BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemuda sebagai aset bangsa yang harus diutamakan oleh bangsa kita, karena dipundak pemudalah harapan bangsa ini dititipkan. Kata
pepatah, banyak jalan menuju roma. Banyak cara bisa digunakan untuk meraih cita-cita bangsa ini. Menghadapi era globalisasi yang syarat dengan
kompetisi, setiap bangsa pasti memiliki cara sendiri untuk meraih mimpi, terutama demi mewujudkan harapan sebagai bangsa yang maju, makmur
dan sejahtera. Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang
berproses kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional kebentuk-bentuk atau fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Koentj araningrat 1997:120 yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang
memiliki makna sebagai beberapa bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Contohnya masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,
masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah 1974 bahwa
kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya
mengisi sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
tetapi merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri.
Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, dalam Danandjaja, 1994:38 perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen
antara laki-laki dan perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan
struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan kepribadian seorang individu menurut beliau terjadi pada usia remaja, yaitu masa dari
anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan kepribadian dan emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya baik itu
laki-laki maupun perempuan. Setiap negara harus berjuang habis-habisan agar tidak tertinggal di
belakang, alias menjadi pecundang. Agar tidak tergilas roda zaman, setiap negara harus mengantisipasi segala tantangan. Password keberhasilan dan
kesuksesan menjawab tantangan zaman tak lepas dari peran generasi muda. Namun peran kaum muda dalam menggawangi perubahan zaman sering kali
di abaikan dan di lupakan. India merupakan raksasa ekonomi nomor dua asia setelah cina
memiliki strategi yang unik. Seorang pemuda miskin berkisah tentang bagaimana resepnya untuk menjadi sukses. Dia menggunakan 3 cara untuk
meraih sukses. Ia ingin belajar dan menguasai sistem operasi windows, menulis nota faktur pembukuan dan belajar 400 kata dalam bahasa inggris.
400 kata itu adalah kunci untuk lolos dari test of english as foreign language
Universitas Sumatera Utara
TOEFL, syarat utama pendaftaran universitas di amerika utara memang, tidak seketika dengan meguasai itu ia lantas bisa masuk ke universitas
amerika serikat, tapi cara berpikir semacam ini telah menjangkiti generasi di daratan india.
Ketiga resep sukses itu sejatinya merupakan prasyarat untuk menjawab tantangan globalisasi, yakni menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memahami seluk beluk dunia bisnis dan pergaulan internasional. Dengan menguasai tiga kunci globalisasi, mereka tidak perlu canggung lagi
untuk bersaing dalam zaman kompetisi. Terobosan itu sangat di butuhkan oleh bangsa ini.
Tapi lain ladang lain belalang. Lain india lain pula dengan afrika. Kendati senantiasa diremehkan banyak orang, afrika sejatinya menyimpan
geliat spirit perubahan yang sangat dahsyat dan kuat. Setidaknya, hal ini dapat di simak pada New African, majalah berbasis di London dan Paris
yang dikomandani oleh pemuda-pemudi kulit hitam lulusan universitas prestisius di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa.
Majalah Pan-Afrika paling laris ini menjadi corong siar perubahan. Sebagai bangsa poskolonial, mereka menyadari pahit getir penjajahan dan
perbudakan. Mereka secara kritis menggugat penjajah kolonial sembari membakar spirit perubahan untuk memperjuangkan kemajuan bangsa-
bangsa Afrika. Analisa-analisa yang keluar dari New African sarat berisi
Universitas Sumatera Utara
kritik, transformasi ilmu dan gagasan yang tak mampu dibantah oleh bangsa Barat sendiri.
