Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Sematera Utara Tahun 2015
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Anugrah Octa Pamungkas
NIM : 120100021
Tempat, Tanggal Lahir : Aekkanopan, 25 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tali Air, Perumahan Bella Vista Blok B No.13, KelurahanMangga, Medan Tuntungan, 20141
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Email : oct.ahasibuan10@gmail.com Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Aekkanopan 2000-2001 2. SD Negeri 112264 Damuli Pekan 2001-2007 3. SMP Swasta Sultan Hasanuddin Aekkanopan 2007-2010 4. SMA Swasta Plus Al-Azhar Medan 2010-2012
(2)
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
“Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015„‟
Oleh :
Anugrah Octa Pamungkas
Saya adalah mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk megetahui prevalensi kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Saya mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuesioner yang akan saya berikan adalah kuesioner insomnia severity index. Anda dapat menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, semua informasi yang anda berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini. Jika anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka silahkan anda menandatangani formulir persetujuan ini.
Medan, September 2015
Peneliti Responden
(3)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
“Informed Consent” Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
NIM :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang berjudul “Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015”.
Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.
Medan, ……… 2015
Peneliti Responden
(4)
Lampiran 3
Insomnia Severity Index
Nama :
NIM :
Jenis Kelamin :
No Responden :
Tanggal Wawancara :
Berilah jawaban pada setiap pertanyaan ini dengan memberi tanda centang () pada jawaban yang paling menggambarkan pola tidur anda pada minggu terakhir. Jawablah semua pertanyaan.
No Tidak ada Ringan Sedang Berat Sangat
Berat 1 Silahkan menilai
tingkat keparahan insomnia anda yang terjadi pada minggu terakhir :
Kesulitan memulai tidur
Kesulitan mempertaha nkan tidur
Terbangun lebih awal
Sangat Puas
Puas Netral Tidak
puas
Sangat Tidak
Puas 2 Seberapa puas
/tidak puaskah anda terhadap pola tidur akhir-akhir ini ?
(5)
Tidak meng- ganggu sama sekali Sedikit meng- ganggu Agak meng- Ganggu Meng- ganggu Sangat Meng- ganggu
3 Sejauh mana gangguan tidur tersebut
mengganggu aktivitas anda sehari-hari (seperti merasa lelah pada siang hari, menurunnya kinerja sehari-hari) ? Tidak ber-pengaruh sama sekali Sedikit berpengaruh Agak ber-pengaruh Ber-pengaruh Sangat ber-pengaruh
4 Menurut orang lain, seberapa jelas / nyatakah gangguan tidur ini mempengaruhi kualitas hidup anda? Tidak cemas sama sekali Sedikit berpengaruh Agak ber-pengaruh Ber-pengaruh Sangat ber-pengaruh
5 Seberapa cemas / tertekankah anda terhadap gangguan tidur yang sedang anda alami ?
(6)
(7)
(8)
No. Resp
Pertanyaan Insomnia JK
1=laki-laki 2=perempuan
Angk. 1=2012 2=2013 3=2014 4=2015
Jlh Skor P1a P1b P1c P2 P3 P4 P5
1 2 2 0 3 3 3 1 1 1 14
2 1 1 2 2 1 1 0 1 1 8
3 4 0 4 4 4 3 3 1 1 22
4 1 0 1 1 1 1 0 1 1 5
5 0 2 0 3 2 1 2 1 1 10
6 1 0 1 1 0 0 0 1 1 3
7 2 1 2 3 2 1 1 1 1 12
8 2 1 0 1 1 1 1 1 1 7
9 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1
10 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1
11 3 2 2 3 2 0 2 1 1 14
12 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
13 1 0 2 2 1 1 1 1 1 8
14 2 0 0 2 0 0 0 1 1 4
15 3 1 2 2 2 1 1 1 1 12
16 0 0 0 2 1 0 0 2 1 3
17 0 0 0 2 1 1 0 2 1 4
18 2 0 1 3 3 2 2 2 1 13
19 2 2 1 2 1 1 1 2 1 10
20 1 1 1 2 1 2 1 2 1 9
21 0 3 2 2 1 2 1 2 1 11
22 0 0 1 1 1 1 1 2 1 5
23 0 0 0 2 1 1 0 2 1 4
24 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0
(9)
26 2 0 1 1 1 2 1 2 1 8
27 2 2 1 2 0 1 0 2 1 8
28 1 1 1 1 1 0 0 2 1 5
29 0 0 1 1 0 0 0 2 1 2
30 2 0 0 3 2 2 1 2 1 10
31 1 0 1 0 0 1 0 1 2 3
32 0 0 2 2 0 1 0 1 2 5
33 0 0 1 2 0 2 2 1 2 7
34 1 1 2 1 2 1 0 1 2 8
35 1 1 3 2 2 2 2 1 2 13
36 0 2 1 2 1 1 1 1 2 8
37 0 0 1 1 0 0 0 1 2 2
38 1 1 1 3 1 1 0 1 2 8
39 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1
40 2 0 0 2 2 0 2 1 2 8
41 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0
42 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1
43 0 0 0 1 1 1 0 1 2 3
44 3 0 0 3 2 1 0 1 2 9
45 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1
46 2 2 4 3 2 2 2 2 2 17
47 0 0 1 1 0 0 1 2 2 3
48 2 1 1 2 2 1 1 2 2 10
49 0 0 0 1 1 4 1 2 2 7
50 3 1 2 3 3 2 3 2 2 17
51 2 2 1 2 2 2 2 2 2 13
52 2 2 3 1 1 0 0 2 2 9
53 0 0 0 1 2 1 1 2 2 5
54 0 0 0 0 1 0 0 2 2 1
(10)
56 1 0 0 3 0 0 0 2 2 4
57 2 1 2 2 1 0 1 2 2 9
58 0 1 0 1 1 1 1 2 2 5
59 0 1 1 1 2 2 2 2 2 9
60 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0
61 0 0 0 3 2 2 1 1 3 8
62 1 1 1 1 2 1 2 1 3 9
63 1 0 0 1 0 1 1 1 3 4
64 0 0 0 2 1 0 0 1 3 3
65 0 0 0 3 2 0 1 1 3 6
66 0 0 3 3 2 0 0 1 3 8
67 0 0 1 3 1 0 2 1 3 7
68 0 0 2 1 0 2 0 1 3 5
69 0 0 0 2 0 4 3 1 3 9
70 2 0 0 4 3 1 2 1 3 12
71 1 2 0 2 1 1 1 1 3 8
72 0 0 0 2 0 0 0 1 3 2
73 1 0 2 1 0 1 0 1 3 5
74 0 0 0 1 0 1 1 1 3 3
75 0 2 3 3 2 3 1 1 3 14
76 0 1 1 1 1 1 1 2 3 6
77 0 0 0 3 2 1 1 2 3 7
78 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1
79 1 0 0 3 2 2 1 2 3 9
80 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1
81 0 0 0 0 0 0 0 2 3 0
82 0 0 0 2 1 0 0 2 3 3
83 0 0 0 2 0 0 0 2 3 2
84 0 0 1 2 0 0 0 2 3 3
(11)
86 0 0 0 2 0 0 0 2 3 2
87 0 0 1 1 1 1 0 2 3 4
88 2 0 1 2 2 0 0 2 3 7
89 1 0 1 1 1 1 1 2 3 6
90 0 0 2 2 3 2 0 2 3 9
91 0 0 0 0 0 0 0 1 4 0
92 3 1 1 3 3 3 2 1 4 16
93 2 1 1 2 0 0 1 1 4 7
94 1 1 2 2 2 1 2 1 4 11
95 0 1 2 2 0 1 0 1 4 6
96 1 1 2 3 1 0 0 1 4 8
97 2 0 2 2 1 1 1 1 4 9
98 2 2 3 3 1 2 1 1 4 14
99 0 0 1 2 0 0 0 1 4 3
100 1 0 1 1 1 1 0 1 4 5
101 1 2 2 2 1 1 0 1 4 9
102 3 2 3 2 4 3 4 1 4 21
103 0 0 0 0 0 0 0 1 4 0
104 2 2 2 3 2 2 3 1 4 16
105 2 3 1 0 2 0 1 1 4 9
106 1 1 2 2 1 2 1 2 4 10
107 2 2 0 3 1 0 0 2 4 8
108 3 2 1 3 2 1 1 2 4 13
109 1 0 0 1 0 2 0 2 4 4
110 1 1 1 2 2 1 1 2 4 9
111 2 2 4 1 2 1 2 2 4 14
112 2 2 4 1 2 1 2 2 4 14
113 0 1 0 1 0 1 1 2 4 4
114 3 1 2 3 4 3 3 2 4 19
(12)
116 2 2 1 2 1 2 1 2 4 11
117 1 1 1 2 1 2 1 2 4 9
118 2 1 1 3 2 3 2 2 4 14
119 2 1 2 2 1 1 2 2 4 11
(13)
Frequencies
Statistics
Jenis kelamin
responden Angkatan
Derajat
insomnia insomnia/tidak
N Valid 120 120 120 120
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis kelamin responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 60 50.0 50.0 50.0
Perempuan 60 50.0 50.0 100.0
Total 120 100.0 100.0
Angkatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2012 30 25.0 25.0 25.0
2013 30 25.0 25.0 50.0
2014 30 25.0 25.0 75.0
2015 30 25.0 25.0 100.0
Total 120 100.0 100.0
Derajat insomnia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak insomnia 61 50.8 50.8 50.8
insomnia ringan 52 43.3 43.3 94.2
insomnia sedang 6 5.0 5.0 99.2
insimnia berat 1 .8 .8 100.0
(14)
insomnia/tidak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak insomnia 61 50.8 50.8 50.8
insomnia 59 49.2 49.2 100.0
Total 120 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Angkatan * Jenis kelamin
responden 120 100.0% 0 0.0% 120 100.0%
Angkatan * Jenis kelamin responden Crosstabulation
Jenis kelamin responden
Total Laki-laki Perempuan
Angkatan 2012 Count 15 15 30
% within Angkatan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 25.0% 25.0% 25.0%
% of Total 12.5% 12.5% 25.0%
2013 Count 15 15 30
% within Angkatan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 25.0% 25.0% 25.0%
% of Total 12.5% 12.5% 25.0%
2014 Count 15 15 30
% within Angkatan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 25.0% 25.0% 25.0%
% of Total 12.5% 12.5% 25.0%
2015 Count 15 15 30
(15)
% within Jenis kelamin
responden 25.0% 25.0% 25.0%
% of Total 12.5% 12.5% 25.0%
