Hasil Analisis Kandungan Kafein dan Vitamin C dalam Sampel Minuman Berenergi

52

4.7 Hasil Analisis Kandungan Kafein dan Vitamin C dalam Sampel Minuman Berenergi

Analisis kandungan kafein dan vitamin C dilakukan dengan menggunakan dua merek minuman berenergi yaitu Kratingdaeng-S ® dan Hemaviton ® . Berdasarkan label yang tercantum, kedua merek minuman berenergi ini mengandung kafein dengan kadar 50 mg per sajiannya dan vitamin C sebagai antioksidan tidak tercantum kandungannya di label, maka perlu dilakukan uji kualitatif untuk memastikan adanya kandungan vitamin C dalam sampel. Kadar sampel ditentukan menggunakan enam botol dengan volume tiap botol sebanyak 150 mL masing-masing untuk dua merek sampel yang akan dianalisis. Sampel yang telah dipreparasi kemudian diukur pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Selanjutnya spektrum hasil serapan ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ = 4 nm. Dari spektrum ini dapat ditentukan absorbansi kafein dan vitamin C pada panjang gelombang analisis yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu pada panjang gelombang 293,4 nm untuk kafein dan pada 214 nm untuk vitamin C. Spektrum serapan sampel Kratingdaeng-S ® dan Hemaviton ® dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 89, data perhitungan dan contoh perhitungan kadar sampel yang diukur dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17 di halaman95 dan 96. Data hasil kandungan kafein dan vitamin C dalam persajian sampel 150 mL dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tab el 4.2Kandungan Kafein dan Vitamin C dalam persajian sampel 150 mL No. Sampel Kandungan Kafein mgsajian Kandungan Vitamin C mgsajian 1. Kratingdaeng-S ® 48,725 ± 0,140 49,696 ± 0,501 2. Hemaviton ® 49,813 ± 0,195 51,341 ± 3,930 Universitas Sumatera Utara 53 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil untuk kedua merek minuman berenergi yang dipakai sebagai sampel memenuhi persyaratan untuk minuman berenergi. Untuk kafein, berdasarkan SNI 01-6684-2002, persyaratan kadar yang masih bisa diterima adalah maksimum 50 mgsajian. Kadar kafein dalam sampel Kratingdaeng-S ® dan Hemaviton ® yang dihitung berdasarkan analisa statistika, masih berada di bawah batas maksimum, sedangkan berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Republik Indonesia No HK0005233644, dimana persyaratan kadar vitamin C yang masih bisa diterima sebagai vitamin pada minuman suplemen makanan adalah maksimum 1000 mghari. Dari hasil analisis statistika, kadar vitamin C dalam sampel Kratingdaeng-S ® dan Hemaviton ® masih berada di bawah batas maksimum yang telah ditetapkan Standar Nasional Indonesia. Jadi kafein dan vitamin C di dalam sampel memenuhi persyaratan SNI 01-6684-2002 tentang minuman berenergi dan Keputusan Kepala BPOM Republik Indonesia No HK0005233644 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan untuk daftar vitamin, mineral, asam amino dan bahan lain yang diizinkan digunakan dalam suplemen makanan dengan pembatasan. Perhitungan kadar sampel secara statistika dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20 di halaman 102 dan 105. Dari hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa sampel Kratingdaeng-S ® dan Hemaviton ® mengandung vitamin C yang dimana pada label komposisi tidak tercantumkan. Spesifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 2 di halaman 60. Panjang gelombang analisis kafein dan vitamin C yang diperoleh adalah 293,4 nm dan 214 nm merupakan panjang gelombang analisis yang telah terpisah dari panjang gelombang analisis senyawa lainnya yang terkandung di dalam Universitas Sumatera Utara 54 sampel minuman berenergi, itu dapat dibuktikan dengan panjang gelombang yang berbeda-beda tiap senyawa yang terkandung di dalam sampel. Panjang gelombang maksimum senyawa yang terkandung dalam sampel pada rentang 200 – 400 nm yaitu Inositol 261 nm, Niasinamid 261 nm, vitamin B6 290 nm, Natrium Benzoat 230 nm. Panjang gelombang maksimum bahan-bahan dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 60. 