Kesimpulan PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRAKTIK MODEL PBET ( PRODUCTION BASED EDUCATION AND TRAINING) DI ATMI SURAKARTA DALAM MENGANTISIPASI TUNTUTAN PASAR KERJA

109 B A B V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data-data yang diperoleh peneliti, baik melalui observasi atau pengamatan lapangan, wawancara dengan nara sumber, dan melihat dokumen serta melalui pembahasan dan analisa hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa : 1. Perencanaan pembelajaran praktik model PBET di ATMI Surakarta, baik pembelajaran praktik pada tahun pertama, tahun ke dua dan tahun ke tiga secara umum telah berjalan seperti yang direncanakan, namun demikian berdasarkan kendala dan permasalahan yang dihadapi, ada beberapa hal yang perlu dibenahi, disinkronkan dan dikembangkan lagi, antara lain : a. Penyusunan dan Distribusi kalender akademik b. Target pembelajaran praktik tahun pertama, terkait dengan jumlah mahasiswa, jam terbang praktik dan sarana prasarana yang tersedia. c. Penambahan program-program pembelajaran praktik tahun ke tiga yang mengarah pada kreativitas dan inovasi mahasiswa, kemampuan manajerial mahasiswa dan kemampuan untuk mengatasi masalah problem solving . 2. Pelaksanaan pembelajaran praktik model PBET di ATMI Surakarta secara umum berlangsung dengan lancar sesuai yang diprogramkan dan hasil pembelajaran yang diharapkan bisa dicapai dengan optimal. Ada beberapa 110 kendala dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran praktik, yaitu : a. Pada pelaksanaan praktik tahun pertama; Jumlah mesin yang sejenis dengan kelipatan jumlah mahasiswa per kelompok tidak sama, sehingga harus merotasi mahasiswa agar bisa bergiliran pada mesin yang tidak sejenis tersebut. Hal ini bisa diatasi antara lain dengan mengusahakan mesin sejenis yang mencukupi kebutuhan setiap kelompok, membagi kelompok sesuai dengan jumlah fasilitas yang dimiliki dengan resiko mengurangi jam terbang unit kompetensi lain atau mulai tahun pertama setiap program studi sudah fokus dan konsentrasi dengan program pembelajaran praktiknya masing-masing. b. Kondisi sebagian besar mesin, khususnya mesin bubut di bengkel praktik tahun ke dua sudah saatnya di up-grade karena tingkat ketelitian dan akurasinya sudah menyimpang dari ketentuan yang dipersyaratkan, sehingga diharapkan apa yang menjadi sasaran dalam pembelajaran praktik tahun ke dua yaitu S ense of Efficiency dapat tercapai dengan baik. Kondisi ini bisa diatasi dengan melakukan rekondisi mesin atau dengan meremajakan mesin secara bertahap. c. Produk-produk yang dikerjakan oleh mahasiswa terkadang kurang sesuai dengan tingkat pembelajaran mahasiswa, sehingga harus menyiasati bagaimana membuat urutan pengerjaan produk agar bisa sesuai antara 111 tingkat kemampuan mahasiswa dan tingkat kesulitan pembelajaran. Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan cara bekerjasama dan saling berkomunikasi dengan pembagi pekerjaan dan pihak marketing agar pekerjaan yang diharapkan dapat sesuai dengan tingkat pembelajaran yang sedang dilaksanakan di bengkel praktik. 3. Proses evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan pada pembelajaran praktik model PBET dilaksanakan setelah mahasiswa menyelesaikan pekerjaannya. Sistem penilaian dibuat obyektif dan transparan, dengan rumusan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan disosialisasikan diawal pembelajaran. Kendala dan permasalahan yang masih terjadi adalah perbedaan persepsi terhadap aspek- aspek penilaian subyektif yang dipakai diantara instruktor, sehingga perlu dilakukan penyamaan persepsi terhadap aspek-aspek penilaian subyektif. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mengadakan pertemuan diantara para instruktor terkait, duduk bersama membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penilaian subyektif dan pemahaman aspek-aspek yang yang terkandung didalamnya.

B. Implikasi