5.1.6 Perilaku Responden
Dari tabel 5.12, dapat dilihat perilaku responden terhadap kejang demam pada anak paling tinggi pada kategori sedang yaitu sebesar 89, sedangkan
perilaku yang kurang 1 dan perilaku yang baik sebesar 10.
Tabel 5.12 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Perilaku Frekuensi n
Persen Baik
Sedang 10
89 10
89 Kurang
1 1
Total 100
100
5.2 Pembahasan
5.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari hasil penelitian didapat bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap kejang demam pada anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
sebagian besar termasuk kategori sedang dengan persentase 88, sedangkan sisanya sebesar 8 termasuk kategori buruk, dan 4 termasuk kategori baik.
Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan 2010, dari Universitas Sumatera Utara, dimana pada penelitian tersebut mendapatkan
hasil tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung sebagian besar termasuk dalam kategori baik dengan
persentase sebesar 90 dan sisanya tergolong dalam kategori sedang 10. Menurut Notoadmojo 2010, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari pendidikan, usia
Universitas Sumatera Utara
dan pekerjaan sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan sosial budaya. Tingkat pengetahuan yang berbeda ini dapat dikarenakan factor internal
dan eksternal tersebut. Semakin banyak orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media
cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dari tabel 5.7, dapat dilihat pertanyaan yang paling banyak dijawab
dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor satu yaitu sebesar 94 mengenai bahwa demam tinggi dapat menyebabkan kejang demam. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Vicknes, 2014, kebanyakan ibu mendapatkan informasi baik dari lingkungan tenaga kesehatan, dari teman dan keluarga maupun
media cetak. Pada tabel 5.7 juga dapat dilihat pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor delapan yaitu sebesar 8, mengenai
prognosis kejang demam. Sebanyak 92 responden meyakini bahwa kejang demam akan menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukakn
oleh Kolahi, 2009, dimana kejadian kejang dianggap mengerikan bagi kebanyakan orang tua dan ketika mereka melihat terjadinya kejang pada anaknya,
kebanyakan orang tua akan sangat khawatir dan berpikir bahwa anaknya akan mati.
Ditinjau dari pengalaman ibu dengan anak yang pernah mengalami kejang demam, dari 9 ibu dengan anak pernah kejang demam, didapatkan hanya 2 ibu
yang memiliki pengetahuan kategori baik dan 7 ibu lainnya memiliki pengetahuan kategori sedang. Didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengalaman dengan anak
kejang demam memiliki pengetahuan yang tidak jauh berbeda dengan ibu lainnya yang anaknya tidak pernah kejang demam. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan
penelitian yang dilakukakan Kayserili di Turki yang membagikan kuesioner mengenai kejang demam kepada 122 orang tua yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu orang tua dengan anak yang baru pertama kali kejang demam dan orang tua dengan anak yang mengalami kejang demam berulang. Didapatkan
orang tua dengan anak yg mengalami kejang demam berulang mengetahui penanganan awal yang lebih baik dibandingkan dengan orang tua dengan anak
yang baru pertama kali kejang demam. Namun pada penelitian ini kedua
Universitas Sumatera Utara
kelompok orang tua meyakini bahwa kejang demam dapat mengancam keselamatan jiwa anak. Dari kedua penelitian ini, dilihat bahwa sulit untuk
mengubah persepsi yang sudah terbentuk dalam pikiran seseorang. Oleh sebab itu, petugas kesehatan perlu untuk menginformasikan kepada orang tua pada setiap
kesempatan yang ada, bahwa kejang demam bukanlah penyakit yang membahayakan dan memiliki prognosis jangka panjang yang baik.
5.2.2 Sikap Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Dari hasil penelitian didapat bahwa sikap ibu terhadap kejang demam pada anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor sebagian besar
termasuk kategori sedang dengan persentase yaitu sebesar 77, sedangkan sikap yang baik sebesar 23 dan tidak ada responden yang termasuk kategori kurang.
Pada tabel 5.13 dapat dilihat perbandingan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan, 2010, mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan
tindakan ibu mengenai kejang demam di Kelurahan Medan Tembung, hasil yang didapatkan sedikit berbeda, dimana pada penelitian Pohan, 2010, sebagian besar
sikap responden termasuk kategori baik. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang ada akan membentuk sikap dan tindakan. Banyaknya informasi yang benar dan
tepat yang didapatkan responden akan sangat mempengaruhi sikap yang dimilikinya.