Bagi kaum mudanya, Afrika bukan kawasan yang miskin. Afrika merupakan mutiara hitam yang berserakan. Tercerai berai akibat rasisme,
terjerat utang dan konflik kepentingan berkepanjangan. Karenanya, mereka berbondong-bondong berjuang sekuat tenaga untuk membangun kembali
tanah kelahirannya dengan penuh keyakinan. Afrika harus bangkit dan maju. Mereka tidak ingin menjadi kacung seumur hidup dengan merebut
kembali harga diri yang sekian lama terinjak-injak. Kolomnis muda Stella Orakwue misalnya, selalu hadir dalam kolom-
kolomnya yang memukau. Dalam esainya bertajuk What could we have done in Africa for Africa?, Stella mengajak kaum muda Afrika perantauan
yang belajar di barat untuk kembali membangun Afrika dengan berbagi pengetahuan dan keahlian.
Stella menulis, “I know everything I need to know about Europe:
everything that 40 years of hard-won knowledge can bestow about European culture, English people, British attitude. And I know this:
Europeans do not deserve African. We are too good for them. But hear this, get this: Without us they would be unable, incapable, of running their own
countries How’s that for you. We work, they play. But they treat us like we
Universitas Sumatera Utara
are nothing, nobodies, dirt. And
now
they want to destroy our minds so that wecan continue to “work” for them like 21st century plantation slaves.”
1
Lantas bagaimana dengan bangsa Indonesia? Pasca kemerdekaan Republik 1945, negeri jiran tanpa malu mengais ilmu ke Indonesia.
Malaysia dengan rendah hati mengirimkaum mudanya untuk belajar, sadar bahwa mereka masih tertinggal. Bayangkan sebelum 1970, Sumatera Utara
mengirim ribuan guru ke Malaysia. Tidak sedikit warga negara Indonesia berbondong-bondong hijrah ke negeri jiran untuk mencari kerja sebagai kuli
rendahan. Menjadi kuli saja tak pantas. Kita tidak perlu malu mengahadapi fakta. Kenyataan pahit harus
menjadi cambuk untuk maju. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan kita harus yakin bahwa mempersiapkan generasi muda dengan sebaik-
baiknya merupakan strategi penting menghadapi perubahan dan transformasi sosial di masa depan. Jangan seperti katak dalam tempurung.
Negara tanpa kaum muda ibarat rumah kertas. Peran pemuda sangat penting yakni sebagai tulang punggung bangsa. Sumber daya riil, motor
penggerak perubahan dan kunci kemajuan. Mereka harus dipersiapkan untuk meneriam tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua yang
sebentar lagi pensiun. Mereka harus digembleng, diberi ruang dan difasilitasi untuk kemajuan.
1
Nababan, Ir Leo. 2013. Mahasiswa Pejuang Pejuang Mahasiswa. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Universitas Sumatera Utara
Tantangan yang harus dihadapi pemuda Indonesia tidak terletak pada level kultur, tapi pada tingkatan struktur. Etos kerja dan semangat belajar
tidak perlu diragukan. Tapi sejauh mana mereka diberi ruang dan kesempatan untuk menggali potensi diri agar berkembang. Sangat
disayangkan para pemuda dibiarkan berkembang dengan naluri alam.Rezim penguasa datang dan pergi silih berganti tapi tidak ada gebrakan berarti
untuk kaum pemuda. Belum nampak upaya serius dari pemerintah untuk menggarap generasi muda sebagai aset bangsa, menggembleng pemuda
sebagai ujung tombak dalam menghadapi tantangan zaman. Meski berbagai kebijakan di keluarkan seperti manusia unggul namun tidak ada perumusan
yang jelas. Pelaksanaannya pun nihil bukan hal aneh jika berbagai kompetisi dan the best of ten universitas di dunia senantiasa didominasi kaum muda
dari Cina, India, Afrika. Populasi penduduk Indonesia sangat besar seharusnya diolah dan
dipersiapkan secara serius sebagai aset bangsa. Potensi kaum muda tidak boeh disia-siakan, tapi harus digodok sampai matang untuk membantu
mengatasi berbagai persoalan bangsa. Predikat Indonesia sebagai bangsa kacung, bangsa kuli, dan kuli diantara bangsa-bangsa, sehingga sebutan
yang terstigma di badan pemuda indonesia ini harus bisa di rubah untuk masa yang akan datang.
