neurologis,  serta  riwayat  kejang  demam  maupun  kejang  tanpa  demam  pada keluarga. Pada kejang demam ditemukan perkembangan neurologis yang normal.
Tidak  ditemukan  tanda-tanda  meningitis  maupun  ensefalitis  misalnya  kaku kuduk  atau  penurunan  kesadaran.  Anak-anak  harus  segera  dievaluasi  setelah
kejang  awal.  Kebanyakan  pasien  kejang  demam  datang  untuk  perawatan  medis setelah kejang berhenti dan kembali dalam keadaan sadar penuh.  Tanyakan pada
orang tua mengenai imunisasi, penggunaan antibiotic, durasi kejang, lamanya fase pasca-iktal, dan gejala fokal lainnya.
Pemeriksaan  laboratorium  seperti  darah  perifer  lengkap  tidak  diperlukan pada pasien dengan kejang demam, karena jarang ditemui gangguan elektrolit atau
infeksi bakteri berat. Dalam suatu penelitian retrospektif yang dilakukan pada 379 anak  dengan  kejang  demam,  hanya  delapan  orang  yang  ditemukan  bakterimia.
Pemeriksaan pungsi lumbal kini menjadi pilihan untuk anak usia 6-12 bulan yang belum  pernah  atau  belum  lengkap  diimunisasi  Haemophilus  influenza  tipe  b  dan
S. pneumonia. Pungsi lumbal juga direkomendasikan untuk dilakukan pada semua anak yang berusia dibawah 12 bulan dan boleh dipertimbangkan untuk anak usia
12-18 bulan. Pungsi lumbal tidak rutin dilakukan pada anak usia 18 bulan, hanya dilakukan bila tanda meningitis positif atau infeksi intracranial.
Elektroensefalografi EEG tidak rutin dilakukan, namun dianjurkan pada anak  dengan  kejang  demam  usia  6  tahun,  ataupun  ada  gambaran  kejang  fokal.
Pemeriksaan  seperti  X-ray,  CT-Scan,  atau  MRI  setelah  kejang  demam  sederhana atau kompleks tidak dianjurkan. Tidak didapatkan manfaat untuk membantu nilai
diagnosis  atau  prognosis.  Pemeriksaan  EEG  dan  neuroimaging  hanya diindikasikan  bila  ada  kelainan  neurologis  fokal,  kelainan  saraf  cranial  yang
menetap, atau papiledem Reese,2012.
2.1.9.   Penatalaksanaan
Biasanya  kejang  demam  berlangsung  singkat  dan  pada  waktu  pasien datang  kejang  sudah  berhenti.  Apabila  datang  dalam  keadaan  kejang  obat  yang
Universitas Sumatera Utara
paling  cepat  untuk  menghentikan  kejang  adalah  diazepam  yang  diberikan  secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mgkg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mgmenit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam  rektal  level  II-2,  level  II-3,  rekomendasi  B.  Dosis  diazepam  rektal
adalah 0,5-0,75 mgkg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam
rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak  di  atas  usia  3  tahun  lihat  bagan  penatalaksanaan  kejang  demam.  Bila
setelah  pemberian  diazepam  rektal  kejang  belum  berhenti,  dapat  diulang  lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila  setelah  2  kali  pemberian  diazepam  rektal  masih  tetap  kejang, dianjurkan  ke  rumah  sakit.  Di  rumah  sakit  dapat  diberikan  diazepam  intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mgkg. Bila  kejang  tetap  belum  berhenti  diberikan  fenitoin  secara  intravena
dengan dosis awal 10-20 mgkgkali dengan kecepatan 1 mgkgmenit atau kurang dari  50  mgmenit.  Bila  kejang  berhenti  dosis  selanjutnya  adalah  4-8  mgkghari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
ruang  rawat  intensif.  Bila  kejang  telah  berhenti,  pemberian  obat  selanjutnya tergantung  dari  jenis  kejang  demam  apakah  kejang  demam  sederhana  atau
kompleks dan faktor risikonya Pusponegoro et al., 2006.
Universitas Sumatera Utara
Pre-hospital 0-10 menit
rumah sakit periksa ABC
UGD 10-20 menit
atau
atau kejang stop,
lanjut 5-7mgkg
20-30 menit 12 jam kemudian
kejang stop, lanjut 4-5mgkg
30-60 menit 12 jam kemudian
ICU
Gambar 2.1. Algoritma Tatalaksana Kejang Lilihata et al., 2014 Diazepam 5-10mgrectal
max. 2x jarak 5 menit
Diazepam 0,25-0,5 mgkgiv, kecepatan 2 mgmenit, max dosis 20 mg
Midazolam 0,2 mgkgiv bolus
Lorazepam 0,05-0,1mgkgiv, kecepatan 2 mgmenit
Fenitoin 20mgkgiv larutkan 10mg1ml NS, kecepatan 1
mgkgBBmenit max dosis 1 gram
Fenobarbital 20mgkgiv dalam 5-10 menit, max dosis 1 gram
Refrakter
Midazolam 0,2 mgkgiv bolus, lanjut infus 0,02-
0,04mgkgjam Pentotal
– Tiopental 5-8mgkgiv
Propofol 3-5 mgkginfusion
Universitas Sumatera Utara
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat  hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri  sebagai berikut salah satu:
1. Kejang lama  15 menit 2.  Adanya  kelainan  neurologis  yang  nyata  sebelum  atau  sesudah  kejang,
misalnya  hemiparesis,  paresis  Todd,  cerebral  palsy,  retardasi  mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal 4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. • Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
• kejang demam  4 kali per tahun
2.1.10. Prognosis