Manfaat penulisan dari penulisan skripsi ini adalah : 1.
Manfaat teoritis Pembahasan yang akan dibahas dalam tulisan skripsi ini tentu akan menambah
pemahaman dan pandangan baru dalam dunia penanaman modal, dimana hal ini bisa menjadi masukan terhadap para penanam modal khususnya serta
Badan Pengusahaan Batam dan pemerintah untuk melihat lebih rinci lagi bagaimana kebijakan yang benar melalui aspek hukum khususnya mekanisme
perizinan dan pemberian fasilitas penanaman modal agar nantinya tidak terjadi ketimpangan wewenang yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 2.
Manfaat praktis Dapat dijadikan pedoman oleh baik itu penulis, mahasiswa, pemerintah,
praktisi hukum, masyarakat ataupun khususnya institusi Badan Pelayanan Penanaman Modal selanjutnya disebut BPM BP Batam serta Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu selanjutnya disebut BPM-PTSP Pemko Batam dan para pengusaha yang terutama berkecimpung dalam dunia
penanaman modal agar kedepannya para pengusaha maupun investor tersebut tidak lagi bingung serta terjebak pada hal-hal yang mempersulit segala sesuatu
untuk penanaman modal di Batam.
D. Keaslian Penulisan
Salah satu upaya dalam mengembangkan pemikiran yang kritis dan menambah wawasan, penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul
“Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
Penanaman Modal Di Batam”. Untuk mengetahui keorisinalitas penulisan,
sebelum melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan penelurusan terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum melalui
surat tertanggal 1 Februari 2016 yang menyatakan bahwa
“tidak ada judul yang sama”.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori
–teori, dan aturan hukum yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, serta data-data dari
BPM BP Batam dan BPM-PTSP Pemko Batam dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Apabila di kemudian hari terdapat judul yang sama atau sudah pernah ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Berdasarkan judul ―Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan Penanama
n Modal Di Batam‖, dapat ditemukan beberapa istilah, diantaranya yaitu :
1. Penanaman modal
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia selanjutnya disebut NKRI.
16
Penanaman modal tersebut terdiri dari penanaman modal dalam
16
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
negeri dan penanamaan modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
17
Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal asing.
18
2. Kebijakan
Kebijakan merupakan terjemahan dari kata Inggris policy artinya politik, siasat, kebijaksanaan.
19
Dalam pembahasan ini kebijakan dibedakan dengan kebijaksanaan. Menurut M.Irfan Islamy, policy diterjemahkan dengan kebijakan
yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi,
sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya.
20
Policy atau kebijakan ini tertuang dalam dokumen resmi bahkan dalam beberapa bentuk
peraturan hukum, misalnya di dalam undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden selanjutnya disebut keppres, peraturan menteri, peraturan
daerah selanjutnya disebut perda dan lain-lain. Dengan demikian, kebijakan policy adalah seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik
dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk pencapaian tujuan.
17
Pasal 1 ayat2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
18
Pasal 1 ayat3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
19
Wojowasito, Kamus Umum Inggris-Indonesia Jakarta : Cypress, 1975.
20
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Produk semacam ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan freies ermessen
21
, yaitu badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan merumuskan kebijakan dalam pelbagai bentuk seperti peraturan, pedoman,
pengumuman, dan surat edaran. Suatu aturan kebijakan pada hakikatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara, namun tanpa disertai
kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara tersebut. Aturan kebijakan dimaksud pada kenyataannya telah merupakan bagian
dari kegiatan pemerintahan. 3.
Kebijakan penanaman modal Pasal 4 UUPM menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan
dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian
nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Dalam menetapkan kebijakan dasar tersebut, pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan
keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan
koperasi. Kebijakan dasar penanaman modal tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana umum penanaman modal.
21
Freies ermessen adalah tindakan pemerintah administrasi negara yang memerlukan kebebasan untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam menyelesaikan persoalan
yang memerlukan penanganan segera tetapi peraturan untuk penyelesaian persoalan itu belum ada karena belum dibuat oleh badan yang diserahi tugas legislatif.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian