Siosar Islamic Research and Education Centre

(1)

SIOSAR ISLAMIC RESEARCH AND EDUCATION CENTRE (ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231- STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh :

BAGUS WICAKSONO 110406117

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

SIOSAR ISLAMIC RESEARCH AND EDUCATION CENTRE (ARSITEKUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Sebagai Persyratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

BAGUS WICAKSONO 110406117

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

SIOSAR ISLAMIC RESEARCH AND EDUCATION CENTRE

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015 Penulis,


(4)

Judul Skripsi : Siosar Islamic Research And Education Centre Nama Mahasiswa : Bagus Wicaksono

Nomor Pokok : 110406117 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. N. Vinky Rahman, MT) (Ir. N. Vinky Rahman, MT)


(5)

Telah diuji pada Tanggal :15 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Samsul Bahri, MT


(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

“SIOSAR ISLAMIC RESEARCH AND EDUCATION CENTRE”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada ibu Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D yang telah benyak memberikan bimbingan, saran, waktu, dan masukan selama studio perancangan arsitektur 6 dan skripsi.

2. Terima kasih kepada para penguji bapak Ir. Samsul Bahri, MT dan bapak Devin Defriza, ST, MT yang telah memberikan masukan dan kritik pada saat sidang untuk memperbagus hasil tugas akhir ini. .

3. Kepada bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Program Studi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada orang tua saya H. Eddy Kristanto dan Hj. Nurhayati Nst atas dukungan dan motivasi yang tiada hentinya.


(7)

ii 6. Semua teman-teman stambuk 2011 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang sama-sama berjuang menyelesaikan studi serta seluruh rekan penulis yang sudah ikut membantu.

7. Kepada semua sahabat-sahabat saya terima kasih atas dukungannya tapi maaf tidak disebutin satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi penulis terutama dalam penyempurnaannya ke depan. Pada semua pihak yang telah banyak membantu untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya, semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan bagi kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2015 Penulis

Bagus Wicaksono 110406117


(8)

iii

ABSTRAK

Islamic Research and Education Centre merupakan suatu kompleks pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan yang akomodatif terhadap harapan umat Islam untuk dapat menciptakan kembali psikologis umat muslim yang telah hilang atau hancur akibat bencana Gunung Sinabung. Pemerintah merelokasi pemukiman ke hutan Siosar yang berjarak 23.5km dari Gunung Sinabung. Sarana yang disediakan diharapkan akan mampu mendidik dan melatih umat dengan metode-metode pembelajaran yang teoritikal, praktikal dan ilmiah agar pendidikan yang diberikan dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Kegiatan-kegiatan pendukung seperti Kegiatan-kegiatan dakwah dan sosialisai kepada masyarakat luas maupun masyarakat relokasi itu sendiri yang akan ikut memperkuat keberadaan Islamic Research and Education Centre ini di tengah masyarakat demi tujuan yang akan dilaksanakan yaitu untuk mencerdaskan umat muslim.

Proses desain pada proyek Siosar Islamic Research and Education Centre dilatarbelakangi oleh masyarakat relokasi bencana Gunung Sinabung yang sudah mengalami banyak trauma sehingga sebagai perancang ingin mengembalikan sifat atau kehidupan mereka seperti semula. Di desain ini saya memakai bangunan yang permanen dan disini saya juga mengambil adat sekitar juga dalam perancangan saya yaitu atap dari rumah siwaluh jabu dan susunan peletakan dari rumah siwaluh jabu. Juga memakai langgam dari adat karo yaitu “retret” sebagai ornament pada bangunan Madrasah dan Fasilitas pendukung masjid.