Total Count 60 60 120
% within Angkatan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Derajat insomnia * Jenis
kelamin responden 120 100.0% 0 0.0% 120 100.0%
Derajat insomnia *
Angkatan 120 100.0% 0 0.0% 120 100.0%
Derajat insomnia * Jenis kelamin responden Crosstabulation
Jenis kelamin responden
Total Laki-laki
Perempua n Derajat
insomnia
tidak insomnia Count 30 31 61
% within Derajat
insomnia 49.2% 50.8% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 50.0% 51.7% 50.8%
% of Total 25.0% 25.8% 50.8%
insomnia ringan Count 26 26 52
% within Derajat
insomnia 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 43.3% 43.3% 43.3%
(16)
insomnia sedang
Count 3 3 6
% within Derajat
insomnia 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 5.0% 5.0% 5.0%
% of Total 2.5% 2.5% 5.0%
insimnia berat Count 1 0 1
% within Derajat
insomnia 100.0% 0.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 1.7% 0.0% 0.8%
% of Total 0.8% 0.0% 0.8%
Total Count 60 60 120
% within Derajat
insomnia 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
responden 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Derajat insomnia * Angkatan Crosstabulation
Angkatan
Total 2012 2013 2014 2015
Derajat insomnia
tidak insomnia Count 15 17 21 8 61
% within Derajat
insomnia 24.6% 27.9% 34.4% 13.1%
100.0 % % within Angkatan 50.0% 56.7% 70.0% 26.7% 50.8% % of Total 12.5% 14.2% 17.5% 6.7% 50.8% insomnia
ringan
Count 14 11 9 18 52
% within Derajat
insomnia 26.9% 21.2% 17.3% 34.6%
100.0 % % within Angkatan 46.7% 36.7% 30.0% 60.0% 43.3%
% of Total 11.7% 9.2% 7.5% 15.0% 43.3%
insomnia sedang
Count 0 2 0 4 6
% within Derajat
insomnia 0.0% 33.3% 0.0% 66.7%
100.0 % % within Angkatan 0.0% 6.7% 0.0% 13.3% 5.0%
(17)
% of Total 0.0% 1.7% 0.0% 3.3% 5.0%
insimnia berat Count 1 0 0 0 1
% within Derajat insomnia
100.0
% 0.0% 0.0% 0.0%
100.0 % % within Angkatan 3.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.8%
% of Total 0.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.8%
Total Count 30 30 30 30 120
% within Derajat
insomnia 25.0% 25.0% 25.0% 25.0%
100.0 % % within Angkatan 100.0
% 100.0 % 100.0 % 100.0 % 100.0 % % of Total
25.0% 25.0% 25.0% 25.0% 100.0 % Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
insomnia/tidak * Jenis
kelamin responden 120 100.0% 0 0.0% 120 100.0%
insomnia/tidak * Angkatan 120 100.0% 0 0.0% 120 100.0%
insomnia/tidak * Jenis kelamin responden Crosstabulation
Jenis kelamin responden
Total Laki-laki Perempuan
insomnia/tidak tidak insomnia Count 30 31 61
% within insomnia/tidak 49.2% 50.8% 100.0% % within Jenis kelamin
responden 50.0% 51.7% 50.8%
% of Total 25.0% 25.8% 50.8%
insomnia Count 30 29 59
% within insomnia/tidak 50.8% 49.2% 100.0% % within Jenis kelamin
responden 50.0% 48.3% 49.2%
(18)
Total Count 60 60 120 % within insomnia/tidak 50.0% 50.0% 100.0% % within Jenis kelamin
responden 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
insomnia/tidak * Angkatan Crosstabulation
Angkatan
Total 2012 2013 2014 2015
insomnia/tid ak
tidak insomnia
Count 15 17 21 8 61
% within
insomnia/tidak 24.6% 27.9% 34.4% 13.1% 100.0% % within Angkatan 50.0% 56.7% 70.0% 26.7% 50.8%
% of Total 12.5% 14.2% 17.5% 6.7% 50.8%
insomnia Count 15 13 9 22 59
% within
insomnia/tidak 25.4% 22.0% 15.3% 37.3% 100.0% % within Angkatan 50.0% 43.3% 30.0% 73.3% 49.2%
% of Total 12.5% 10.8% 7.5% 18.3% 49.2%
Total Count 30 30 30 30 120
% within
insomnia/tidak 25.0% 25.0% 25.0% 25.0% 100.0% % within Angkatan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 25.0% 25.0% 25.0% 25.0% 100.0%
(19)
35
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association, 2013.Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition, DSM-V. Arlington, VA: American Psychiatric Association, 362 -367.
Atmadja B.W., 2010. Fisiologi Tidur. Available from :http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72430&val=4914. [Accessed 12 April 2015].
Ayas, N.T., White, D.P., Manson, J.E., 2003. A prospective study of sleep duration and coronary heart disease in women. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Bae, C.J., Schaefer, N.F., 2005. Normal Human Sleep. In : Carney, P.R., Berry, R.B., Geyer, J.D., 2005. Clinincal Sleep Disorder. Lippincot William & Wilkins: Philadelphia, 29-37.
Brown, W.D., 2009. Insomnia: Prevalence and Daytime Consequences. In : Lee-Chiong, T.L., 2009. Sleep Medicine Esentials. Division of Sleep Medicine, Department of Medicine, National Jewish Health, University of Colorado Denver School of Medicine: Denver, Colorado, 23-25.
Buboltz, W.C., Jr, Brown, F., Soper, B., 2001. Sleep habits and patterns of college students. In : Sing, C.Y. dan Wong, W.S., 2010.Prevalence of insomnia and its psychosocial correlates among college students in Hong Kong. Department of Psychological Studies, The Hongkong Institute of Education. Hongkong.
Carskadon, M.A., Dement, W.C. (2011). Monitoring and staging human sleep. Available from ;
Centre for Clinical Intervention, 2008. Facts about sleep. Available from:http://www.cci.health.wa.gov.au/resources/infopax_doc.cfm?Mini_ID =50. [Accessed 12 April 2015].
(20)
36
Chawla, J, 2014. Insomnia. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1187829-overview#aw2aab6b2b3. [Accesed 18 April 2015].
Chopra, D, 2003. Tidur nyenyak, mengapa tidak?ucapkan selamat tinggal pada insomnia. Ikon Teralita: Yogyakarta, 1-3.
Dement, W.C., Vaughan, C.C., 1999. The Promise of Sleep. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Dewi, S.K., 2008. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan prevalensi kurang tidur kronis pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Available from :https://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/18.pdf.[Accesed 18 April 2015].
Gami. A.S., Howard, D.E., Olson, E.J., Somers, V.K., 2005. Day-nightpattern of sudden death in obstructive sleep apnea. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Gay, L.R., Diehl, P.L., 1992, Research Methods for Business and Management, New York:MacMillan Publishing Company.
Guyton, C.A., Hall, J.E., 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11st ed. Jakarta:EGC, 777-778 .
Hershner, S.D., Chervin, R.D., 2014. Causes and consequences of sleepiness among college students. Natural and Science of Sleep 2014:6 72-84. http://apsychoserver.psych.arizona.edu/jjbareprints/psyc501a/readings/Cars kadon%20Dement%202011.pdf. [Accesed 12 April 2015].
http://libir1.ied.edu.hk/pubdata/ir/link/pub/prevalence%20of%20insomnia_J ACH_29042010%20_finalized_.pdf. [Accessed 18 April 2015].
http://staging.aesnet.org/files/dmfile/Saper1.pdf. [Accesed 18 April 2015]. Imadudin, M.I., 2012. Prevalen insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan
2011 pada tahun 2012. Available from
:http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25616/1/Mohama d%20ibnu%20imadudin%20-%20fkik.pdf. [Acessed 18 April 2015].
(21)
37
Japardi, Iskandar, 2002. Gangguan Tidur. Available from : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf
[Accesed 25 Mei 2015].
Jensen, D.R., 2003. Understanding sleep disorders in a college student population. In : Sing, C.Y. dan Wong, W.S., 2010.Prevalence of insomnia and its psychosocial correlates among college students in Hong Kong. Department of Psychological Studies, The Hongkong Institute of Education. Hongkong.
Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Kuo, A.A.2001. Does sleep deprivation impair cognitive and motor performance as much as alcohol intoxication?. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Lindberg, E., Janson, C., Gislason, T., Bjornsson, E., Hetta, J., Boman, G., 1997. Sleep disturbances in young adult population : can gender differences be explained by differences in psychological status?. American Sleep Disorder Association and Sleep Research Society: 20(6), 381-387.
