Kedudukan Kebijakan dalam Hukum Positif di Indonesia

BAB IV KEBIJAKAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENANAMAN MODAL DI BATAM

A. Kedudukan Kebijakan dalam Hukum Positif di Indonesia

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Hamid S Attamimi menyatakan bahwa norma dari suatu peraturan perundang-undangan adalah selalu bersifat mengikat umum, abstrak, dan berlaku terus menerus dauerhaftig. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan yaitu: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. 3. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. 4. Peraturan Pemerintah. 5. Peraturan Presiden. 6. Peraturan Daerah Provinsi. 7. Peraturan Daerah KabupatenKota. Undang-Undang tersebut menyebutkan jenis peraturan perundang-undangan selain dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 yaitu: 100 ―Peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, 100 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. Universitas Sumatera Utara Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota, BupatiWalikota, Kepala Desa atau yang setingkat.‖ Selanjutnya, dalam Pasal 7 ayat 2 ditegaskan bahwa: 101 Peraturan Perundang-undangan tersebut diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Badan atau pejabat Tata Usaha Negara seringkali menempuh berbagai langkah kebijakan tertentu, antara lain menciptakan apa yang sering dinamakan aturan kebijakan beleidsregel, policy rule. Kata kebijakan merupakan terjemahan dari kata Inggris policy artinya politik, siasat, kebijaksanaan. 102 Dalam pembahasan ini kebijakan dibedakan dengan kebijaksanaan. Menurut M.Irfan Islamy, policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya. 103 Policy atau kebijakan ini ―tertuang dalam dokumen resmi bahkan dalam beberapa bentuk peraturan hukum, misalnya di dalam undang- undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan menteri, peraturan daerah, dan lain-lain. Dengan demikian, kebijakan policy adalah ―seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk pencapaian tujuan‖. 101 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. 102 Zafrullah Salim, ―Legislasi Semu‖, http:ditjenpp.kemenkumham.go.idhtn-dan- puu1299-legislasi-semu-pseudowetgeving.html diakses tanggal 12 Maret 2016. 103 Ibid. Universitas Sumatera Utara Produk semacam ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan freies ermessen 104 , yaitu badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan merumuskan kebijakan dalam pelbagai bentuk seperti peraturan, pedoman, pengumuman, dan surat edaran. Suatu aturan kebijakan pada hakikatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara, namun tanpa disertai kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara tersebut. Aturan kebijakan dimaksud pada kenyataannya telah merupakan bagian dari kegiatan pemerintahan. Pada saat ini, aturan kebijakan telah mengambil tempat yang makin penting di dalam hukum administrasi Belanda. Aturan kebijakan juga ditandai dengan sebutan pseudowetgeving 105 atau legislasi semu. Legislasi semu memiliki unsur, yaitu: 106 1. Legislasi merupakan tata aturan, apabila dilihat dari tampak luar seolah-olah tata aturan biasa seperti halnya dengan peraturan perundang-undangan yang dikenal jenis, bentuk dan tata urutannya. Namun, disebut legislasi semu karena menyerupai peraturan perundang-undangan, namun sebenarnya bukan perundang-undangan. 2. Legislasi semu dibuat oleh organ pemerintahan yang bersangkutan, berarti legislasi semu dibentuk, diterbitkan atau dibuat oleh badan-badan pemerintahan badan tata usaha negara baik di tingkat pusat maupun daerah, yang menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. 104 Freies ermessen adalah tindakan pemerintah administrasi negara yang memerlukan kebebasan untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam menyelesaikan persoalan yang memerlukan penanganan segera tetapi peraturan untuk penyelesaian persoalan itu belum ada karena belum dibuat oleh badan yang diserahi tugas legislatif. 105 Perundang-undangan semu atau quasi legislation sebagaimana dinyatakan Prof. Jimmly Asshidiqie. Kamus Besar Bahasa Belanda menyatakan perundang-undangan semu adalah tata aturan oleh organ pemerintahan yang terkait tanpa memiliki dasar ketentuan undang-undang yang secara tegas memberikan kewenangan kepada organ tersebut. 106 Zafrullah Salim, ―Legislasi Semu‖, http:ditjenpp.kemenkumham.go.idhtn-dan- puu1299-legislasi-semu-pseudowetgeving.html diakses tanggal 12 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara 3. Legislasi semu dibuat tidak berdasarkan kepada suatu ketentuan perundang- undangan yang secara tegas memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk membentuk atau menerbitkannya. Pemberian kewenangan mengeluarkan legislasi semu aturan kebijakan tersebut merupakan doktrin dalam hukum tata pemerintahan. Hukum tata pemerintahan menegaskan bahwa suatu organ pemerintahan dibolehkan memiliki kewenangan secara implisit untuk menyusun aturan kebijakan dalam rangka menjalankan tugas umum pemerintahan. 4. Substansi legislasi semu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan. Aturan kebijakan pada dasarnya ditujukan kepada administrasi negara sendiri, sehingga yang pertama-tama melaksanakan ketentuan tersebut adalah badan atau pejabat tata usaha negara. Meskipun demikian, ketentuan tersebut secara tidak langsung akan dapat mengenai masyarakat umum. Indroharto berpendapat bahwa aturan kebijakan bagi masyarakat menimbulkan keterikatan secara tidak langsung. Menurut Hamid Attamimi aturan kebijakan mengikat secara umum, karena masyarakat yang terkena aturan kebijakan tersebut tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikutinya. Sebenarnya penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam suatu negara hukum bersendikan pada peraturan perundang- undangan sesuai dengan prinsip yang dianut dalam suatu negara hukum yaitu asas legalitas. Namun, karena peraturan perundang-undangan sebagai hukum tertulis mengandung kekurangan dan kelemahan, keberadaan aturan kebijakan menempati posisi penting terutama dalam negara hukum modern. 107 107 Zafrullah Salim, ―Legislasi Semu‖, http:ditjenpp.kemenkumham.go.idhtn-dan- puu1299-legislasi-semu-pseudowetgeving.html diakses tanggal 12 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa kebijakan adalah seperangkat keputusan yang diambil oleh badan atau pejabat berwenang dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk pencapaian tujuan. Kebijakan ini dapat berbentuk peraturan, keputusan, surat edaran, pemberitahuan, maupun langkah taktis dalam melaksanakan hukum positif. Kedudukan kebijakan dalam hukum positif di Indonesia sebagai legislasi semu yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

B. Kendala dalam Penanaman Modal di Batam