(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Maksud dan Tujuan ... 4

1.3. Rumusan Masalah ... 5

1.4. Lingkup / Batasan Proyek ... 6

1.5. Pendekatan Perancangan ... 7

1.6. Kerangka Berfikir ... 9

1.7. Sistematika Laporan ... 10

BAB II. DESKRIPSI PROYEK ... 12

2.1. Tinjauan Umum... 13

2.1.1. Pengertian Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam 13 2.1.2. Klasifikasi Masjid ... 14

2.1.3. Kegiatan d i dalam Masjid ... 21

2.1.4. Prinsip Bangunan Masjid ... 22

2.1.5. Perkembangan Arsitektur Masjid ... 25

2.2 Tinjauan Khusus ... 28

2.2.1. Pengertian Islamic Research and Education Centre .... 28

2.2.2. Fungsi Islamic Research and Education Centre ... 29

2.2.3. Site Perencanaan ... 31

2.2.3.1. Lokasi ... 31

2.2.3.2. Batas-batas Tapak Yang Akan Mau Dirancang 39 2.2.3.3. Kondisi Fisik ... 40

2.2.3.4. Program Kegiatan ... 40

2.2.4. Pengguna (user) Bangunan ... 41

2.3 Studi Banding ... 42

2.3.1. Mesjid Besar Kauman Semarang ... 42

2.3.2. Mesjid Al-Irsyad Bandung ... 48

2.3.3. Al-Azhar Islamic Education Centre Mojokerto ... 58

BAB III. ELABORASI TEMA ... 67

3.1. Pengertian Tema ... 68

3.2. Latar Belakang Tema ... 69

3.3. Hubungan Tema dengan Kasus Proyek ... 71

3.4. Arsitektur Islam ... 73

3.5. Arsitektur Vernakular ... 75

3.6. Studi Banding Tema Sejenis ... 77

3.6.1. Mesjid Shah ... 77


(10)

v

BAB IV. ANALISA PERANCANGAN ... 90

4.1. Analisa Tapak ... 91

4.1.1. Kondisi Site ... 91

4.1.2. Approach ... 92

4.1.3. View ke Tapak ... 93

4.1.4. Kebisingan ... 94

4.1.5. Analisa Titik Potensi Material Lokal ... 95

4.1.6. Analisis Masyarakat Muslim di Tiga Desa Relokasi (Suka Meriah, Simacem, Bekerah) ... 96

4.2. Analisis Kegiatan ... 97

4.3. Skala Bangunan ... 98

4.4. Gubahan Massa ... 99

BAB V. KONSEP PERANCANGAN ... 101

5.1. Konsep Site ... 102

5.1.1 Penzoningan ... 102

5.1.2. Nilai-nilai Keislaman dalam Kaitannya dengan Pengolahan dan Penzoningan Bangunan pada Site ... 103

5.1.3. Zoning Fungsional pada Site ... 104

5.2. Konsep Fasad Bangunan ... 105

5.2.1. Mesjid Besar ... 105

5.2.2. Madrasah dan Fasilitas Pendukung Masjid ... 106

5.3. Konsep Orientasi Bangunan ... 107

5.3.1. Masjid Besar ... 107

5.3.2. Madrasah ... 108

5.4. Program Ruang ... 109

5.4.1. Mesjid Besar ... 109

5.4.2. Madrasah ... 110

5.4.3. Fasilitas Pendukung Masjid... 111

5.5. Desain Akhir ... 112

BAB VI. KESIMPULAN ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 122


(11)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Fasilitas masjid berdasarkan strata masjid ... 20

Tabel 2.2. Pengguna bangunan Islamic Research and Education Centre . 41 Tabel 2.3. Kegiatan harian ... 64

Tabel 2.4. Kurikulum pesantren ... 65

Tabel 2.5. Ekstrakulikuler pesantren ... 65

Tabel 4.1. Analisis kegiatan ... 97

Tabel 5.1. Progaramming masjid ... 109

Tabel 5.2. Programming madrasah... 110


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram fungsi masjid yang saling berhubungan ... 18

Gambar 2.2. Piramida strata masjid ... 19

Gambar 2.3. Peta lokasi perancangan – Hutan Siosar ... 33

Gambar 2.4. Site perancangan – Hutan Siosar ... 30

Gambar 2.5. Kondisi fisik permukaan jalan menuju Hutan Siosar ... 35

Gambar 2.6. Kondisi jalan yang berliku-liku dan naik turun ... 36

Gambar 2.7. Signage entrance perkampungan Siosar ... 37

Gambar 2.8. Kondisi lingkungan perkampungan Siosar dalam dalam tahap konstruksi ... 37

Gambar 2.9. Hunian yang sedang dalam proses konstruksi ... 38

Gambar 2.10. Pohon pinus di sekitaran site ... 38

Gambar 2.11. Rumah tinggal bagi masyarakat relokasi ... 39

Gambar 2.12. Alun-alun Kota Semarang ... 43

Gambar 2.13. Masjid Kauman Semarang tahun 1953 ... 44

Gambar 2.14. Gerbang Masjid Besar Kauman Semarang ... 45

Gambar 2.15. Interior Masjid Kauman Semarang ... 47

Gambar 2.16. Konfigurasi Masjid Al-Irsyad ... 50

Gambar 2.17. Arah orientasi bangunan ... 51

Gambar 2.18. Fasad arah timur dan arah barat ... 52

Gambar 2.19. Transisi bangunan ... 52

Gambar 2.20. Fasad bangunan ... 53

Gambar 2.21. Pola supergrafik pada fasad bangunan ... 53

Gambar 2.22. Detail fasad bangunan ... 54

Gambar 2.23. Elemen pembentuk ruang bangunan ... 55

Gambar 2.24. Zoning bangunan ... 55

Gambar 2.25. Mihrab masjid ... 56

Gambar 2.26. Plafon bangunan ... 56

Gambar 3.1. Iwan untuk jaur masuk dengan tugu beranda ... 78

Gambar 3.2. Masjid Imam Isfahan tahun 2013 ... 79

Gambar 3.3. Kubah dalam Masjid Shah ... 81

Gambar 3.4. Detail mozaik masjid ... 82

Gambar 3.5. Panorama interior dari masjid ... 83

Gambar 3.6. Masjid Raya Sumatera Barat ... 84

Gambar 3.7. Ukiran pada eksterior Masjid Raya Sumatera Barat .... 87

Gambar 3.8. Interior ruang utama Masjid Raya Sumatera Barat ... 89

Gambar 4.1. Site perancangan ... 91

Gambar 4.2. Analisa approach ... 92

Gambar 4.3. Analisa view ke tapak ... 93


(13)

viii

Gambar 4.5. Analisa titik potensi material lokal ... 95

Gambar 4.6. Data umat muslim ... 96

Gambar 4.7. Filosofis ... 98

Gambar 4.8. Gubahan massa ... 99

Gambar 4.9. Pola habluminallah dan habluminannas ... 100

Gambar 5.1. Penzoningan ... 102

Gambar 5.2. Zoning fungsional pada site ... 104

Gambar 5.3. Konsep fasade Masjid Besar ... 105

Gambar 5.4. Konsep fasade madrasah dan fasilitas masjid ... 106

Gambar 5.5. Konsep orientasi masjid ... 107

Gambar 5.6. Konsep orientasi madrasah ... 108

Gambar 6.1. Tampak perspektif desain satu ... 114

Gambar 6.2. Tampak desain satu ... 114

Gambar 6.3. Tampak Masjid Ihsaniyah Iskandariyah ... 116

Gambar 6.4. Tampak perspektif desain sidang kedua ... 117

Gambar 6.5. Perspektif tapak bangunan ... 118

Gambar 7.1. Tampak perspektif desain masjid setelah sidang dua ... 120

Gambar 7.2. Tampak perspektif desain tempat wudhu setelah Sidang dua ... 120

Gambar 7.3. Tampak perspektif desain open space setelah sidang dua ... 121

Gambar 7.4. Tampak perspektif desain madrasah setelah sidang dua 121 Gambar 7.5. Tampak perspektif desain masjid setelah desain asisten 122 Gambar 7.6. Tampak perspektif desain madrasah setelah asistensi .. 123

Gambar 7.7. Tampak perspektif desain fasilitas masjid setelah asistensi ... 123

Gambar 8.1. Perspektif mata burung ... 127

Gambar 8.2. Perspektif jalur masuk masjid ... 127

Gambar 8.3. Perspektif bangunan fasilitas masjid terhadap masjid .. 128

Gambar 8.4. Perspektif tampak depan masjid ... 128

Gambar 8.5. Detail perspektif pada madrasah ... 129

Gambar 8.6. Aktifitas pada masjid ... 129

Gambar 8.7. Lapangan pada masjid ... 130

Gambar 8.8. Perspektif pada masjid ... 130

Gambar 8.9. Perspektif tempat wudhu pada masjid ... 131


(14)