Tabel 5.13 Perbandingan Distribusi Sikap Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala dan Kelurahan Medan Tembung.
Sikap Persen
Kel. Kwala Bekala Kel. Medan Tembung
Baik 23
72,2 Sedang
77 24,4
Kurang 3,3
Total 100
100
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoadmojo, 2003, Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Berdasarkan WHO, ciri-ciri sikap adalah pemikiran dan perasaan, adanya orang lain yang menjadi acuan, sumber daya yang tersedia, dan sosial budaya. Pada
penelitian ini didapatkan sikap ibu mengenai kejang demam dalam kategori sedang dan baik, sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu yang sebagian besar
termasuk kategori sedang, dengan demikian terlihat bahwa pengetahuan akan mempengaruhi sikap yang terbentuk.
Dari 9 ibu yang memiliki anak yang pernah kejang demam, didapatkan ada 5 ibu yang memiliki sikap kategori baik dan 4 ibu yang memiliki sikap kategori
sedang. Dibandingkan dengan ibu yang anaknya tidak pernah kejang demam, didapatkan 18 dari 91 ibu memiliki sikap kategori baik. Jika dilihat
perbandingannya, didapatkan bahwa ibu dengan anak yang pernah kejang demam memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan ibu yang memiliki anak tidak pernah
kejang demam. Hal ini menunjukkan pengalaman yang dimiliki seseorang mempengaruhi sikap yang terbentuk pada pikirannya.
Dari tabel 5.9 pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap positif adalah pertanyaan nomor tiga mengenai mengukur suhu badan anak saat demam
untuk mengantisipasi kejang demam yaitu sebesar 98. Hal ini sesuai dengan pengetahuan ibu mengenai demam tinggi dapat menyebabkan kejang pada anak
sehingga perlu mengantisipasi kejang demam dengan mengukur suhu badan anak saat anak demam. Sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan
sikap positif adalah pertanyaan nomor lima, yaitu mengenai perlunya memposisikan kepala anak miring untuk mencegah aspirasi semasa kejang
demam. Menurut Copovilla et al. 2009 anak yang mengalami kejang demam, posisi kepalanya harus dimiringkan supaya tidak terjadi aspirasi saliva atau cairan
lambung pada anak. Pengetahuan dan sikap yang tidak tepat yang terbentuk pada pikiran seseorang dan lingkungannya perlu dikoreksi dengan informasi yang
benar dan tepat untuk memberikan penanganan yang tepat mengenai suatu hal.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar. Perilaku dikelompokkan menjadi dua yaitu perilaku tertutup pengetahuan
dan sikap dan perilaku terbuka tindakan. Untuk menilai perilaku maka perlu ditinjau dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk variabel pengetahuan dan
sikap sudah dibahas pada paragraf diatas. Dari penelitian ini dapat dilihat sebagian besar tindakan responden mengenai kejang demam pada anak termasuk kategori
sedang yaitu sebesar 96, sedangkan tindakan yang kurang 1 dan tindakan yang baik sebesar 3. Suatu sikap yang dilaksanakan secara nyata disebut
tindakan, namun suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan Notoadmojo,2003. Dilihat dari sikap ibu dengan anak yang pernah kejang
demam, 5 orang ibu memiliki sikap yang baik. Namun dilihat dari distribusi tindakan ibu yang memiliki anak pernah kejang demam, semua ibu 9 orang
memiliki tindakan kategori sedang. Sedangkan pada ibu yang anaknya tidak pernah kejang demam, terdapat 3 orang ibu yang memiliki tindakan yang
termasuk kategori baik. Hal ini menunjukkan pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk tindakan yang tepat. Menurut peneliti,
hal ini berkaitan dengan emosional ibu yang memiliki kekhawatiran dan ketakutan yang tinggi ketika melihat anaknya mengalami kejang demam
Dari tabel 5.11 dapat dilihat bahwa 99 responden melakukan penilaian anak demam dengan menggunakan thermometer. Sebagian besar responden
mengetahui bahwa pengukuran suhu tubuh yang tepat adalah dengan menggunakan termometer. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab
salah adalah pertanyaan nomor lima mengenai tindakan tidak perlu untuk membangunkan anak pada saat anak mengalami kejang demam yaitu hanya
sebesar 9 yang menjawab benar. Menurut Kayserili, E et al. 2008 orang tua tidak perlu membangunkan anak atau menahan gerakan-gerakan anak pada saat
Universitas Sumatera Utara
anak kejang demam. Orang tua harus berusaha untuk tetap tenang dan melindungi anak pada tempat yang aman dan nyaman agar anak terhindar dari cedera.