Mahasiswa berasal dari 2 dua suku kata, yaitu Maha dan Siswa yang berarti Maha adalah sesuatu yang mempunyai makna derajat tertinggi
dan siswa adalah pelajar ataupun manusia yang sedang menuntut ilmu di
Universitas Sumatera Utara
dunia pendidikan, dengan kata lain Mahasiswa adalah seseorang yang mempunyai derajat tertinggi di dalam dunia pendidikan yang berhubungan
dengan perguruan tinggi. Menurut Suwono1978
2
mahasiswa adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannnya dengan perguruan tinggi yang
makin menyatu dengan masyarakat, di didik dan diharapkan menjadi calon- calon intelektual.
Mahasiswa di dalam dunia pendidikan tidak hanya berfokus pada pendidikan itu sendiri, melainkan banyak juga mahasiswa yang bergabung
dengan dunia organisasi di dalam lingkup perguruan tinggi tersebut. Banyak mahasiswa yang menuangkan ide pemikiran dan juga harapan kedepan
untuk bangsanya di dalam ruang lingkup organisasi. Pada umumnya keberadaan mahasiswa telah menjadi sorotan di mata
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan puncak status bagi para pelajar yang nanti akan dapat memperbaiki kehidupan
perekonomian keluarga. Selain itu mahasiswa di Indonesia khususnya juga telah mengambil arti penting dalam sejarah perkembangan bangsa. Peran
mahasiswa dalam perubahan di Indonesia tidaklah terlepas dari peristiwa- peristiwa besar yang pernah terjadi. Peran tersebut ditunjukkan melalui
berbagai rangkaian aktifitas yang dilakukan mahasiswa, atau dengan kata
2
Suwono.2011.Definisi Mahasiswa. Available online at http:definisipengertian.com2011pengertian-mahasiswa diakses tanggal 12 Januari
2012.
Universitas Sumatera Utara
lain rangkaian kegiatan mahasiswa tersebut dapat disebut dengan kata gerakan mahasiwa.
Perjuangan mahasiswa juga tidaklah lepas dari peran dan fungsi organisasi mahasiswa. Hal itu dikarenakan organisasi dapat menjadi wadah
untuk berinteraksi mahasiswa dengan sesama untuk memperluas pengetahuan dan pemahamannya. Selain itu organisasi mahasiswa secara
khusus dapat menjadi kekuatan pemersatu di tataran mahasiswa untuk mempermudah mencapai tujuan. Kembali merujuk sejarah Indonesia, maka
dapat disaksikan bahwa perjuangan mahasiswa saat itu diwujudkan melalui organisasi mahasiswa.
Pengertian organisasi
3
itu sendiri adalah tempat orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sitematis, terorganisasi,
terencana, terkendali, dan terpimpin dalam memanfaatkan sumber daya yang digunakan secara efektif daan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi secara bersama-sama. Organisasi adalah sekumpulan individu yang tergabung dalam satu
wadah. Bisa dipastikan sekumpulan orang ini memiliki kesamaan ide, keinginan dan kebutuhan, serta tujuan yang diwujudkan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan bersama. Sesuai dengan definisi organisasi menurut Robbins 2001:4 bahwa organisasi diartikan sebagai suatu unit satuan
sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, organisasi terdiri dari 2dua
3
http:isma-ismi.compengertianorganisasi.html diakses 1122014
Universitas Sumatera Utara
orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama.
Tujuan organisasi terdiri dari kumpulan nilai-nilai, nilai yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi acuan ideal bagi individu-individu
dalam menentukan
aturan hidupnya.
