9
dan substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.Apabila di kemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain daam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini di buat, maka hal tersebut dapat
diminta pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Asuransi
R. Wirjono Prodjodikoro mendefenisikan asuransi atau verzekering sebagai suatu pertanggungan yang melibatkan dua pihak, satu pihak sanggup
menanggung atau menjamin, dan pihak lain akan mendapat penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa,
yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.
33
HMN. Purwosutjipto juga mendefenisikan asuransi sebagai suatu perjanjian timbal-balik dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkannya, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu onzeker voorval.
34
Pasal 246 KUHD menyebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
33
R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: Intermasa, 2006, halaman 12
34
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6 Hukum Pertanggungan. Jakarta: Djambatan, 2006, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
10 keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tentu. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian juga
memberikan defenisi dari asuransi. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
35
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan danatau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana. Berdasarkan defenisi asuransi yang diberikan oleh Kitab Undang –
Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, terdapat perbedaan diantara keduanya dimana dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang menyebutkan bahwa suatu perjanjian asuransi hanyalah perjanjian yang melibatkan 2 pihak saja yaitu penanggung perusahaan
asuransi dan juga pihak tertanggung yang membayar premi asuransi. Selain itu,
35
Indonesia Perasuransian, Op.Cit, Pasal 1 angka 1
Universitas Sumatera Utara
11 unsur penting dari perjanjian asuransi ini ialah hanya menunjuk kepada asuransi
kerugian saja loss insurance yang objeknya hanya harta kekayaan saja.
36
Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah “UU Perbankan Syariah” menyebutkan bahwa kegiatan
usaha yang berdasarkan prinsip syariah, antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur :
Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian yang menyebutkan bahwa perjanjian asuransi tidak hanya
melibatkan 2 pihak saja penanggung dan tertangung tetapi juga pihak ketiga yang dipertanggungkan serta unsur peristiwa dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian ini tidak hanya merujuk kepada asuransi kerugian loss Insurance yang objeknya hanya harta kekayaan saja tetapi juga
merujuk kepada asuransi jiwa life insurance. Hal ini bisa dibuktikan dari kalimat “memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seorang yang dipertanggungkan”. Dengan kata lain dapat dikatakan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian memberikan defenisi
asuransi yang lebih luas bila dibandingkan dengan defenisi asuransi yang diberikan oleh Pasal 246 KUHD.
37
a. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah batil antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan fadhl, atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan
36
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, halaman 9.
37
Indonesia Perbankan Syariah, Undang-Undang tentang Perbankan Syariah, UU No. 21 Tahun 2008, LN Nomor 94 Tahun 2008, TLN Nomor 4867.
Universitas Sumatera Utara
12
Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu nasiah.
b. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan. c.
gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali
diatur lain dalam syariah. d.
haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau e.
zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
2. Asuransi Syariah Asuransi Takaful
Berdasarkan UU Perasuransian, asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan
perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara:
38
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. b.
Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaatyang besarnya
telah ditetapkan danatau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
3. Perusahaan Perasuransian
38
Indonesia Perasuransian, Op.Cit, Pasal 1, angka 2.
Universitas Sumatera Utara
13
Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan pialang
asuransi, perusahaan pialang reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian asuransi. Perusahaan Asuransi adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa.
39
4. Otoritas Jasa Keuangan OJK
Berdasarkan Undang-undnag Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan adalahLembaga Negarayang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
40
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan kontruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten.
Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.
F. Metode Penulisan