Dari tabel 5.12, dapat dilihat perilaku responden terhadap kejang demam pada anak dengan sebagian besar termasuk pada kategori sedang yaitu sebesar
89, sesuai dengan gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan yang didapat dari hasil penelitian ini yaitu sebagian besar termasuk kategori sedang. Dari penelitian
ini juga didapatkan perilaku yang kurang 1 dan perilaku yang baik sebesar 10. Hasil penelitian yang didapat berbeda dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Pohan, 2010, mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai kejang demam di Kelurahan Medan Tembung, dimana
pada penelitian tersebut didapatkan mayoritas responden memiliki perilaku baik 73,3. Pada tabel 5.14 dapat dilihat persentase perbandingan hasil yang didapat
mengenai perilaku ibu mengenai kejang demam pada dua daerah penelitian yang berbeda.
Tabel 5.14 Perbandingan Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala dan Kelurahan Medan Tembung.
Sikap Persen
Kel. Kwala Bekala Kel. Medan Tembung
Baik 10
73,3 Sedang
89 24,4
Kurang 1
2,2 Total
100 100
Pada tabel 5.14 dapat dilihat bahwa mayoritas responden di Kelurahan Kwala Bekala termasuk kategori sedang, hanya 1 yang termasuk kategori
kurang. Berbeda dengan Kelurahan Medan Tembung yang mayoritas responden termasuk kategori baik, namun ada 2,2 yang termasuk kategori kurang.
Perbedaan yang dimiliki ini berhubungan dengan informasi yang didapatkan oleh responden. Peneliti beranggapan bahwa responden yang berada di Kelurahan
Medan Tembung mungkin sudah banyak mendapatkan informasi yang benar dan
Universitas Sumatera Utara
tepat mengenai kejang demam pada anak, dan pada daerah ini mungkin sering diadakan penyuluan atau pengabdian masyarakat, sehingga masyarakat daerah
tersebut memiliki perilaku yang lebih baik. Sementara daerah Kelurahan Kwala Bekala yang berada di Kecamatan Medan Johor, kemungkinan masih sedikit
menerima informasi yang benar dan tepat, hal ini dapat dikarenakan minimnya penyuluhan, informasi, dan edukasi yang diberikat oleh petugas kesehatan. Hal ini
seharusnya menjadi perhatian khusus bagi petugas kesehatan yang berada di wilayah setempat untuk dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
yang tepat mengenai kejang demam pada anak. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan, sikap, dan tindakan yang baik,
umumnya akan menghasilkan perilaku yang baik pula, namun tidak selalu orang yang memiliki pengetahuan dan sikap baik langsung melakukan tindakan yang
baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan responden untuk kategori baik sebesar 4,
kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 88 dan tingkat pengetahuan kategori kurang sebesar 8. Hal ini menunjukkan
pengetahuan responden terhadap kejang demam pada anak cukup baik. 2.
Sikap responden mengenai kejang demam pada anak untuk kategori baik sebesar 23, kategori sedang sebesar 77, dan tidak ada
responden yang termasuk kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap kejang demam pada anak cukup baik.
3. Perilaku responden terhadap kejang demam pada anak termasuk
kategori baik sebesar 10, kategori sedang sebesar 89, sedangkan yang termasuk kategori kurang sebanyak 1. Hal ini menunjukkan
perilaku responden terhadap kejang demam pada anak termasuk kategori sedang sampai baik
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, bahwa sebagian besar pengetahuan, sikap, dan perilaku hanya berada pada kategori sedang. Seharusnya
ibu yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas dapat memiliki
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik. Edukasi mengenai kejang demam perlu ditingkatkan pada orang tua
terutama golongan ibu, khususnya pada ibu yang memiliki anak usia dibawah lima tahun balita di lingkungan kelurahan melalui program sosialisasi seperti
penyuluhan kesehatan, penempelan poster, atau pembagian leaflet di puskesmas setempat maupun di posyandu. Selain petugas kesehatan, mahasiswa yang
Universitas Sumatera Utara