Moul, D.E. and Buysee, D.J. , 2009. Evaluation of Insomnia. In : Lee-Chiong, T.L., 2009. Sleep Medicine Esentials. Division of Sleep Medicine, Department of Medicine, National Jewish Health, University of Colorado Denver School of Medicine: Denver, Colorado, 31-35.
National Sleep Foundation. Backgrounder: Why Sleep Matters. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Nishizawa, S., Benkelfat, C., Young, S.N., Leyton, M., Mzengeza, S., De Montigny, C., Blier, P., Diksic, M., 1997. Differences between males and females in rates of serotonin synthesis in human brain. Montreal Neurological Institute: Proc. Natl. Acad. Sci. USA. Vol. 94, pp 5308-5313. Rafknowledge, 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, Jakarta: PT. Elex
(22)
38
Rama, A.N., Cho, S.C., Kushida, C.A., 2009. Normal Human Sleep. In : Lee-Chiong, T.L., 2009. Sleep Medicine Esentials. Division of Sleep Medicine,Department of Medicine, National Jewish Health, University of Colorado Denver School of Medicine: Denver, Colorado, 1-4.
Rosansky, S.J.; Menachery, S.J., Whittman, D., Rosenberg, J.C., 1996. The relationship between sleep deprivationand the nocturnal decline of blood pressure. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Saper, C.B., Scammell, T.E., Lu, J., 2005. Hypothalamic regulation of sleep andcircadian rhythms. Available from :
Schupp, M., and Hanning, C.D., 2003. Physiology of sleep. Available from : http://ceaccp.oxfordjournals.org/content/3/3/69.full.pdf. [Acessed 12 April 2015].
Spiegel, K., Leproult, R., Van Cauter, E., 1999. Impact of sleep debt on metabolic and endocrine function. In : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Spiegel, K., Sheridan, J.F., Van Cauter, E.,2002. Effect of sleep deprivation on response to immunization.Dalam : Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Stepanski, E.J., 2009. Causes of Insomnia. In : Lee-Chiong, T.L., 2009. Sleep Medicine Esentials. Division of Sleep Medicine, Department of Medicine, National Jewish Health, University of Colorado Denver School of Medicine, Denver, Colorado: 27-30.
Susilo, Y., Wulandari, A., 2011. Cara Jitu Mengatasi Insomnia. Andi Publisher : Indonesia, 1-3.
Taylor, S.E., Klein, L.C., Lewis, B.P., Gruenewald, T.L., Gurung, R.A.R., Updegraff, J.A., 2000. Biobehavioral responses to stress in females:
(23)
tend-39
and-befriend, not fight-or-flight. University of California: Los Angeles, 411-429.
Tsai, L., Li, S., 2004. Sleep patterns in college students: Gender and grade differences.In : Sing, C.Y. dan Wong, W.S., 2010.Prevalence of insomnia and its psychosocial correlates among college students in Hong Kong. Department of Psychological Studies, The Hongkong Institute of Education. Hongkong. Available from :
Van Cauter, E., Leproult, R., Plat, L., 2000. Age-related changes inslow wave sleep and REM sleep and relationship withgrowth hormone and cortisol levels in healthy men. In: Kryger, M. dan Zee, P.,. 2006.Sleep-Wake Cycle:Its Physiology and Impact on Health. National Sleep Foundation. Washington, DC.
Zhang, L., Samet, J., Caffo, B., Punjabi, N.M., 2006. Cigarette smoking and nocturnal sleep architecture. American Journal of Epidemiology. Available from : http://aje.oxfordjournals.org/content/164/6/529.long [Acessed 12 April 2015].
(24)
21
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara tahun 2015” adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
PrevalensiKejadian Insomnia
Jenis Kelamin
Derajat Insomnia
Tahun Angkatan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(25)
22
3.2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Mahasiswa Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester I,III,V, dan VII
Wawancara Kuesioner Nominal
Kejadian Insomnia
segala keluhan berupa kesulitan untuk memulai tidur. kesulitan mempertahankan tidur, atau merasa tidak bugar ketika bangun tidur yang dialami responden
Kategori :
Insomnia
Tidak Insomnia
Wawancara Kuesioner InsomniaS everity Index
Nominal
Jenis kelamin Karakteristik biologis dan fisiologis yang membedakan mahasiswa di universitas menjadi
dua kelompok,
mahasiswa dan
mahasiswi Kategori :
Laki-laki
Perempuan
Wawancara Kuesioner Nominal
Derajat Insomnia
Segala keluhan berupa kesulitan untuk memulai tidur. kesulitan
Wawancara Kuesioner InsomniaS everity Index
(26)
23
mempertahankan tidur, atau merasa tidak bugar ketika bangun tidur yang dialami responden.yang dibedakan berdasarkan keparahannya
Kategori :
0 – 7 : Tidak ada insomnia
8 – 14 : Insomnia ringan
15 – 21 : Insomnia sedang
22 – 28 : Insomnia berat
Tahun Angkatan
Tahun ketika mahasiswa memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Kategori :
2012
2013
2014
2015
(27)
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dimana penelitian ini menggambarkan prevalensi kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Variabel dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan dalam satu kali pengukuran dengan tidak melakukan intervensi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan pengambilan data dilakukan pada bulan September – November 2015.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan populasi terjangkau adalah seluruh mahasiswa Program Studi S-1 Pendidikan Dokter semester I, III, V, dan VII.
4.3.2. Sampel Penelitian
Rumus besar sampel minimal yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
n =Zα 2PQ d2
Keterangan :
n : Besar Sampel Zα : 1,96
(28)
25
Q : 1-P
D : tingkat ketepatan absolut yang ditetapkan = 0,1
n =Zα 2PQ d2 n =1.96
2x0,5x 1−0,5 O, 12
= 97 = 120
Dengan demikian jumlah sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 97 orang, dan akan dibulatkan menjadi 120 orang. Menurut Gay dan Diehl (1992) semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digeneralisasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probality sampling yaitu quota sampling. Sampel diambil dari empat angkatan dimana dari setiap angkatan diambil 30 orang, selanjutnya sampel dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin sehingga jumlah sampel untuk setiap kelompok adalah lima belas orang.
4.3.3. Kriteria Penelitian A. Kriteria Inklusi
Aktif dalam perkuliahan.
Bersedia ikut dalam penelitian B. Kriteria Eksklusi
Menggunakan obat-obatan yang dapat menyebabkan insomnia, seperti : Beta-blocker, Corticosteroids, SSRI, anti H1 second-generation dan statins.
Menderita penyakit yang dapat mengganggu proses tidur, seperti : restless leg syndrome, arthritis, kanker, diabetes melitus, diabetes insipidus, OSA, penyakit ginjal kronis, dan cluster headache.
(29)
26
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh mahasiswa yang telah memenuhi kriteria inklusi akan mengisi lembar persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas dimasukkan sebagai subjek penelitian. Responden akan diwawancarai dengan Insomnia Severity Index yang telah divalidasi penggunaannya di Indonesia, dan selanjutnya skor Insomnia Severity Index akandiinterpretasi untuk mengetahui derajat kejadian insomnia responden. Kemudian dilihat berapakah prevalensi kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa hal :
1. Editing, yaitu pencocokkan, pengecekan dan perbaikan isian dari kuesioner.
2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah proses analisis data.
3. Entry, yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer. 4. Cleaning, yaitu mengecek kembali data-data untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
5. Analyzing, yaitu menganalisis data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan komputer dengan menggunakan program SPSS. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat yang merupakan cara analisis pada penelitian deskriptif. Analisis ini dilakukan untuk menggambarkam setiap variabel yang diteliti dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.
(30)
27
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian deskriptif ini dilakukan dari tanggal 1 September 2015 sampai 30 November 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang berlokasi di Jl. dr. T. Mansyur No. 5, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, 21055.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012, 2013, 2014 dan 2015 didapatkan sampel sebanyak 120 orang. Profil sampel yang diamati adalah jenis kelamin, tahun angkatan, kejadian insomnia dan derajat insomnia. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat distribusi karakteristik responden penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel
Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin
- Laki-laki 60 50,0
- Perempuan 60 50,0
Angkatan
- 2012 30 25
- 2013 30 25
- 2014 30 25
(31)
28
Pada tabel 5.1. dapat diketahui bahwasannya sampel laki-laki diwakili oleh 60 mahasiswa (50%) dan sampel perempuan diwakili oleh 60 mahasiswi (50%). Berdasarkan tahun angkatan yaitu tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015 diwakili masing-masing oleh 30 mahasiswa (25%).
5.1.3. Prevalensi Insomnia
Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan kejadian insomnia yang dibagi menjadi insomnia dan tidak insomnia dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut :
Tabel 5.2. Distribusi responden terhadap kejadian insomnia
Kelompok Jumlah (Orang) Persentase (%)
Insomnia 59 49,2
Tidak Insomnia 61 50,8
Total 120 100
Pada tabel 5.2. menunjukkan 59 mahasiwa (49,2%) mengalami insomnia dan yang tidak mengalami insomnia 61 mahasiswa (50,8%).
