dan menyibukkan diri merupakan penyebab terbanyak yang dikeluhkan mahasiswa sebagai penyebab insomnia Suryantoro, Siswowiyoto Kuntari
2008. Tabel 5.5. merupakan prevalensi derajat insomnia pada seluruh responden.
Ditemukan dari seluruh responden yang mengalami insomnia ringan sebanyak 52 mahasiswa 43,3, yang mengalami insomnia sedang sebanyak 6 mahasiswa
5 dan yang mengalami insomnia berat hanya 1 mahasiswa atau 0,8 dari seluruh responden. Tingginya prevalensi insomnia derajat ringan pada penelitian
ini dikarenakan insomnia ringan biasanya dipicu oleh stress, suasana ramai atau berisik, perbedaan suhu udara, perubahan lingkungan sekitar, masalah jadwal
tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping pengobatan, dimana hal ini banyak dialami oleh mahasiswa. Pada insomnia sedang-berat biasanya disebabkan
oleh penyakit kronis, seperti diabetes, sakit ginjal, dan artritis Rafknowladge, 2004
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan mengenai prevalensikejadian insomnia pada mahasiswaFakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara tahun
2015 diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Prevalensi seluruh mahasiswa yang mengalami insomnia yaitu sebanyak 59 mahasiswa atau 49,2. Dimana hasil ini hampir sama
dengan mahasiwa yang tidak mengalami insomnia yaitu sebanyak 61 mahasiswa atau 50,8.
2. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu 30 laki-
laki atau 50 dari seluruh responden laki-laki dan 29 perempuan atau 48,3 dari seluruh responden perempuan.
3. Prevalensi angkatan terbanyak yang mengalami insomnia angkatan
2015 yaitu sebanyak 22 mahasiwa atau 73,3 dari seluruh responden angkatan tahun 2015. Diikuti oleh angkatan tahun 2012 yaitu sebanyak
15 mahasiswa atau 50 dari seluruh responden angkatan tahun 2012. Selanjutnya diikuti oleh angkatan 2013 yaitu sebanyak 13 mahasiswa
atau 43,3 dan pada angkatan 2014 sebanyak 9 mahasiswa atau 30 dari seluruh responden masing-masing angkatan.
4. Prevalensi derajat insomnia yang ditemukan dari seluruh responden
yang mengalami insomnia ringan sebanyak 52 mahasiswa atau 43,3, yang mengalami insomnia sedang sebanyak 6 mahasiswa atau 5 dan
yang mengalami insomnia berat hanya 1 mahasiswa atau 0,8 dari seluruh responden.
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :
1. Saran kepada mahasiswa untuk lebih mengatur pola tidur mereka
karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif, mood, hormon dan metabolisme, obesitas dan diabetes, kardiovaskular dan sistem imun.
2. Saran kepada peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian mengenai
kasus insomnia lebih lanjut lagi dengan sampel yang lebih bervariasi atau di tempat penelitian yang lain
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tidur
2.1.1.Definisi Tidur Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma, yang merupakan keadaan bawah
sadar saat orang tersebut tidak dapat dibangunkan Guyton Hall, 2007. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum dimana terjadi keadaan
kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya fluktuasi yang dinamik pada
parameter susunan saraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan metabolik. Kegunaan tidur belum sepenuhnya diketahui, tetapi tidur merupakan proses penting dalam
konsolidasi ingatan serta proses penyembuhan Bae and Schaefer, 2005. Menurut Schupp dan Hanning 2003, tidur adalah keadaan tidak sadarkan
diri yang reversibel dimana otak kurang responsif terhadap rangsangan eksternal. Saat tidur kita akan mengalami buta fungsional dengan tidak ada respon terhadap
rangansangan visual dan penurunan ambang respon terhadap rangsangan pendengaran. Bayi bisa mendengar suara hingga 100 dB, yang telah melewati
batas perlindungan untuk karyawan, tanpa terbangun. Pada orang dewasa, proses selektif dari fungsi kortikal akan berlangsung ketika tertidur. Sebagai contoh,
seorang ibu terbangun karena bayinya menangis tapi tidak terbangun karena suara keras lainnya.
Tidur adalah keadaan pikiran dan tubuh yang berbeda dimana tubuh beristirahat secara tenan, aktivitas metabolisme tubuh menurun, dan pikiran
menjadi tidak sadar terhadap dunia luar Chopra, 2003.