2.4. Tinjauan tentang Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan responreaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap maupun aktif melakukan tindakan.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung Notoatmodjo, 2007. Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo 2010
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar stimulus. Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Perilaku tertutup covert behaviour, perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain dari luar
secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unobservabel behavior” atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar orang lain yang disebut
dengan pengetahuan knowledge dan sikap attitude. b. Perilaku Terbuka Overt behaviour, apabila respons tersebut dalam bentuk
tindakan yang dapat diamati dari luar orang lain yang disebut praktek practice yang diamati orang lain dari luar atau
“observabel behavior”.
Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori
Skinner ini disebut teori „S- O-
R” Stimulus-Organisme-Respons.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup :
a. Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut pengetahuan
b. Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap afeksi c. Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut tindakan practice
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh suhu rectal lebih dari 38ºC yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk kejang demam Soetomenggolo,
1999. Pada American Academy of Pediatrics 2008 menggambarkan kejang demam sebagai sebuah kejang yang terjadi pada anak demam pada usia antara 6
bulan sampai 60 bulan yang tidak mengalami infeksi intrakranial, gangguan metabolik, atau riwayat kejang demam sebelumnya Chung, 2014.
Kejang demam terjadi pada 2 – 5 anak dan biasanya terjadi pada usia
antara 3 bulan – 5 tahun, dengan kejadian terbanyak pada usia 18 bulan. Kira-kira
6-15 terjadi pada usia 4 tahun dan jarang terjadi pada usia lebih dari 6 tahun Waruiru, 2004
. Kejang demam lebih sering terjadi pada populasi Asia, 3.4 -
9.3 terjadi pada anak-anak di Jepang, 5 - 10 pada anak-anak di India, tetapi hanya 2 - 5 pada anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa Barat, dan
prevalensi tertinggi 14 di Guam Chung, 2014. Dari berbagai penelitian
didapatkan bahwa kejang demam agak lebih sering dijumpai pada anak laki daripada perempuan, dengan perbandingan yang berkisar antara 1,4 : 1 dan 1,2 : 1
Lumbantobing, 2007. Pada penelitian yang dilakukan oleh The National Collaborative Perinatal
Project di Amerika Serikat, dalam hal mana 1.706 anak pasca kejang demam diikuti perkembangannya sampai usia 7 tahun, tidak didapatkan kematian sebagai
akibat kejang demam. Anak dengan kejang demam ini lalu dibandingkan dengan saudara kandungnya yang normal, terhadap tes IQ menunjukkan skor yang tidak
berbeda bermakna dari saudara kandungnya kontrol Nelson et al, 1978 dalam Lumbantobing, 2007. Walaupun kejadian kejang demam pada masa kanak-kanak
pada umumnya memiliki prognosis baik dan dapat sembuh spontan, namun
Universitas Sumatera Utara