Seperti halnya
menurut Koentjaraningrat 1974, nilai merupakan konsepsi-konsepsi yang ada
dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti dalam hidup. Dalam konteks nilai budaya organisasi, hal ini berarti
pedoman atau kepercayaan yang dijadikan acuan dalam menjalankan tugas organisasi.
Menurut Stephen P. Robbinss organisasi adalah merupakan kesatuan social yang dikordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan berasama atau sekelompok tujuan. Masyarakat
berasal dari kata Arab “Syaraka” yang berarti ikut serta berpartisipasi , dan dalam bahasa Inggris dipakai istilah Society yang berasal dari kata latin
Socius yang berarti kawan. Di dalam ilmu antropologi masyarakat itu adalah sekelompok orang
yang berkumpul dan memiliki kebudayaan yang dimana manusia tersebut tidak akan dapat hidup tanpa ada manusia lainnya, dengan kata lain manusia
itu akan dapat hidup dengan saling bergantung dengan manusia lain.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menurut beberapa ahli
4
: 1. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatusistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
2. Selo Soemardjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
3. J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi
dan perasaan persatuan yang sama. Penelitian tentang Organisasi kepemudaan
5
sudah banyak di teliti oleh beberapa kawan-kawan baik yang sudah tamat maupun belum, akan
tetapi kebanyakan dari mereka berbicara mengenai Organisasi Kepemudaan Pemuda Pancasila seperti yang di teliti oleh Okta Vina Saragih yang
membahas tentang
Resistensi Masyarakat
Terhadap Organisasi
Kepemudaan Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok. Hal ini
terjadi karena pergeseran nilai dan orientasi pada organisasi kepemudaan di
4
http:kesmas-unsoed.com201110definis-masyarakat-menurut-para-ahli.html akses 1122014
Universitas Sumatera Utara
Desa Perkebunan Bukit Lawang, sehingga masyarakat mempunyai prasangka yang buruk tentang organisasi kepemudaan tersebut.
Pada dasarnya organisasi kepemudaan
6
merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas diri, kelompok, dan juga masyarakat serta
mengamalkan kemampuannya untuk kesejahteraan kelompok dan masyarakat sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi diri
anggota serta lingkungannya. Perlawanan yang dilakukan masyarakat Bukit Lawang terhadap
Organisasi Pemuda Pancasila adalah perlawanan terbuka. Munculnya perlawanan ini karena masyarakat mulai merasa resah dan tidak nyaman
akan keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila. Anggota Organisasi Pemuda Pancasila pada saat itu melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat dan
juga pengunjung yang datang ke Bukit Lawang, seperti adanya rencana membuat tarif parif dihitung perjamnya, pungutan liar, pemberian kong
pajak getah, anggota organisasi PP yang terkesan premanisme, sering terjadi bentrokan, juga bentrokan yang terjadi antara anggota organisasi PP
dengan anggota organisasi kepemudaan yang lainnya. Namun hal yang fatal adalah saat anggota Organisasi Pemuda
Pancasila melakukan
penyerangan tiba-tiba
terhadap masyarakat,
masyarakat saat itu sangat terkejut dan untungnya tidak ada korban.
6
Organisasi Kepemudaan sudah beralih fungsi menjadi Organisasi Masyarakat sesuai dengan Undang undang ormas tahun 2013, sehingga setiap Organisasi Kepemudaan
menjadi Organisasi Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Puncaknya adalah saat anggota Organisasi Pemuda Pancasila melakukan pertemuan di salah satu penginapan Bukit Lawang, masyarakat yang
mendengar hal tersebut berkumpul dan langsung menyerang anggota organisasi PP bermaksud untuk mengusir mereka dari Bukit Lawang.