Kejadian insomnia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat tabel distribusi sebagai berikut :
Tabel 5.3. Distribusi kejadian insomnia berdasarkan jenis kelamin
Kelompok Laki-laki
n (n%)
Perempuan n (n%)
Total n (n%)
Insomnia 30 (25) 29 (24,2) 59 (49,2)
Tidak insomnia 30 (25) 31 (25,8) 61 (50,8)
(32)
29
Pada tabel 5.3. menunjukkan dari 59 mahasiwa (49,2%) yang mengalami insomnia terdapat sebanyak 30 responden laki-laki (25%) dan 29 responden perempuan (24,2%) dan 61 mahasiswa (50,8%) yang tidak mengalami insomnia terdapat sebanyak 30 responden laki-laki (25%) dan 31 responden perempuan (25,8%) .
Kejadian insomnia berdasarkan tahun angkatandapat dilihat tabel distribusi sebagai berikut :
Tabel 5.4. Distribusi kejadian insomnia berdasarkan tahun angkatan
Tahun Angkatan Insomnia n (n%)
Tidak insomnia n (n%)
Total n (n%)
2012 15 (12,5) 15 (12,5) 30 (25)
2013 13 (10,8) 17 (14,2) 30 (25)
2014 9 (7,5) 21 (17,5) 30 (25)
2015 22 (18,3) 8 (6,7) 30 (25)
Total 59 (49,2) 61 (50,8) 120 (100)
Pada tabel 5.4. menunjukkan angkatan terbanyak yang mengalami insomnia adalah angkatan 2015 sebanyak 22 mahasiswa (18,3%) diikuti angkatan 2012 sebanyak 15 mahasiswa (12,5%) dan selanjutnya angkatan 2013 sebanyak 13 mahasiswa (10,8%) dan terakhir angkatan 2014 sebanyak 9 mahasiswa (7,5%).
Pada penelitian ini kejadian insomnia juga diukur berdasarkan derajat keparahannya. Berdasarkan derajat keparahan dapat dibagi menjadi tidak insomnia, insomnia ringan, insomnia sedang dan insomnia berat yang dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut :
(33)
30
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan derajat insomnia
Derajat Insomnia Jumlah (Orang) Persentase (%)
Tidak Insomnia 61 50,8
Insomnia Ringan 52 43,3
Insomnia Sedang 6 5,0
Insomnia Berat 1 0,8
Total 120 100
Pada tabel 5.5. menunjukkan sebanyak 61orang (50,8%) yang tidak mengalami insomnia, 52 orang (43.3%) mahasiswa yang mengalami insomnia ringan, 6 orang (5%) mahasiswa yang mengalami insomnia sedang dan 1 orang (0,8%).mahasiswa yang mengalami insomnia berat.
5.2. Pembahasan
Tabel 5.1. merupakan karakteristik seluruh responden. Dimana pada penelitian ini diwakilkan oleh 30 mahasiswa pada setiap angkatan yang merupakan 25% dari seluruh responden yang dibagi lagi menjadi 15 laki-laki dan 15 perempuan yang merupakan masing-masing jenis kelamin atau 12,5% dari seluruh responden.
Tabel 5.2. merupakan prevalensi seluruh mahasiswa yang mengalami insomnia yaitu sebanyak 59 mahasiswa atau 49,2%. Dimana hasil ini hampir sama dengan mahasiwa yang tidak mengalami insomnia yaitu sebanyak 61 mahasiswa atau 50,8%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imadudin (2012), dari 96 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatulllah terdapat 48 (50%) orang yang didiagnosis menderita insomnia. Hal ini diakibatkan karena mahasiswa yang kuliah di bidang medis mempunyai stressor dan kecemasan yang lebih besar akibat padatnya jadwal perkuliahan dan praktikum serta banyaknya tugas yang dihadapi.
Tabel 5.3. merupakan prevalensi mahasiwa yang mengalami insomnia berdasarkan jenis kelamin dan ditemukan prevalensi antara laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu 30 laki atau 50% dari seluruh responden
(34)
laki-31
laki dan 29 perempuan atau 48,3% dari seluruh responden perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imadudin (2012) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatulllah menunjukkan bahwa proporsi responden yang mengalami insomnia pada laki-laki sebanyak 68% dari total 25 sampel laki-laki, sedangkan pada perempuan didapatkan sebanyak 43,6% dari total 71 sampel perempuan yang mengalami insomnia. Hal ini diasumsikan karena pola hidup pada mahasiswa laki-laki lebih beresiko mengalami insomnia, seperti : merokok, tidur larut malam, minum kopi dan sebagainya. Menurut Zhang et al (2009), perokok membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dibanding orang yang tidak merokok. Hal ini terjadi karena nikotin yang merangsang saraf simpatis akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit setelah merokok, tetapi reseptor nikotin di otak seorang pecandu seolah menagih nikotin, sehingga mengganggu proses tidur.
Tabel 5.4. merupakan prevalensi mahasiswa yang mengalami insomnia berdasarkan tahun angkatan. Ditemukan angkatan terbanyak yang mengalami insomnia angkatan 2015 yaitu sebanyak 22 mahasiwa atau 73,3% dari seluruh responden angkatan tahun 2015, diikuti oleh angkatan tahun 2012 yaitu sebanyak 15 mahasiswa atau 50% dari seluruh responden angkatan tahun 2012. Selanjutnya diikuti oleh angkatan 2013 yaitu sebanyak 13 mahasiswa atau 43,3% dan pada angkatan 2014 sebanyak 9 mahasiswa atau 30% dari seluruh responden masing-masing angkatan.
Angkatan 2015 merupakan angkatan termuda, dimana menurut Hershner dan Chervin (2014) pada usia tersebut sedang mengalami masa transisi pada ritme sirkadian sehingga mempengaruhi sleep hygiene. Angkatan 2015 juga sedang mengalami adaptasi proses perkuliahan, sedangkan pada angkatan 2012 tingginya insomnia diasumsikan karena sedang dalam masa pengerjaan Karya Tulis Ilmiah dan padatnya jadwal perkuliahan. Dimana kedua hal ini dalam penyusunannya juga dapat meyebabkan beban pikiran, kecemasan, kekhawatiran dan ketegangan yang dapat menyebabkan insomnia. Kecemasan yang dialami oleh seorang mahasiswa, disebabkan karena situasi evaluatif dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam dan menegangkan (Fausiah & Widury, 2006). Beban pikiran
(35)
32
dan menyibukkan diri merupakan penyebab terbanyak yang dikeluhkan mahasiswa sebagai penyebab insomnia (Suryantoro, Siswowiyoto & Kuntari 2008).
Tabel 5.5. merupakan prevalensi derajat insomnia pada seluruh responden. Ditemukan dari seluruh responden yang mengalami insomnia ringan sebanyak 52 mahasiswa (43,3%), yang mengalami insomnia sedang sebanyak 6 mahasiswa (5%) dan yang mengalami insomnia berat hanya 1 mahasiswa atau 0,8% dari seluruh responden. Tingginya prevalensi insomnia derajat ringan pada penelitian ini dikarenakan insomnia ringan biasanya dipicu oleh stress, suasana ramai atau berisik, perbedaan suhu udara, perubahan lingkungan sekitar, masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping pengobatan, dimana hal ini banyak dialami oleh mahasiswa. Pada insomnia sedang-berat biasanya disebabkan oleh penyakit kronis, seperti diabetes, sakit ginjal, dan artritis (Rafknowladge, 2004)
(36)
33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan mengenai prevalensikejadian insomnia pada mahasiswaFakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara tahun 2015 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Prevalensi seluruh mahasiswa yang mengalami insomnia yaitu sebanyak 59 mahasiswa atau 49,2%. Dimana hasil ini hampir sama dengan mahasiwa yang tidak mengalami insomnia yaitu sebanyak 61 mahasiswa atau 50,8%.
2. Prevalensi antara laki dan perempuan hampir sama yaitu 30 laki-laki atau 50% dari seluruh responden laki-laki-laki-laki dan 29 perempuan atau 48,3% dari seluruh responden perempuan.
3. Prevalensi angkatan terbanyak yang mengalami insomnia angkatan 2015 yaitu sebanyak 22 mahasiwa atau 73,3% dari seluruh responden angkatan tahun 2015. Diikuti oleh angkatan tahun 2012 yaitu sebanyak 15 mahasiswa atau 50% dari seluruh responden angkatan tahun 2012. Selanjutnya diikuti oleh angkatan 2013 yaitu sebanyak 13 mahasiswa atau 43,3% dan pada angkatan 2014 sebanyak 9 mahasiswa atau 30% dari seluruh responden masing-masing angkatan.
4. Prevalensi derajat insomnia yang ditemukan dari seluruh responden yang mengalami insomnia ringan sebanyak 52 mahasiswa atau 43,3%, yang mengalami insomnia sedang sebanyak 6 mahasiswa atau 5% dan yang mengalami insomnia berat hanya 1 mahasiswa atau 0,8% dari seluruh responden.
(37)
34
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :
1. Saran kepada mahasiswa untuk lebih mengatur pola tidur mereka karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif, mood, hormon dan metabolisme, obesitas dan diabetes, kardiovaskular dan sistem imun. 2. Saran kepada peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian mengenai
kasus insomnia lebih lanjut lagi dengan sampel yang lebih bervariasi atau di tempat penelitian yang lain
(38)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tidur
2.1.1.Definisi Tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma, yang merupakan keadaan bawah sadar saat orang tersebut tidak dapat dibangunkan (Guyton & Hall, 2007).
Tidur merupakan suatu fenomena yang umum dimana terjadi keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya fluktuasi yang dinamik pada parameter susunan saraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan metabolik. Kegunaan tidur belum sepenuhnya diketahui, tetapi tidur merupakan proses penting dalam konsolidasi ingatan serta proses penyembuhan (Bae and Schaefer, 2005).