iii

ABSTRAK

Islamic Research and Education Centre merupakan suatu kompleks pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan yang akomodatif terhadap harapan umat Islam untuk dapat menciptakan kembali psikologis umat muslim yang telah hilang atau hancur akibat bencana Gunung Sinabung. Pemerintah merelokasi pemukiman ke hutan Siosar yang berjarak 23.5km dari Gunung Sinabung. Sarana yang disediakan diharapkan akan mampu mendidik dan melatih umat dengan metode-metode pembelajaran yang teoritikal, praktikal dan ilmiah agar pendidikan yang diberikan dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Kegiatan-kegiatan pendukung seperti Kegiatan-kegiatan dakwah dan sosialisai kepada masyarakat luas maupun masyarakat relokasi itu sendiri yang akan ikut memperkuat keberadaan Islamic Research and Education Centre ini di tengah masyarakat demi tujuan yang akan dilaksanakan yaitu untuk mencerdaskan umat muslim.

Proses desain pada proyek Siosar Islamic Research and Education Centre dilatarbelakangi oleh masyarakat relokasi bencana Gunung Sinabung yang sudah mengalami banyak trauma sehingga sebagai perancang ingin mengembalikan sifat atau kehidupan mereka seperti semula. Di desain ini saya memakai bangunan yang permanen dan disini saya juga mengambil adat sekitar juga dalam perancangan saya yaitu atap dari rumah siwaluh jabu dan susunan peletakan dari rumah siwaluh jabu. Juga memakai langgam dari adat karo yaitu “retret” sebagai ornament pada bangunan Madrasah dan Fasilitas pendukung masjid.


(15)

1

BAB I


(16)

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berada di garis khatulistiwa yang memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Dan Indonesia terdiri dari lima pulau besar dan beribu-ribu pulau kecil didalamnya. Negara Indonesia adalah Negara yang sering terjadi bencana alam, karena Indonesia itu sendiri terletak di wilayah Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik ( Ring Of Fire ). Bencana alam yang terdiri dari gempa bumi, banjir, tsunami, dan gunung meletus, semua itu terjadi tidak diduga-duga atau tidak dapat diprediksi. Bagi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana alam seperti di gunung berapi yang masih aktif agar selalu waspada.

Di Indonesia khususnya Gunung Sinabung merupakan gunung yang masih aktif di wilayah Indonesia dan tergolong rawan. Akhir-akhir ini Gunung Sinabung kembali meletus, mengakibatkan daerah-daerah sekitarnya harus mengungsi ketempat yang lebih aman. Akibat Gunung Sinabung meletus terus-menerus dan tidak tahu kapan berakhirnya, pemerintah berinisiatif merelokasi pemukiman-pemukiman penduduk yang dekat dengan Gunung Sinabung. Pemerintah merelokasi pemukiman-pemukiman tersebut ke hutan Siosar yang berjarak 23.5km dari Gunung Sinabung. Hijrahnya masyarakat korban bencana alam Gunung Sinabung ke lokasi hutan Siosar berdampak besar bagi masyarakat relokasi, khususnya masalah pada psikilogi mereka. Pemerintah merencanakan


(17)

3 fasilitas-fasilitas umum seperti tempat ibadah dan sekolah, untuk mengembalikan psikologi mereka yang telah hancur. Khususnya tempat ibadah seperti Masjid, fungsi masjid menurut istilah islam adalah hal-hal yang berhubungan denagn ibadah dan pendidikan agama. Nabi Muhammad SAW menjadikan Masjid Nabawi sebagai tempat belajar mengenai urusan dunia dan agama di samping beribadah.

Sampai saat ini, selain sebagai pusat ibadah, masjid masih merupakan tempat kegiatan pendidikan agama terutama yang berkaitan denagan ilmu agama islam. Islam mengutamakan pendidikan sebagai suatu usaha yang terus menerus untuk meraih, menyampaikan dan memanfaatkan ilmu, kemahiran dan penghayatan Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Ini bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai hamba Allah yang bertaqwa, dalam arti kata yang sebenar-benarnya. Dengan pengadaan pendidikan dasar agama sebagai bekal ilmu akhirat diikuti denga penekanan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ilmu dunia, di harapkan generasi / kader-kader islam dapat bersaing bahkan dapat menempati posisi di jajaran depan dalam persaingan yang semakin ketat di era globalisasi saat ini.