Anggota Organisasi Pemuda Pancasila bersembunyi di penginapan tersebut dan tidak berani keluar mengingat jumlah mereka yang tidak seimbang
dengan masyarakat. Beberapa jam kemudian akhirnya bantuan dari aparat pun datang
untuk meredakan masyarakat ini. Penyelesaian konflik dilakukan dengan kesepakatan antara masyarakat Bukit Lawang dengan anggota organisasi PP
yang saat itu juga diikuti oleh aparat sebagai orang ketiga. Kesepakatan bersama tersebut adalah Organisasi Pemuda Pancasila tidak diijinkan lagi
berdiri di Bukit Lawang Anggota organisasi Pemuda Pancasila PP bisa menerima keputusan itu karena memang anggota organisasi Pemuda
Pancasila lah yang memulai konflik dengan masyarakat.
7
Dinamika Organisasi Kepemudaan yang ada di masyarakat jika diamati dari skripsi di atas menimbulkan stigma negative. Karena adanya
stigma negative pastilah ada stigma positif tersebut maka penulis mencoba menggali lebih dalam tentang keberadaan Organisasi Kepemudaan seperti
7
Saragih, Okta Vina. 2014. Skripsi : Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi Kepemudaan Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila di Desa
Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok. Fisip USU: Okta Vina Saragih Departemen Sosiologi Fisip USU.NIM 080901035. Abstrak.
Universitas Sumatera Utara
Ikatan Pemuda Karya yang berada di Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara.
Sebagian mahasiswa bergabung ke dalam organisasi yang dimana organisasi tersebut adalah bagian dari ekstrakulikuler
8
perguruan tinggi tersebut, disini penulis membahas organisasi SATMA IPK di lingkungan
Universitas Sumatera Utara USU, penulis tertarik untuk mengambil judul ini dikarenakan penulis ingin menuangkan tujuan dari Organisasi
masyarakat dimana tujuan dari organisasi ini adalah guna memajukan bangsa dan negara Indonesia, juga penulis ingin merubah paradigma
ataupun pandangan masyarakat yang menganggap bahwa organisai IPK ikatan Pemuda Karya adalah organisasi yang hanya mengandalkan
kekerasan di dalam kegiatan organisasi tersebut, maka dari itu penulis ingin menuangkan pemikiran penulis dimana IPK ikatan Pemuda Karya tidak
hanya semata-mata bertindak dengan kekerasan melainkan organisasi ini juga melayani masyarakat dengan kegiatan-kegiatan social seperti kegiatan
peduli mayarakat, dan disini penulis meyakinkan bahwa organisasi ini adalah sekumpulan orang yang dimana mereka bekerja dengan KARYA
NYATA bukan KARYA KATA. IPK adalah singkatan dari Ikatan Pemuda Karya dimana dulunya
organisasi ini dibentuk pada zaman Soeharto dan organisasi ini berkembang sampai pada hari ini dengan tujuan sebagai wadah guna mewujudkan visi
8
Ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar materi pelajaranhttp:kafeilmu.comakses 1122014
Universitas Sumatera Utara
misi dimana visi misi organisasi ini mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dikarenakan organisasi IPK Ikatan Pemuda Karya ini berideologi
Pancasila dan dimana Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.
SATMA IPK itu sendiri adalah singkatan dari Satuan Mahasiswa yang dimana didalamnya terdapat sekelompok Mahasiswa yang mempunyai
satu pemikiran untuk bersama-sama berkarya guna memajukan bangsa dan dimulai dari mahasiswa itu sendiri. Pandangan masyarakat yang buruk
terhadap organisasi IPK dapat diubah dengan munculnya organisasi SATMA IPK dimana keseluruhan anggotanya berisikan mahasiswa yang
masih aktif di Perguruan Tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara organisasi masyarakat
IPK dengan SATMA IPK, dimana organisasi masyarakat IPK lebih mengutamakan otot dalam kegiatan organisasinya sedangkan SATMA IPK
lebih mengutamakan otak atau pemikirannya dalan kegiatan organisasinya. Ini dikarenakan seluruh anggota SATMA IPK berisikan mahasiswa yang
aktif di Perguruan Tinggi yang berada di ruang lingkup USU Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tinjauan Pustaka