsultasi konstruksi dijadikan 1 jenis usaha. Jadi
Universitas Sumatera Utara
bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM-K menjadi 92 usaha dari sebelumnya 139 usaha.
44
Ada Sebanyak 35 bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar negatif investasi yaitu industri crumb rubber, cold storage, pariwisata restoran, bar, kafe,
usaha rekreasi, seni, dan hiburan serta gelanggang olah raga, industri perfilman, penyelenggara transaksi perdagangan secara elektronik market place yang
bernilai Rp100 milyar ke atas, pembentukan lembaga pengujian perangkat telekomunikasi, pengusahaan jalan tol, pengelolaan dan pembuangan sampah
yang tidak berbahaya, industri bahan baku obat.
45
Revisi DNI membuka 20 bidang usaha untuk asing dari yang sebelumnya 100 persen. Bidang usaha itu jasa pelayanan penunjang kesehatan 67 persen,
angkutan orang dengan moda darat 49 persen, industri perfilman termasuk peredaran film 100 persen, instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan
tinggiekstra tinggi 49 persen.
46
3. Ketenagakerjaan
Aspek- aspek ketenagakerjaan dari kegiatan penanaman modal meliputi berikut ini :
a. Kewajiban penggunaan tenaga kerja warga negara Indonesia dan
keharusan diselenggarakannya pelatihan industri Industrial Training. Untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia,
perusahaan- perusahaan penanam modal juga diwajibkan untuk menyelenggarakan danatau menyediakan fasilitas-fasilitas pelatihan dan
44
Daftar negatif investasi, www.tempo.coartikeldaftar-negatif-investasi diakses pada tanggal 10 Maret 2016.
45
Ibid.
46
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pendidikan dalam dan atau di luar negeri secara teratur dengan tujuan terjadinya proses alih teknologi dan keahlian kepada tenaga kerja
Indonesia.
47
b. Izin kerja bagi penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Untuk memperkerjakan tenaga kerja asing expatries diperlukan adanya izin kerja dalam bentuk Izin Kerja Tenaga Asing IKTA yang
terbagi menjadi IKTA jayat pendek yang tidak dapat diperpanjang dan IKTA dengan jayat waktu 1 tahun dan dapat diperpanjang. Pengaturan
mengenai penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia diatur dalam berbagai ketentuan peraturan baik dalam UUPM maupun berbagai
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan.
48
c. Upah dan jam kerja.
Masalah upah minimum diatur dalam suatu keputusan dari Menteri Tenaga Kerja dengan memperhatikan perbedaan dari tarif upah minimum
untuk tiap-tiap daerah. Peraturan ketenagakerjaan menetapkan enam hari kerja per minggu dengan total empat puluh empat jam kerja. Namun dalam
praktiknya atas izin Departemen Ketenagakerjaan Perusahaan PMA dapat mengubahnya menjadi lima hari kerja per minggu dengan total empat
puluh jam kerja dengan tujuh jam kerja per hari. Terkait dengan penggunaan tenaga kerja, maka ketentuan dari Undang- Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan selanjutnya disebut UUK dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO
47
T.Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992, hlm.133.
48
Ana Rokhmatu ssa’dyah dan Suratman, Op.,Cit., hlm.74.
Universitas Sumatera Utara
Convention Nomor 81 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan juga berlaku.
49
d. Pemutusan hubungan kerja.
Terhadap tindakan pemutusan hubungan kerja PHK biasanya ditetapkan persyaratan- persyaratan tertentu, baik menyangkut tata cara
prosedur yang harus dipenuhi termasuk masalah pemberian pesangon dan lain- lain tunduk pada ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
150 Tahun 2000.
50
e. Hubungan industrial, serikat pekerja serikat buruh, dan penyelesaian
sengketa perburuhan. Pemerintah menetapkan bahwa setiap perusahaan yang memiliki
dua puluh lima karyawan atau lebih wajib memiliki peraturan perusahaan yang berisi ketentuan- ketentuan mengenai :
51
1 hak perusahaan untuk mengelola;
2 upah termasuk tunjangan;
3 biaya kesehatan;
4 cuti tahunan;
5 cuti sakit;
6 tunjangan khusus hari raya, dan lain- lain.