Oleh karena itu perlu adanya suatu strategi untuk mensejajarkan jalan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pendidikan agama agar dapat meningkatkan kemampuan umat dalam menjalankan roda kehidupan dengan baik tanpa melenceng dari asas dasar yaitu agama. Khususnya masyarakat korban relokasi Gunung Sinabung. Menyadari keperluan tersebut, penting adanya pengadaan suatu sarana pengkajian yang berorientasi pada agama Islam. Sarana


(18)

4 yang disediakan diharapkan akan mampu mendidik dan melatih umat dengan metode-metode pembelajaran yang teoritikal, praktikal dan ilmiah agar pendidikan yang diberikan dapat menyesuaikan perkembangan zaman.

Sarana yang akan diwujudkan berupa suatu Pusat Kajian (Masjid) dan Pendidikan Islam (Islamic Research and Education Centre) yang merupakan suatu kompleks pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan yang akomodatif terhadap harapan umat Islam untuk dapat menciptakan kembali psikologis umat muslim yang telah hilang atau hancur akibat bencana Gunung Sinabung. Dan memperkuat iman seorang muslim tanpa melunturkan dasar-dasar agama dalam diri masing-masing umat. Kegiatan-kegiatan pendukung seperti kegiatan dakwah dan sosialisai kepada masyarakat luas maupun masyarakat relokasi itu sendiri yang akan ikut memperkuat keberadaan Islamic Research and Education Centre ini di tengah masyarakat demi tujuan yang akan dilaksanakan yaitu untuk mencerdaskan umat muslim.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan proyek ini direncanakan dan dikonsepkan dengan maksud sebagai konsep pembangunan Masjid dan Pendidikan Islam bagi masyarakat yang dahulu hidup di Gunung Sinabung, yaitu:

1. Menciptakan suatu sarana pendidikan dan pengkajian yang berorientasi pada islam.


(19)

5 2. Menjadikan sarana dan prasarana ibadah sebagai identitas budaya Islam

melalui kegiatan dakwah dan sosialisasi kepada masyarakat.

3. Menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Islam berdasarkan metode-metode pembelajaran yang teoritikal, praktikal dan ilmiah agar pendidikan yang diberikan dapat menyesuaikan perkembangan zaman.

4. Membentuk lingkungan berkarakter dengan masyarakat relokasi bencana Gunung Sinabung agar tetap memiliki pendidikan dasar agama, ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat bersaing di era globalisasi.

1.3. Rumusan Masalah

Masalah di seputar pelaksanaan proses perancangan yang berkitan dengan kasus proyek di uraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana menyatukan sarana berbasis kegiatan Islam dalam satu kompleks pendidikan agar tercipta keselarasan dan saling mendukung satu sama lain.

2. Bagaimana cara mempertahankan aspek positif “kehidupan lama” mereka ke suatu tempat yang baru dengan latar belakang fungsi sarana pendidikan dan agama Islam.

3. Menentukan cara-cara penerapan nilai-nilai Arsitektur Islam dan Arsitektur Tradisional dalam bangunan yang berada di wilayah Karo.


(20)

6 4. Mengoptimalkan desain terhadap kebutuhan ruang, kegiatan, masalah sosial dan keagamaan dalam sudut pandang arsitektur pada kompleks bangunan.

5. Menentukan nilai-nilai filosofis dalam Arsitektur Islam yang dikaitkan terhadap pengorganisasian bangunan dan ruang di dalam site.

1.4. Lingkup / Batasan Proyek

Permasalahan perancangan dan perencanaan Masjid dan Pendidikan Islam Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung mempunyai lingkup dan pembahasan yang sangat luas, agar dapat ditangani dengan jelas, dalam pembahasan dan perencanaan ini diadakannya batasan-batasanan berikut:

1. Lokasi yang digunakan untuk merelokasi masyarakat Gunung Sinabung adalah lokasi yang digunakan pemerintah saat ini untuk merelokasi masyarakat Gunung Sinabung. Sehingga analisa keamanan lokasi, analisa pergerakan angin yang berimbas pada pergerakan asap gunung, analisa kesuburan tanah, analisa struktur tanah, keberadaan air bersih dan lainnya tidak menjadi bahasan perancang, karena lokasi site yang ditentukan saat ini sudah memenuhi standar kelayakan untuk sebuah permukiman.

