Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Linearitas Rentang

21 memenuhi persyaratan jika 10 – 20 Ermer dan McB Miller, 2005. Simpangan baku relatif dapat ditentukan dengan rumus: Simpangan baku relatif SBR = 100 × X SB

2.5.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah nilai parameter, yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko Harmita, 2004. Batas deteksi merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit yang dianalisis berada di atas atau di bawah nilai tertentu. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Batas deteksi LOD = slope SB x 3 Menurut Harmita 2004, batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang masih dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Batas kuantitasi LOQ = slope SB x 10

2.5.4 Linearitas

Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan garis Universitas Sumatera Utara 22 yang digunakan pada kurva kalibrasi yang diperoleh dari persamaan y = ax + b. Persamaan garis akan menghasilkan koefisien korelasi r. Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis. Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu Satiadarma, dkk., 2004.

2.5.5 Rentang

Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika digunakan untuk menganalisis sampel Ermer dan McB Miller, 2005.

2.6 Analisis Kandungan Kafein dan Vitamin C dalam Minuman Berenergi