31
3.6.10.1 Uji Akurasi
Disiapkan larutan standar vitamin C dengan dengan cara dipipet 2,5 mL dari LIB I vitamin C dalam labu ukur 25 mL, kemudian dicukupkan dengan HCl
0,1 N untuk mendapatkan larutan standar vitamin C dengan konsentrasi 100
μgmL. Disiapkan juga larutan standar kafein dengan cara dipipet 2,5 mL kafein lalu dicukupkan dengan HCL 0,1 N dalam labu ukur 25 mL untuk
mendapatkan konsentrasi 100 μgmL. Disiapkan sampel dan diambil 1 mL sampel
untuk dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Kemudian ditambahkan larutan standar vitamin C sebanyak 3,3 mL yang setara dengan konsentrasi 330
μgmL. Ditambahkan juga 3,3 mL larutan standar kafein sehingga memperoleh
konsentrasi 330 μgmL. Selanjutnya labu dicukupkan dengan HCL 0,1 N dan
diukur dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet. Hasil spektrum ditransformasikan menjadi derivat kedua de
ngan Δλ = 4 nm, kemudian dihitung persen perolehan kembali berdasarkan nilai absorbansi pada panjang gelombang
analisis zat masing-masing.
3.6.10.2 Uji Presisi
Presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Presisi yang diukur menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual
ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya
keseksamaan metode yang dilakukan Harmita, 2004. Nilai simpangan baku relatif kafein dan vitamin C diperoleh dari hasil
Universitas Sumatera Utara
32 perhitungan antara persen perolehan kembali kafein dan vitamin C menggunakan
rumus simpangan baku SB Sudjana, 2005: SB =
�
∑X−X�
2
n −1
Keterangan : X : Jumlah kandungan zat dalam sampel X
� : Jumlah kandungan zat rata-rata sampel n : Jumlah pengulangan
Simpangan baku relatif dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
SBR =
�� �
x 100 Keterangan
: �
: Jumlah kandungan zat rata-rata sampel SB
: Simpangan Baku SBR :Simpangan Baku Relatif
Universitas Sumatera Utara
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan Maksimum
Penentuan kurva serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang 200–400 nm. Untuk kafein pengukuran dilakukan pada konsentrasi 9
μgmL, sedangkan untuk vitamin C pengukuran dilakukan pada konsentrasi 8
μgmL. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang dengan absorbansi
maksimum pada serapan biasa yaitu λ = 272,6 nm untuk kafein dan λ = 243,3 nm dimana panjang gelombang tersebut mendekati absorbansi maksimum pada
panjang gelombang kafein dan vitamin C menurut Moffat dkk., 2005, yaitu 273 nm untuk kafein dan 243 nm untuk vitamin C. Kurva serapan maksimum kafein
konsentrasi 9 μgmLdan vitamin C konsentrasi 8 μgmLdapat dilihat pada Gambar
4.1 dan 4.2.
272,6 nm
Universitas Sumatera Utara