2. Luasan lahan yang dipakai merupakan luasan yang tidak mengacu pada lahan yang diberikan pemerintah yaitu sekitar 1120 Ha. Yang di pakai untuk sarana Masjid dan Pendidikan Islam sebesar 13702m2.


(21)

7 3. Secara arsitektur, pembahasan dibatasi pada masalah seputar Arsitektur Islam, serta langgam arsitektur lain yang di wilayah karo kemudian akan ikut berakulturasi.

4. Aspek-aspek social dan keagamaan yang ikut mempengaruhi keputusan akhir dalam perancangan.

5. Konteks kasus proyek yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proyek seperti site (tapak bangunan), keadaan iklim dan topografi, kondisi social kemasyarakatan dan lain-lain.

1.5. Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan berbagai metoda sebagai berikut:

1. Studi literatur

Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada pada perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori, penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan, kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan. 2. Studi banding

Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.


(22)

8 3. Survey lapangan

Metoda menganalisis dan survey lapangan secara langsung.

4. Melaksanakan indentifikasi dan analisis perancangan dengan berpedoman pada teori-teori yang telah ada

5. Pelaksanaan proses assistensi sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan untuk mengarah proses rancangan serta mengevaluasi rancangan.

6. Menentukan sistematika desain untuk lebih mengarahkan proses rancangan agar tercipta rancangan akhir yang baik.


(23)

9

1.6. Kerangka Berfikir

Islamic Research And

Education Centre Latar Belakang

Kasus Proyek

Maksud dan Tujuan

Survey

Identifikasi Masalah perancangan Batasan

Masalah

Pendekatan Perancangan

Analisis Perancangan: - Analisa site - Analisa kegiatan - Analisa ruang

- Analisa bentuk dan langgam bangunan

Solusi

Konsep

Perancangan Pradesain

Islamic Research And


(24)

10

1.7. Sistematika Laporan

 Bab I PENDAHULUAN

Keterangan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan masalah dan metodenya, ruang lingkup pembahasan, kerangka berpikir dan sistematika laporan.

 Bab II TINJAUAN PROYEK

Pembahasan pada bab ini di fokuskan pada tinjauan umum, definisi secara umum yang berkaitan dengan kasus proyek dan tinjauan khusus yang menerangkan secara mendetail tentang kasus proyek. Serta uraian mengenai kasus proyek, tinjauan site, serta keterangan lainnya yang berhubungan dengan konteks proyek.

 Bab III ELABORASI TEMA

Berisikan uraian tema, latar belakang tema, serta hubungan tema dengan kasus proyek.

 Bab IV ANALISIS

Berisikan analisis-analisis perancangan yang merupakan analisis site, analisis kegiatan, analisis ruang dan analisis bentuk / arsitektur bangunan.

 Bab V KONSEP PERANCANGAN

Konsep perancangan akan diuraikan pada bab ini yang merupakan awal dari proses pengerjaan gambar pra-rancangan dari kasus proyek.


(25)

11  Bab VI PROSES DESAIN SATU

Berisikan proses perancanga pertama kali sampai dengan sidang dua.

 Bab VII PROSES DESAIN DUA

Berisikan proses perancangan setelah sidang dua.  Bab VIII PROSES DESAIN TIGA

Berisikan hasil akhir perancangan.  Bab IX HASIL RANCANGAN


(26)

12

BAB II


(27)

13

BAB II

DESKRIPSI PROYEK 2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Pengertian Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Masjid berasal dari kata Sajada yang artinya tempat sujud. Secara teknis sujud (sujudun) yaitu meletakkan dahi ke tanah. Sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung1. Sajada dari kata sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak digunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk salah orang per orang. Dengan demikian masjid menjadi tempat orangorang bersujud atau shalat.