Menurut Schupp dan Hanning (2003), tidur adalah keadaan tidak sadarkan diri yang reversibel dimana otak kurang responsif terhadap rangsangan eksternal. Saat tidur kita akan mengalami buta fungsional dengan tidak ada respon terhadap rangansangan visual dan penurunan ambang respon terhadap rangsangan pendengaran. Bayi bisa mendengar suara hingga 100 dB, yang telah melewati batas perlindungan untuk karyawan, tanpa terbangun. Pada orang dewasa, proses selektif dari fungsi kortikal akan berlangsung ketika tertidur. Sebagai contoh, seorang ibu terbangun karena bayinya menangis tapi tidak terbangun karena suara keras lainnya.
Tidur adalah keadaan pikiran dan tubuh yang berbeda dimana tubuh beristirahat secara tenan, aktivitas metabolisme tubuh menurun, dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar (Chopra, 2003).
(39)
6
2.1.2. Fisiologi Tidur
Tidur diperkirakan disebabkan oleh proses penghambatan aktif, hal ini terbukti bahwa pemotongan batang otak setinggi regio midpontil menghasilkan otak dengan korteks yang tidak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian mid pontil pada batang otak,yang diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya (Guyton & Hall, 2007).
Chawla (2014), keadaan tidur dan terjaga prosesnya diatur secara ketat. Hubungan timbal balik beberapa area otak menghasilkan konsolidasi periode keadaan terjaga dan keadaan tidur yang dipengaruhi cahaya lingkungan pada waktu tertentu dari siklus 24 jam.
a. Rangsangan area otak untuk keadaan terjaga
Area otak yang penting untuk keaadan terjaga terdiri dari beberapa kelompok nucleus berpusat disekitar pons dan formatio reticularis medula dan perluasan ke hipotalamus. Meskipun neurotransmiter yang dihasilkan beragam, kelompok sel ini saling berhubungan melalui penyebaran proyeksi naik ke otak depan dan proyeksi turun ke daerah otak yang terlibat dalam pengaturan keaadaan bangun-terjaga. Neurotransmitter yang terlibat bersama kelompok nucleus yang menghasilkan mereka adalah sebagai berikut (Gambar 2.1.) :
o Histamin – sel histaminergik di tuberomammillary nucleus (TMN) di posterior hypothalamus
o Norepineprin –neuron penghasil norepineprin di locus coeruleus (LC)
o Serotonin – neuron serotonin di dorsal raphe nuclei (DRN) o Dopamin – neuron dopamin di ventraltegmental area (VTA) o Asetilkolin – neuron asetilkolin di basal otak depan
(40)
7
Gambar 2.1. Area otak yang merangsang keadaan terjaga (Chawla,2014).
b. Rangsangan area otak untuk keadaan tidur
Bagian anterior hipotalamus termasuk ventrolateral preoptic nucleus (VLPO), mengandung gamma-aminobutyric acid (GABA) dan peptide galanin, yang mana menghambat dan merangsang untuk keadaan tidur. (Gambar 2.2.)
Gambar 2.2. Area otak yang menghambat keadaan terjaga (Chawla,2014).
Saper, Scammell dan Lu (2005), membuat model saklar flip-flop untuk regulasi tidur-terjaga. Siklus tidur-terjaga mengandung dua set komponen inhibitor bersama. Sisi tidur adalah VLPO dan sisi terjaga terdiri dari TMN histaminergik neuron dan regio sistem arousal batang otak (DRN serotonergik
(41)
8
neuron, VTA dopaminergik neuron dan LC noradrenergik neuron). Setiap sisi menginhibisi sisi lainnya. Contohnya, ketika salah satu sisi sedikit lebih kuat, sisi yang lemah akan meningkat inhibisinya. Model saklar flip-flop memungkinkan untuk perubahan yang cepat. (Gambar 2.3.)
Gambar 2.3. Model saklar flip-flop. (Chawla,2014)
2.1.3. Fase dan Siklus Tidur
Dalam tidur, terdapat dua tahap yang terpisah berdasarkan parameter fisiologis. Kedua tahap tersebut adalah Rapid Eye Movement (REM) dan Non-REM (NNon-REM) (Carskadon dan Dement, 2011).
TidurNREM secara konvensional dibagi menjadi empat tahap ditetapkan sepanjang satu sumbu pengukuran pada electroencephalogram (EEG). Pola EEG dalam tidur NREM umumnya digambarkan sebagai sinkron, dengan bentuk gelombang dengan karakteristik sebagai spindle sleep, K-kompleks dan tegangan tinggi.Mendengkur terjadi pada waktu tidur NREM. Empat tahap dari tidur NREM kira-kira sejajar dengan kedalaman tidur, dengan ambang batas arousal terendah pada tahap 1 dan tertinggi pada tahap 4 (Carskadon dan Dement, 2011).
(42)
9
Menurut Rama, Cho dan Kushida (2009) Tidur NREM merupakan 75-80% dari total waktu tidur, pembagian tidur NREM adalah :
Tahap 1 (N1) : 3-8% dari total waktu tidur. Tidur tahap ini merupakan transisi dari sadar penuh ke tidur. Pada tidur N1, terdapat gelombang alpha, yang mana karakterisitiknya sadar penuh, low-voltage dan mengecil, dan munculnya bentuk mixed frequency.
Tahap 2 (N2) : dimulai setelah 10-12 menit setelah tidur tahap 1 dan merupakan 45-55% dari total waktu tidur. Karakteristik dari EEG tidur tahap 2 adalah sleep spindles dan K-complexes. Sleep-spindle adalah gelombang 12 sampai 14 Hz terbentuk minimal 0,5 detik dan memiliki bentuk tampilan seperti “spindle”. K-complex adalah gelombang yang memiliki dua komponen, sebuah gelombang negatif diikuti gelombang positif. Keduanya berlangsung dalam waktu 0,5 detik. Gelombang delta (0,5-4 Hz) juga terlihat pada tidur tahap 2.
Tahap 3 dan 4 (N3) : mencakup 15-20% total waktu tidur dan merupakan bagian dari tidur sleep-wave. Tidur N3 digambarkan memiliki lebih dari 20% amplitudo tinggi, aktivitas slow-wave. Tonus otot berkurang dibandingkan tidur tahap 1 dan keadaan terjaga.
Tidur REM atau disebut juga paradoxical sleep, ditandai dengan gerakan bola mata cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada waktu REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas menjadi tak teratur, aliran darah ke otak bertambah dan temperatur tubuh naik, disertai banyak gerakan tubuh. Gelombang listrik tampak seperti tingkat 1 dari tidur NREM. Tiap proses tidur melewati 5 tahap ini dalam 1 siklus, dan tiap siklus berlangsung kira-kira 90 menit (Atmadja, 2010).
Tidur rapid eye movement mencakup 20-25% total waktu tidur. Tidur REM dimulai 60-90 menit setelah onset tidur NREM. Gambaran karakteristik EEG pada tidur REM adalah low-voltage, yaitu gabungan frekuensi dari slow-alpha (1-2 Hz lebih kecil dari keadaan terjaga) dan gelombang theta (Rama, Cho dan Kushida, 2009).
(43)
10
Orangdewasa yang sehat bila sudah tertidur akan masuk ke dalam tingkat 1, diikuti tingkat 2,3 dan 4, kemudian kembali lagi ke tingkat 1 dan setelah 2 periode, siklus itu akan lengkap setelah diikuti oleh periode REM antara 5 sampai 15 menit. Putaran akan berlangsung 4-5 kali dengan penambahan periode REM pada tahap berikutnya, disertai pengurangan periode NREM (terutama pada tingkat 3 dan 4). Pada orang yang tidur selama 8 jam, akan menjalani 2 jam tidur REM dan 6 jam tidur NREM (Atmadja, 2010).
Gambar 2.4. Pola EEG pada tahap siaga dan tidur. (Guyton & Hall, 2007)
2.1.4. Pola Tidur Berdasarkan Usia
Pola tidur berubah selama kita hidup. Bayi baru lahir menghabiskan lebih dari 16 jam dengan perubahan dari tidur ke terjaga dilakukan dalam waktu cepat. Pada umur 3 bulan, bayi tidur selama malam hari dan tidur siang dua kali atau lebih. Ketika anak memasuki usia sekolah tidur dibagi pada malam hari dan tidur siang sekali. Dan ketika menginjak remaja tidur siang tidak dilakukan lagi (Rama, Cho dan Kushida, 2009).
Pola tidur slow-wave dan tidur REM juga berubah selama kita hidup. Tidur slow-wave berkurang setelah remaja dan terus berkurang mengikuti pertambahan
(44)
11
usia. Tidur REM menurun dari lebih dari 50% saat lahir sampai 20-25% saat remaja dan dewasa muda (Rama, Cho dan Kushida, 2009).