4. Fasilitas
Fasilitas untuk penanam modal diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 UUPM tidak berlaku bagi PMA yang tidak berbentuk perseroan
49
Ibid., hlm.75.
50
Ibid.
51
Ibid., hlm.76.
Universitas Sumatera Utara
terbatas.
52
Penanaman modal yang mendapat fasilitas adalah yang sekurang- kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini:
a. menyerap banyak tenaga kerja; b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir; f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu; g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor.
Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu investor domestik maupun investor asing. Kesepuluh fasilitas itu antara
lain:
53
a. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.
52
Pasal 19 dan 20 Undang- undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
53
Salim H.S, dan Budi Sutrisno, Op.,Cit, hlm.274.
Universitas Sumatera Utara
b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
mesin, atau keperluan untuk produksi yang belum bisa diproduksi dalam negeri.
c. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan
produksi dalam jangka waktu dan dengan persyaratan tertentu. d.
Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai PPN atas impor barang modal yang belum dapat diproduksi dalam negeri dengan
jangka waktu dan persyaratan tertentu. e.
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. f.
Keringanan PBB. g.
Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan. h.
Fasilitas hak atas tanah. i.
Fasilitas pelayanan keimigrasian. j.
Fasilitas perizinan impor. Sedangkan secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang
bersifat nonpajak dapat dibagi atas :
54
a. Diberikan jaminan terhadap tindakan nasionalisasi.
b. Jaminan investasi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu.
c. Telah diratifikasinya konvensi penyelesaian sengketa investasi oleh
Indonesia, termasuk pengakuan atas wewenang ICSID dalam penyelesaian sengketa investasi.
d. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase pada
BANI.
54
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Op.Cit, hlm 69.
Universitas Sumatera Utara
e. Tersedianya kawasan-kawasan industri.
f. Adanya kawasan berikat bonded zones .
g. Adanya Entreport Produksi Tujuan Ekspor EPTE beserta fasilitasnya.
h. Adanya fasilitas kredit ekspor dan asuransi ekspor.
Ketentuan lanjut mengenai fasilitas dalam penanaman modal di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal.
55
5. Hak dan kewajiban
Undang-undang penanaman modal dalam Pasal 14 sampai 17 telah mengatur mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal antara
lain : ― Setiap penanam modal berhak mendapat: ―
a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;
c. hak pelayanan; dan
d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Penanam modal juga diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam
valuta asing terhadap modal, keuntungan, bunga bank, deviden, pendapatan lain, dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan penolong, barang jadi,
barang setengah jadi, dan penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal, tambahan dana bagi pembiayaan
penanaman modal, dana untuk pembayaran kembali pinjaman, royalti, pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman
55
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
modal, hasil penjualan atau likuidasi, kompensasi atas kerugian, pembayaran teknis, serta hasil penjualan aset.
56
― Setiap penanam modal berkewajiban:‖ a.
menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b.
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; c.
membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada BKPM;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan e.
penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan
lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
― Setiap penanam modal bertanggung jawab: ― a.
menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara; d.
menjaga kelestarian lingkungan hidup; e.
menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Penyelesaian sengketa
Undang-undang penanaman modal juga mengatur mengenai penyelesaian sengketa. Dalam ketentuan tersebut diuraikan bagaimana cara penyelesaian
sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dan penanam modal. Secara umum penyelesaian sengketa di
bidang penanaman modal dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
57
56
Pasal 8 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
57
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Op.,Cit, hlm.79.
Universitas Sumatera Utara
a. Penyelesaian melalui pengadilan.
b. Melalui arbitrase.
c. Melalui cara-cara penyelesaian sengketa alternatif Alternatif Dispute
Resolution. Sengketa penanaman modal yang terjadi antara pemerintah dengan
penanam modal terlebih dahulu diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat. Jika melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa
tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut
melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan
dilakukan di pengadilan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.
58
C. Kebijakan Penanaman Modal Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal