33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan Maksimum
Penentuan kurva serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang 200–400 nm. Untuk kafein pengukuran dilakukan pada konsentrasi 9
μgmL, sedangkan untuk vitamin C pengukuran dilakukan pada konsentrasi 8
μgmL. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang dengan absorbansi
maksimum pada serapan biasa yaitu λ = 272,6 nm untuk kafein dan λ = 243,3 nm dimana panjang gelombang  tersebut mendekati absorbansi  maksimum  pada
panjang gelombang kafein dan vitamin C menurut Moffat dkk., 2005, yaitu 273 nm untuk kafein dan 243 nm untuk vitamin C. Kurva serapan maksimum kafein
konsentrasi 9 μgmLdan vitamin C konsentrasi 8 μgmLdapat dilihat pada Gambar
4.1 dan 4.2.
272,6 nm
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 4.1Kurva serapan maksimum kafein konsentrasi 9
μgmL
Gambar 4.2Kurva serapan maksimum vitamin C konsentrasi 8
μgmL
Berdasarkan pada gambar 4.1 dan 4.2 diatas, absorbansi maksimum  pada panjang gelombang kafein dan vitamin C adalah 272,6 nm dan 243,3 nm secara
berturut-turut. Kurva hasil penentuan absorbansi maksimum  pada panjang gelombang tersebut selanjutnya digunakan untuk penentuan derivat kafein dan
vitamin C.
4.2 Hasil Penentuan Kurva Serapan Kafein dan Vitamin C
Kurva serapan untuk larutan kafein dibuat dalam konsentrasi 8 μgmL; 12
μgmL; 16 μgmL; 20 μgmL; 24 μgmL; dan 28 μgmL dapat dilihat pada Lampiran 7 di halaman 52. Untuk larutan vitamin C dibuat dalam konsentrasi 8
μgmL; 16 μgmL; 24 μgmL; 32 μgmL; 40 μgmL; dan 48 μgmL dapat dilihat pada Lampiran 7 di halaman 69. Kurva serapan kafein dan vitamin C dalam
berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4. 243,3 nm
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 4.3 Kurva serapan kafein dalam berbagai konsentrasi
Gambar 4.4 Kurva serapan vitamin C dalam berbagai konsentrasi
4.3Hasil Penentuan Kurva Serapan Derivat 4.3.1Kurva Serapan Derivat Pertama
Berdasarkan pengukuran kurva serapan biasa dari larutan kafein dengan konsentrasi8 μgmL; 12 μgmL; 16 μgmL; 20 μgmL;24μgmL dan 28 μgmL dan
larutan vita min C dengan konsentrasi8 μgmL; 16 μgmL; 24 μgmL;32 μgmL;
40 μgmL; dan 48 μgmL. Pengukuran dilakukan pada masing-masing konsentrasi
==== Kafein konsentrasi 8
μgmL ====
Kafein konsentrasi 12 μgmL
==== Kafein konsentrasi 16
μgmL ====
Kafein konsentrasi 20 μgmL
==== Kafein konsentrasi 24
μgmL ====
Kafein konsentrasi 28 μgmL
==== Vitamin C konsentrasi 8
μgmL ====
Vitamin C konsentrasi 16 μgmL
==== Vitamin C konsentrasi 24
μgmL ====
Vitamin C konsentrasi 32 μgmL
==== Vitamin C konsentrasi 40
μgmL ====
Vitamin C konsentrasi 48 μgmL
Universitas Sumatera Utara
36 yang dilakukan pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Kurva serapan yang telah
diperoleh selanjutnya ditransformasikan menjadi kurva serapan derivat pertama dengan  Δλ  =  4  nm. Kurva serapan derivat pertama dari masing-masing
konsentrasi kafein dan vitamin C kemudian ditumpangtindihkan overlapping. Kurva  serapan  derivat  pertama  untuk  kafein  dengan  konsentrasi  8  μgmL;  12
μgmL;  16  μgmL;  20  μgmL;  24  μgmL;dan  28  μgmL  dapat  dilihat pada Lampiran 8 halaman 73
.  Untuk  vitamin  C  dengan  konsentrasi  8  μgmL;  16 μgmL;  24  μgmL;  32  μgmL;  40  μgmL;  dan  48  μgmL  dapat  dilihat  pada
Lampiran  8 halaman75. Kurva tumpang tindih derivat pertamakafein dan vitamin C berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan 4.6.
Gambar 4.5 Kurva tumpang tindih derivat pertama kafein berbagai konsentrasi
==== Kafein konsentrasi 8
μgmL ====
Kafein konsentrasi 12 μgmL
==== Kafein konsentrasi 16
μgmL ====
Kafein konsentrasi 20 μgmL
==== Kafein konsentrasi 24
μgmL ====
Kafein konsentrasi 28 μgmL
Universitas Sumatera Utara
37
Gambar  4.6Kurva tumpang tindih derivat pertama vitamin C berbagai
konsentrasi
4.3.2Kurva Serapan Derivat Kedua
Kurva serapan derivat kedua didapatkan dari hasil transformasi kurva serapan dari kafein dan vitamin C yang sebelumnya telah diperoleh menjadi kurva
serapan  derivat  kedua  dengan  Δλ  =  4  nm. Kurva serapan derivat kedua untuk kafein dan vitamin dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 77. Kurva serapan
derivat kedua kafein dan vitamin C dalam berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan 4.8.
Gambar 4.7 Kurva serapan derivat kedua kafein dalam berbagai konsentrasi
==== Vitamin C konsentrasi 8
μgmL ====
Vitamin C konsentrasi 16 μgmL
==== Vitamin C konsentrasi 24
μgmL ====
Vitamin C konsentrasi 32 μgmL
==== Vitamin C konsentrasi 40
μgmL ====
Vitamin C konsentrasi 48 μgmL
==== Kafein konsentrasi 8
μgmL ====
Kafein konsentrasi 12 μgmL
==== Kafein konsentrasi 16
μgmL ====
Kafein konsentrasi 20 μgmL
==== Kafein konsentrasi 24
μgmL ====
Kafein konsentrasi 28 μgmL
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 4.8Kurva serapan derivat kedua vitamin C dalam berbagai konsentrasi
4.4Hasil Penentuan Zero Crossing 4.4.1Zero Crossing Derivat Pertama
Penentuan  zero crossing pada derivat pertama diperoleh dengan menumpangtindihkan spektrum serapan derivat pertama pada masing-masing
kafein dan vitamin C dari berbagai konsentrasi larutan. Zero Crossing pada spektrum derivat pertama dari masing-masing kafein dan vitamin C ditunjukkan
oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Zero Crossing kafein dan vitamin C derivat pertama dapat dilihat pada Gambar
4.9 dan 4.10.