Gambar 2.5. Pola Tidur Berdasarkan Usia. (Brown, 2009)
2.1.5. Akibat dari Kekurangan Tidur a. Ganguan fungsi kognitif
Banyak bukti menunjukkan kekurangan tidur dapat mempengaruhi performa dari berpikir dan motorik. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa orang yang tetap terjaga dalam waktu 19 jam mempunyai performa dan kesdaran yang lebih buruk dari orang mabuk (Kuo, 2001). Penelitian lain menemukan bahwa setelah kekurangan tidur satu malam, skor dari subjek mengalami penurunan dalam tes judgment, simple reaction time, memory explicit, dan membaca kata terbalik (National Sleep Foundation Backgrounder, 2006).
b. Gangguan mood
Banyak literatur mengatakan kekurangan tidur dapat mepengaruhi mood. Kita semua tahu bagaimana mudah tersinggungnya kita jika kita tidak tidur satu malam. Bukti-bukti medis menghubungkan kurang tidur dengan kemarahan, kecemasan, dan kesedihan. Peneliti Universitas Pennsylvania menemukan bahwa ketika subjek penelitian hanya
(45)
12
diperbolehkan tidur 4,5 jam setiap malam dalam satu minggu, mereka melaporkan merasa lebih stress, marah, sedih, dan kelelahan pikiran, dengan skor mood dan semangat menurun sejalan dengan waktu tes. Ketika subjek penelitian diberikan waktu tidur yang cukup, skor mood mereka meningkat secara dramatis (Dement & Vaughan, 1999).
c. Hormon dan Metabolisme
Tidur adalah waktu ketika tubuh mensekresi banyak hormon penting yang mempengaruhi pertumbuhan, regulasi energi, dan kontrol metabolik. Sebagai contoh, kadar hormon stress cortisol dalam darah, yang dapat menyebabkan keaadaa terjaga, meningkat pada akhir siklus tidur. Growth Hormone, yang berkontribusi untuk pertumbuhan anak dan membantu meregulasi masa otot pada dewasa, juga disekresikan pada saat tidur. Follicle Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormon, keduanya berfungsi dalam hal reproduksi, juga dilepas saat tidur: pelepasan saat tidur dari LH diperkirakan sebagai awal dari pubertas. Lebih lanjut, siklus tidur mempengaruhi sekresi hormon yang berfungsi dalam hal nafsu makan dan berat badan. Kekurangan tidur memiliki potensi besar yang berdampak pada obesitas dan diabetes, yang mana berkembang proporsi epideminya dalam tahun-tahun belakangan (Kryger & Zee, 2006).
d. Obesitas dan Diabetes
Peneliti telah mencari akibat kekurangan tidur terhadap beberapa hormon yang mempengaruhi kecenderungan untuk obesitas. Sebagi contoh, menurunnya tidur slow-wave pada remaja dihubungkan dengan penurununan produksi GH (Van Cauter, Leproult dan Plat, 2000).
Pertumbuhan masalah obesitas juga dihubungkan dengan diabetes. Penelitian tahun 1999 di Universitas Chicago menemukan bahwa kekurangan tidur yang diakumulasikan dalam beberapa hari dapat mengganggu metabolisme glukosa dan menurunkan kadar hormon. Setelah 11 remaja hanya dibolehkan tidur selama 4 jam dalam beberapa malam, kadar gula darah mereka tidak terkontrol, dalam
(46)
13
beberapa kasus kondisi pre-diabetic, mendorong tubuh mereka menghasilkan lebih banyak insulin (Spiegel, Leprout dan Van Cauter, 1999).
e. Sistem Imun
Bukti terbaik untuk dampak kekurang tidur pada sistem kekebalan tubuh berasal dari sebuah penelitian terbaru menunjukan bahwa efektifitas vaksinasi flu sangat tertunda pada individu yang kurang tidur (Kryger & Zee, 2006).
Vaksin flu diberikan kepada orang yang tidurnya dibatasi hanya empat jam per malam untuk empat malam terus menerus dan kepada orang yang tidurnya normal. Sepuluh hari setelah vaksinasi, mereka yang kekurangan tidur secara substansial memiliki respon imun yang rendah dibandingkan mereka yang tidurnya cukup (Spiegel, Sheridan dan Van Cauter, 2002).
f. Penyakit Kardiovaskular
Berkembangnya banyak bukti tentang hubungan kekurangan tidur jangka panjang dan pendek dengan penyakit kardiovaskular, termasuk peningkatan tekanan darah peningkatan resiko stroke dan ditambah gangguan kesehatan jangka panjang lainnya. Kekurangn tidur telah dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah pada malam hari yang berlangsung hingga hari selanjutnya (Rosansky, Menachery, dan Whittman, 1996).
Bukti lain menyimpulkan hubungan antara terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner pada wanita (Ayas, White, dan Manson, 2003).
Tingginya prevalensi sleep apnea pada orang yang mengalami masalah kardiovaskular. Orang dengan gangguan tidur meningkatkan resiko hipertensi, juga kematian mendadak karena penyebab jantung pada malam hari (Gami, Howard, Olson, dan Somers, 2005).
(47)
14
2.2. Insomnia
2.2.1. Definisi Insomnia
ICSD-2 (2005) mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan berulang dengan inisiasi, durasi, konsolidasi atau kualitas tidur yang terjadi meskipun waktu dan kesempatan untuk tidur cukup dan mengakibatkan beberapa bentuk gangguan aktivitas pada siang hari.
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan kesulitan untuk memulai tidur. kesulitan mempertahankan tidur, atau mengalami nonrestorative sleep, dan biasanya dihubungkan dengan masalah pada aktivitas siang hari (Stepanski, 2009).
2.2.2. Klasifikasi Insomnia
a. Berdasarkan penyebabnya (Moul & Buysse, 2009) i. Insomnia Primer
Insomnia sebagai gangguan yang berdiri sendiri, dimana tidak ada penyebab lain seperti : gangguan psikiatri dan pengobatan. ICSD 2 membagi insomnia primer menjadi:
- Psychophysiological insomnia : ketika faktor kondisi psikologis yang menjadi stimulus terjaga, jadi menyebabkan gangguan pada tidur
- Idiopathic insomnia : insomnia yang onsetnya ketika kanak-kanak yang terus dialami hingga dewasa, biasanya karena ada gangguan neurofisiologis pada sistem saraf pusat
- Paradoxical insomnia : keluhan pasien mengalami insomnia tapi hasil polisomnografi menunjukan tidur yang normal ii. Insomnia sekunder
Gangguan psikiatri, seperti depresi dan cemas adalah contoh dari gangguan utama yang dihubungkan dengan insomnia sekunder. Hubungan komorbiditas antara insomnia dan depresi biasanya kuat, pasien dengan insomnia berat delapan kali lebih mudah mendapat
(48)
15
depresi dari pasien tanpa insomnia. Kejadian insomnia juga tinggi pada pasien dengan gangguan medis.
b. Berdasarkan manifestasi klinis (American Psychiatric Association, 2013)
i. Sleeponsetinsomnia (atauinitial insomnia)dengan gejala kesulitan memulai tidur saat waktu tidur.
ii. Sleep maintenance insomnia (atau middle insomnia) dengan gejala sering terbangun ketika malam hari yang terus menerus. iii. Late insomnia dengan gejala terbangun terlalu pagi dan sulit
untuk tidur kembali.
iv. Nonrestorative sleep karena kurangnya kualitas tidur dengan gejala merasa tidak bugar ketika bangun tidur meskipun waktu untuk tidur cukup.
c. ICSD 2
The International Classification of Sleep Disorders, 2nd Edition (ICSD-2) membagi insomnia dalam 11 kategori, sebagai berikut:
i. Adjustment insomnia (insomnia akut)
ii. Psychophysiologic insomnia ( insomnia primer) iii. Paradoxical insomnia
iv. Insomnia karena kondisi medis v. Insomnia karena gangguan mental
vi. Insomnia karena pengobatan atau penyalahgunaan obay vii. I nsomnia tidak spesifik
viii. Sleep hygiene yang tidak adekuat ix. Idiopathic insomnia
x. Behavioral insomnia of childhood
xi. Primary sleep disorders causing insomnia
2.2.3. Etiologi Insomnia
Insomnia sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dan yang palingbanyak menjadi penyebab insomnia adalah masalah psikologi. Berikut adalah beberapafaktor yang merupakan penyebab insomnia (Susilo &Wulandari, 2011):
(49)
16
a. Faktor Psikologi
Stres yang berkepanjangan sering menyebabkan insomnia kronis. Tingkat tuntutan kerja yang tinggi atau keinginan yangtidak tercapai, dan berita-berita kegagalan sering memicuterjadinya insomnia transient. Orang-orang yang memiliki masalah-masalah stres, sering kali mengalami insomnia.
b. Problem Psikiatri
Depresi banyakg ditemukan di masa sekarang.Banyak pola hidup instan yang dapat memicu depresi. Tuntutan prestasiyang semakin tinggi dan gaya hidup yang tidak sehat, semakinmembuat orang terus-menerus berlomba menjadi yang terbaik. Mereka tanpa sadar seringtidak peduli pada kesehatannya.Akibatnya, semakin banyak orang yang terus-menerus berpikir.Apabila sudah demikian, mereka akan mengalami gangguan tidur.Jika mereka sering bangun lebih pagi dari biasanya pada kondisiyang tidak diinginkan, itu merupakan gejala paling umum dariawal depresi. Selain itu, perasaan cemas yang berlebihan, neorosa(gangguan jiwa), dan gangguan psikologi lainnya sering menjadipenyebab dari gangguan tidur.
c. Sakit Fisik
Pada saat seseorang mengalami sakit fisik, sebenarnyaproses metabolisme dan kinerja di dalam tubuh tidak berjalannormal atau terjadi gangguan. Banyak orang yang sakit, otomatistidak dapat tidur dengan nyenyak dan sering kurang tidur.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan memegang peranan besar terhadap terjadinyainsomnia seseorang. Lingkungan yang bising, seperti lingkunganlintasan pesawat terbang, lintasan kereta api, pabrik dengan mesinmesinyang terus beroperasi sepanjang malam atau suara TV yang keras dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
(50)
17
e. Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu munculnyainsomnia. Kebiasaan mengonsumsi alkohol, rokok, kopi (kafein),obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapatmenjadi faktor penyebab sulit tidur.
f. Tidur Siang Berlebihan
Banyak orang terbiasa dengan tidur siang setiap harinya.Mungkin mereka memang memerlukan istirahat total sekitar 10-30menit dengan tidur siang. Hal ini bisa disebut normal atau wajar.Mungkin karena kelelahan bekerja sehingga butuh waktu tidursiang sejenak. Akan tetapi, ada banyak orang yang berlebihan dalam tidur siang, sehingga menyebabkan mereka mengalami kesulitan tidur pada malam hari.