4.8Hasil Uji Validasi Parameter validasi yang diuji adalah akurasi kecermatan, presisi keseksamaan, batas deteksi dan batas kuantitasi. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery yang ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku standard addition method. Uji presisi dilakukan dengan menggunakan parameter simpangan baku relatif Harmita, 2004. 4.8.1Hasil Uji Akurasi Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan menggunakan salah satu merek sampel minuman berenergi yaitu sampel Kratingdaeng-S ® . Metode penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumlah tertentu larutan baku ke dalam sampel. Kemudian larutan diukur serapannya sesuai panjang gelombang analisis yang digunakan. Spektrum derivat kedua dari uji akurasi dapat dilihat pada Lampiran 21 halaman108. Sedangkan untuk data uji perolehan kembali dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman 111 dan untuk contoh perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 112.Perolehan kembali kafein dan vitamin C dengan metode penambahan baku pada minuman Kratingdaeng-S ® dapat dilihat pada Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara 55 Tab el 4.3Perolehan kembali kafein dan vitamin C dengan metode penambahan baku pada sampel Kratingdaeng-S ® Kadar Kafein µgmL Kafein Kadar Vitamin C µgmL Vit C Sebelum Penam- bahan Baku Setelah Penam- bahan Baku Penam- bahan Baku Sebelum Penam- bahan Baku Setelah Penam- bahan Baku Penam- bahan Baku 324,70 632,49 330 93,23 331,31 637,67 330 92,95 325,50 633,30 330 93,47 333,58 644,48 330 95,01 325,50 634,10 330 93,71 331,31 644,48 330 95,01 323,90 633,30 330 93,47 329,04 635,40 330 92,26 324,70 632,48 330 93,22 329,04 642,21 330 94,32 324,70 632,48 330 93,22 331,31 637,67 330 92,95 X �= 93,38 X �= 93,75 Berdasarkan tabel di atas diperoleh rata-rata persen perolehan kembali untuk kafein adalah 93,38, dan untuk vitamin C adalah 93,75. Persen perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan atau akurasi yang baik pada saat pemeriksaan kadar kafein dan vitamin C dalam sampel dengan metode perhitungan secara persamaan regresi. Hasil uji perolehan kembali ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan,yaitu berada pada rentang 80 – 120 Ermer dan McB Miller, 2005. 4.8.2Hasil Uji Presisi Uji presisi dilakukan dengan perhitungan simpangan baku relatif. Berdasarkan data perhitungan terhadap kandungan kafein dan vitamin C, diperoleh simpangan baku relatif untuk kafein yaitu 0,09. Sedangkan untuk vitamin C, simpangan baku relatif yang diperoleh adalah 0,52. Hasil simpangan baku relatif untuk kedua zat ini memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 10. Perhitungan dan data simpangan baku relatif untuk kafein dan vitamin C dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25 halaman 115 dan 116. Universitas Sumatera Utara 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menganalisa kandungan kafein dan vitamin C dalam minuman berenergi. b. Jumlah kandungan kafein dan vitamin C pada minuman berenergi merek Kratingdaeng-S ® adalah 48,725 ± 0,14 mg dan 49,696 ± 0,501 mg secara berturut-turut sedangkan jumlah kandungan kafein dan vitamin C pada minuman berenergi merek Hemaviton ® adalah 49,813 ± 0,1955 mg dan 51,341 ± 3,9307 mg. Kandungan kafein dan vitamin C dalam Kratingdaeng-S ® dan Hemaviton ® kemasan 150 mL masih memenuhi persyaratan SNI 01-6684-2002. c. Validasi metode spektrofotometri derivatif yang dilakukan dengan menghitung persen perolehan kembali dan simpangan baku relatif pada sampel memenuhi persyaratan validasi. 5.2Saran Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat melakukan penetapan kadar kandungan kafein dan vitamin C yang tekandung dalam minuman berenergi maupun minuman lainnya menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Universitas Sumatera Utara