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi berkembangnya Insomnia
Menurut Stepansky (2009) ada tiga faktor yang mempengaruhi berkembangnya insomnia yaitu :
Faktor Predisposisi
Adanya faktor predisposisi disimpulkan dari berbedanya ambang tiap individu untuk mengalami insomnia. Mekanisme yang spesifik belum dijelaskan. Teorinya sbb:
Physiological Hyperarousal
Individu yang mengalami insomnia dibandingkan dengan orang normal, mengalami peningkatan denyut jantung karena stress, peningkatan laju metabolisme, peningkatan variabilitas denyut jantung, peningkatan aktivitas beta pada EEG, peningkatan sekresi ACTH, peningkatan metabolisme glukosa pada otak selama tidur dan terjaga, dan peningkatan kewaspadaan meskipun tidur siang. Penelitian menggunakan PET scans menunjukkan sedikit perbedaan metabolisme glukosa otak antara tidur dengan terjaga pada orang yang mengalami insomnia dibandingkan orang yang tidurnya normal. Namun belum dapat
(51)
18
dijelaskan apakah hyperarousal sendiri adalah penyebab atau akibat dari insomnia. Tambahan untuk mengukur physiological hyperarousal, ada bukti menunjukkan bahwa pasien insomnia cenderung meningkat cognitive arousal atau emotional arousal.
Penurunan rangsang homeostasis untuk tidur
Inisiasi tidur, dan keseluruhuan regulasi siklus tidur-terjaga, dijelaskan berhubungan dengan homeostasis dan mekanisme sirkadian. Pasien dengan insomnia tidak menunjukkan peningkatan yang sama pada tidur slow-wave karena kekurangan tidur seperti pada orang normal, konsisten dengan penurunan rangsang homeostasis. Penurunan rangsang untuk tidur diperkirakan mempersulit untuk inisiasi dan mempertahankan tidur pada kondisi kekurangan tidur. Penurunan rangsang untuk tidur dapat berinteraksi dengan faktor presipitasi yang menyebabkan insomnia kronis.
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah segala gangguan atau kondisi yang tipikal yang diperkirakan sebagai penyebab insomnia sekunder. Faktor presipitasi yang sering termasuk gangguan medis, gangguan psikiatri, faktor lingkungan, efek pengobatan, gangguan tidur primer, atau perubahan irama sirkadian yang secara negatif mempengaruhi tidur.
Faktor presipitasi dapat berupa kejadian akut yang tidak menyenangkan , perubahan lingkungan yang akut (contoh, suara atau cahaya berlebihan pada kamar tidur, atau tidur dilingkungan yang baru), atau perubahan jadwal tidur (contoh, jet lag atau kerja shift).
Kondisi medis dan psikiatri yang kronis (contoh, nyeri, sesak nafas, gangguan neurodegeneratif, gagal ginjal, hipertiroid, dan gangguan mood) dapat mencetuskan insomnia.
(52)
19
Obat-obatan juga mempengaruhi kejadian insomnia, contohnya anti depresan, steroid, beta blocker, bronchodilator, dan dekongestan.
Gangguan tidur primer menyebabkan insomnia termasuk restless leg syndrome, periodic limb movement disorder, dan sleep-disordered breathing. Semua gangguan tidur primer lebih banyak dialami dengan bertambahnya usia.
Faktor Perpetuasi
Faktor perpetuasi adalah perubahan kebiasaan dan perilaku yang terjadi ketika sesorang mengalami gangguan tidur selama waktu tertentu.
Contohnya termasuk jadwal tidur yang tidak teratur terus-menerus, menghabiskan banyak waktu di tempat tidur untuk menambah waktu tidur, tidur siang berlebihan, dan melakukan aktivitas berlebihan pada malam hari. Perubahan ini pada orang sering disebabkan insomnia dalam usahanya mendapatkan waktu tidur dan istirahat. Meskipun, perubahan ini dapat meringankan gejala dalam jangka pendek, tapi dapat menyebabkan insomnia terus menerus dalam jangka panjang.
Perubahan perilaku yang terjadi pada insomnia temasuk lebih suka tidur pada siang hari, dan juga ketakutan akan tidak bisa tidur dan gangguan pada aktivitas siang hari. Perubahan ini memicu peningkatan ketegangan saat waktu tidur dan juga terbangun ketika malam hari.
Pasien juga mengalami ketakutan yang irasional karena efek dari insomnia (contoh, ketidakmampuan untuk tidur dapat menyebabkan kehilangan pekerjaan bahkan kematian).
Pada semua individu memiliki faktor predisposisi untuk insomnia dan insomnia terjadu ketika individu dengan faktor predisposisi terpajan faktor presipitasi. Individu yang memiliki faktor predisposisi yang tinggi akan
(53)
20
mengalami insomnia dengan sedikit faktor presipitasi, sedangkan yang memiliki faktor predisposisi yang rendah akan mengalami insomnia jika terpajan faktor presipitasi yang cukup signifkan. Dalam perjalanannya, faktor presipitasi akan digantikan faktor perpetuasi yang mempertahankan insomnia (Stepansky, 2009).
2.2.5. Perbedaan jenis kelamin dalam kejadian insomnia
Banyak penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan jenis kelamin dalam kejadian insomnia dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita. Namun, faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan-perbedaan ini belum jelas. Lindberg et al. (1997), meneliti hubungan perbedaan gender insomnia dan status psikologis berdasarkan jenis kelamin responden dan mendapatkan hasil prevalensi kecemasan lebih tinggi di kalangan wanita.
Nishijawa et al (1997), membuktikan otak wanita memiliki kadar serotonin yang lebih rendah dibandingkan otak pria. Kadar serotonin yang rendah akan membuat wanita lebih rentan terhadap beberapa jenis psikopatologi, seperti depresi, bunuh diri, agresif, cemas, insomnia, dan bulimia.
Perbedaan strategi untuk menghadapi stress (coping) antara kedua gender dimana wanita memiliki mekanisme coping “tend-and-befriend” sedangkan pada pria “fight-or-flight” juga menyebabkan perbedaan kejadian insomnia antara pria dan wanita (Taylor, 2000).
(54)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tidur adalah bagian penting dari kehidupan kita, namun banyak dari kita tidak memberi perhatian lebih akan hal itu. Hal ini biasanya terjadi sampai kita memiliki masalah dengan tidur (Centre for Clinical Intervention, 2008). Samaseperti kesehatan yang baik secara umum, tidur adalah sesuatu yang paling dibutuhkan oleh manusia. Selama tidur tidak bermasalah, maka tidak ada alasan untuk terlalu memikirkannya. Tapi bagi jutaan manusia, tidur nyenyak dimalam hari tidak mudah mereka peroleh (Chopra, 2003).
Salah satu jenis gangguan tidur adalah insomnia. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Menurut Japardi (2009), setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-40% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius.
Perkiraan berbasis populasi menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari orang dewasa melaporkan gejala insomnia, 10% -15% pengalaman terkait gangguan siang hari, dan 6% -10% memiliki gejala yang memenuhi kriteria untuk gangguan insonmia. Gangguan Insomnia adalah yang paling umum dari semua gangguan tidur. Pada pelayanan kesehatan primer, sekitar 10% -20% dari individu mengeluh gejala insomnia yang signifikan. Meskipun insomnia bisa menjadi gejala atau gangguan yang otonom, tapi sering diamati insomnia sebagai komorbiditas dari kondisi medis atau gangguan mental lain. Misalnya, 40% -50% dari individu dengan insomnia juga hadir dengan gangguan mental penyerta (American Psychiatric Association, 2013).
Prevalensi kejadian insomnia banyak ditemukan pada tingkat pelayanan kesehatan primer. Sebuah penelitian, menunjukkan prevalensi insomnia adalah 69%, dimana 50% mengalami insomnia sesekali dan 19% mengalami insomnia yang kronis. Penelitian lain menunjukkan 32,5% responden mengalami gangguan
(55)
2
pada siang hari karena insomnia, namun hanya 0,9% yang menjumpai dokter dengan keluhan insomnia (Brown, 2009).
Insomnia juga banyak dialami oleh mahasiswa, penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa mahasiswa cenderung mengalami masalah tidur. Penelitian systematic review tentang masalah tidur pada mahasiswa mengungkapkan rata-rata durasi tidur mengalami penurunan dari 7.3 jam menjadi 6.87 jam dalam 10 tahun anatara 1979 sampai 1989, sedangkan jumlah mahasiswa melaporkan mengalami masalah tidur meningkat dari 26,7% menjadi 68,3% antara tahun 1982 sampai 1992 (Jensen, 2003). Penelitian lain, 75% mahasiswa dilaporkan mengalami masalah tidur sesekali dan 15% mempunyai kualitas tidur yang buruk (Buboltz, Brown and Soper, 2001). Masalah tidur dan kualitas tidur yang buruk juga ditemukan lebih sering pada malam-malam selain akhir pekan dibandingkan malam-malam akhir pekan pada sampel mahasiswa Cina (Tsai dan Li, 2004).
Di Indonesia, prevalensi insomnia pada mahasiswa juga tinggi. Dewi (2008), dari 104 mahasiswa di D.I. Yogyakarta terdapat 47 (45,19%) orang yang didiagnosis menderita kurang tidur kronis, dari angka prevalensi sebesar 45,19% ini sebanyak 26 orang (25%) laki-laki dan 21 orang lainnya (20,19%) adalah perempuan.
Insomnia lebih umum di kalangan perempuan daripada laki-laki, dengan rasio jenis kelamin sekitar 1,44 : 1. Insomnia lebih sering dikeluhkan di kalangan wanita dibandingkan pada pria, dengan onset pertama sering dikaitkan dengan kelahiran anak pertama atau saat menopause. (American Psychiatric Association, 2013).
Kecenderungan perempuan mengalami kejadian insomnia juga berlaku pada mahasiswa di universitas . Hasil penelitian yang dilakukan Imadudin (2012) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatulllah menunjukkan bahwa proporsi responden yang mengalami insomnia pada laki-laki sebanyak 17,7 %. Sedangkan pada perempuan didapatkan sebanyak 32,3 % yang mengalami insomnia.
(56)
3
Mengacu pada uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun
2015”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah prevalensi kejadian insomnia pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kejadian insomnia berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
2. Mengetahui kejadian insomnia berdasarkan tahun angkatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
3. Mengetahui kejadian insomnia berdasarkan derajat keparahan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
(57)
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Mengetahui prevalensi kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara tahun 2015 dan juga sebagai dasar bahan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman peneliti tentang kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015. 3. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa berapa prevalensi kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
(58)
ii
ABSTRAK
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan kesulitan untuk memulai tidur. kesulitan mempertahankan tidur, atau mengalami nonrestorative sleep, dan biasanya dihubungkan dengan masalah pada aktivitas siang hari. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan dan banyak dialami oleh mahasiswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan dibagikan kepada 30 mahasiswa pada setiap tahun angkatan, dengan total responden sebanyak 120 mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi insomnia pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 49,2%. Tahun angkatan terbanyak yang menderita insomnia adalah tahun angkatan 2015 yaitu 73,3%. Laki-laki sedikit lebih banyak menderita insomnia yaitu sebanyak 50%.
Saran kepada mahasiswa untuk lebih mengatur pola tidur mereka karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif, mood, hormon dan metabolisme, obesitas dan diabetes, kardiovaskular dan sistem imun.
Kata Kunci
(59)
iii
ABSTRACT
Insomnia is defined as difficulty to initiate sleep complaints. Difficulty maintaining sleep or experiencing non-restorative sleep, and usually associated with problems in the daytime activity. Insomnia is a sleep disorder that is most commonly found and experienced by many college students.
The purpose of this study was to determine the prevalence of insomnia in medical student at University of North Sumatra in 2015, used a descriptive study with cross sectional approach. This research using questionnaires and distributed to 30 medical students in each academic year, and total of the respondent are 120 medical student.
Result showed the prevalence of insomnia in medical student at University of North Sumatra is 49.2%. Medical students of academic year 2015 is the most widely suffer from insomnia as many as 73,3%. Males are slightly more likely to suffer from insomnia as many as 50%.
Advice to medical students is to regulate their sleep because it can affect cognitive function, mood, hormones and metabolism, obesity and diabetes, cardiovascular and immune systems.
Keywords
(60)
Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015
Oleh :
ANUGRAH OCTA PAMUNGKAS
120100021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(61)
Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ANUGRAH OCTA PAMUNGKAS
120100021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(62)
(63)
ii
ABSTRAK
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan kesulitan untuk memulai tidur. kesulitan mempertahankan tidur, atau mengalami nonrestorative sleep, dan biasanya dihubungkan dengan masalah pada aktivitas siang hari. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan dan banyak dialami oleh mahasiswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan dibagikan kepada 30 mahasiswa pada setiap tahun angkatan, dengan total responden sebanyak 120 mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi insomnia pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 49,2%. Tahun angkatan terbanyak yang menderita insomnia adalah tahun angkatan 2015 yaitu 73,3%. Laki-laki sedikit lebih banyak menderita insomnia yaitu sebanyak 50%.
Saran kepada mahasiswa untuk lebih mengatur pola tidur mereka karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif, mood, hormon dan metabolisme, obesitas dan diabetes, kardiovaskular dan sistem imun.
Kata Kunci
(64)
iii
ABSTRACT
Insomnia is defined as difficulty to initiate sleep complaints. Difficulty maintaining sleep or experiencing non-restorative sleep, and usually associated with problems in the daytime activity. Insomnia is a sleep disorder that is most commonly found and experienced by many college students.
The purpose of this study was to determine the prevalence of insomnia in medical student at University of North Sumatra in 2015, used a descriptive study with cross sectional approach. This research using questionnaires and distributed to 30 medical students in each academic year, and total of the respondent are 120 medical student.
Result showed the prevalence of insomnia in medical student at University of North Sumatra is 49.2%. Medical students of academic year 2015 is the most widely suffer from insomnia as many as 73,3%. Males are slightly more likely to suffer from insomnia as many as 50%.
Advice to medical students is to regulate their sleep because it can affect cognitive function, mood, hormones and metabolism, obesity and diabetes, cardiovascular and immune systems.
Keywords
(65)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Sematera Utara Tahun 2015” berhasil diselesaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam bidang kesehatan.
Selain itu, penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin dan memfasilitasi penelitian ini.
2. dr. Bugis Mardina, Sp.A(K) selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
3. Dr. M. Syahputra, M.Kes dan dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes, Sp.PA selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.
4. dr. Aga Shahri Putera Ketaren, Sp.OT selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan akademik selama proses perkuliahan.
5. Kepada kedua orang tua penulis yaitu H. Khairul Saleh Hasibuan, S.Pd. dan Ayek Iriyani yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan serta memberikan nasihat dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh pihak FK USU yang telah mengizinkan penelitian ini dan seluruh pihak mahasiswa FK USU yang bersedia mengikui penelitian ini.
(1)
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Prevalensi Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Univesitas Sematera Utara Tahun 2015” berhasil diselesaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam bidang kesehatan.
Selain itu, penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin dan memfasilitasi penelitian ini.
2. dr. Bugis Mardina, Sp.A(K) selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
3. Dr. M. Syahputra, M.Kes dan dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes, Sp.PA selaku
Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.
4. dr. Aga Shahri Putera Ketaren, Sp.OT selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan akademik selama proses perkuliahan.
5. Kepada kedua orang tua penulis yaitu H. Khairul Saleh Hasibuan, S.Pd. dan Ayek Iriyani yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan serta memberikan nasihat dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh pihak FK USU yang telah mengizinkan penelitian ini dan seluruh
(2)
7. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan seluruh pegawai FK USU yang telah membantu agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
8. Sahabat-sahabat penulis yang selama ini telah bersama berbagi ilmu,
memberikan semangat dan bantuan tenaga terutama dalam proses penyiapan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun
tidak langsung.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, memberikan informasi dan manfaat dalam pengembangan ilmu kedokteran.
Medan, Desember 2015 Penulis
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak... ii
Abstract... iii
Kata Pengantar... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel... viii
Daftar Gambar / Skema ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Tidur ... 5
2.1.1. Definisi Tidur ... 5
2.1.2. Fisiologi Tidur ... 6
2.1.3. Fase dan Siklus Tidur ... 8
2.1.4. Pola Tidur Berdasarkan Usia... 10
2.1.5. Akibat dari Kekurangan Tidur ... 11
2.2. Insomnia ... 14
2.2.1. Definisi Insomnia ... 14
2.2.2. Klasifikasi Insomnia ... 14
2.2.3. Etiologi Insomnia ... 15
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi berkembangnya Insomnia . 17 2.2.5. Perbedaan jenis kelamin dalam kejadian insomnia ... 20
(4)
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21
3.2. Definisi Operasional ... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24
4.1. Jenis Penelitian ... 24
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
4.3.1. Populasi Penelitian ... 24
4.3.2. SampelPenelitian ... 24
4.3.3. KriteriaPenelitian ... 25
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 26
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27
5.1. Hasil Penelitian... 27
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 27
5.1.2. Deskripisi Karakteristik Sampel... .... 27
5.1.3. Prevalensi Insomnia... 28
5.2. Pembahasan... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33
6.1. Kesimpulan... 33
6.2. Saran... 34
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(5)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 5.1. Distribusi karakteristik responden ...
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan kejadian insomnia... Tabel 5.3. Distribusi kejadian insomnia berdasarkan jenis kelamin... Tabel 5.4. Distribusi kejadian insomnia berdasarkan tahun angkatan... Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan derajat insomnia...
27 28 28 29 30
(6)
DAFTAR GAMBAR / SKETSA
Halaman
Gambar 2.1. Area otak yang merangsang keadaan terjaga ... 7
Gambar 2.2. Area otak yang menghambat keadaan terjaga ... 7
Gambar 2.3. Model saklar flip-flop ... 8
Gambar 2.4. Pola EEG pada tahap siaga dan tidur ... 10
Gambar 2.5. Pola Tidur Berdasarkan Usia... 11