Masjid (masjidun) memiliki dua arti yakni arti secara umum dan arti secara khusus. Arti secara umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud disebut masjid, oleh karena itu Nabi Muhammad berkata “Di mana saja engkau berada, jika waktu shalat tiba, dirikanlah shalat karena di situ masjid” (HR. Muslim), dalam pengertian itu seluruh muka bumi adalah masjid kecuali tempat najis (sesuatu yang keluar dari dalam tubuh manusia, missal air kencing, kotoran manusia dan hewan) seperti kuburan dan toilet. Sedangkan masjid dalam arti khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah. Masjid bukan hanya untuk tempat bersujud, pensucian, tempat shalat dan bertayamum, masjid juga sebagai tempat melaksanakan aktivitas kaum muslim berkaitan dengan kepatuhan kepada

1


(28)

14 Tuhan yaitu tempat membina umat muamalah. Al Quran menyebutkan fungsi masjid antara lain dalam firman Allah:

“Bertasbihlah kepada Allah di majid-masjid yang telah diperintahkan untuk memuliakan dan disebut-sebut nama-Nya di

dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli, atau aktivitas apapun dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat,

membayar zakat, mereka takut pada suatu hari yang (hari itu) hati

dan penglihatan menjadi terguncang” (QS. An-Nur 24.36-37)

Semakin berkembangnya kegitan-kegiatan di dalam masjid telah menyebabkan ruang-ruang pada bangunan masjid tersebut bertambah pula ukuran luas dan jumlahnya. Sebagai gabungan dari ruang-ruang yang semakin bertambah itu maka masjid menjadi bangunan yang mempunyai ukuran besar dengan penampilan ekspresif yang menunjukkan kekhususannya sebagai tempat pelaksanaan ajaran Islam. Hal itu yang kemudian menjadi watak penampilan dari masjid sebagai bagian dari perkembangan arsitektur Islam. Dengan demikian masjid merupakan tempat umat muslim beribadah secara berjamaah dan merupakan bangunan yang mempengaruhi arsitektur Islam di tempat masjid itu didirikan.

2.1.2. Klasifikasi Masjid

Masjid bagi umat muslim merupakan suatu institusi yang sangat penting untuk membina masyarakat muslim dalam bidang keagamaan masjid berfungsi sebagai tempat melakukan shalat yang dalam hadits disebutkan sebagai tiang agama, baik fardu maupun sunah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang ke


(29)

15 masjid atau pulang dari masjid, maka Allah menyediakan untuknya jamuan dalam surga setiap pergi dan pulang itu.” (HR. Bukhari dan Ahmad bin Hambali).

Fungsi masjid sesuai dengan maknanya sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam. Ibadah dalam Islam mencakup antara lain2 :

 Hubungan manusia dengan Tuhannya: Shalat, I‟tikaf, dan lain-lain  Hubungan manusia dengan manusia: zakat, fitrah, nikah, dan lain-lain  Hubungan manusia dengan dirinya sendiri: mencari ilmu, mengaji, dan

lain-lain

 Hubungan manusia dengan alam: memelihara, memanfaatkan dan tidak merusak alam.

Namun di antara fungsi yang tersebut di atas, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat shalat dan tempat beribadah kepada Allah seperti yang dinyatakan pada ayat berikut:

“Kerjakanlah shalat dengan sempurna.

Sesungguhnya shalat itu diwajibkan untuk melakukannya pada waktunya atas kalian mukmin.” (QS. An Nissa‟: 105)

“Kerjakanlah shalat dan bayarkanlah zakat.” (QS. Al Baqarah: 42) “Diwajibkan atasmu puasa, sebagaimana diwajibkan atas orangorang

sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)

Fungsi masjid sebagai pusat kebudayaan Islam maksudnya adalah masjid menampung semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam batas-batas takwa atau yang menunjang tercapainya kondisi rohani dan takwa, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam pendirian Masjid Quba (masjid pertama

2

Zein M. Wiryoprawiro, 1986, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, Surabaya, PT. Bina-Ilmu, p.15


(30)

16 Islam) dan masjid-masjid selanjutnya dalam kurun Rasulullah. Urusan duniapun asal berada dalam batas-batas takwa patut diadakan di dalam komplek masjid.

Pada masa Rasulullah masjid sebagai pusat kebudayaan berfungsi: 1. Sebagai pusat pemerintahan

-Tempat administrasi pemerintahan -Tempat peradilan

-Tempat mengadakan musyawarah baik mengenai masyarakat islam maupun yang berhubungan dengan pemerintahan

2. Sebagai tempat pendidikan -Tempat belajar dan mengajar

-Perpustakaan sebagai himpunan khasanah ilmu pengetahuan 3. Sebagai pusat urusan kemasyarakatan

-Tempat kesenian -Tempat pernikahan

-Tempat mengurus barang wakaf dan zakat -Tempat bermalam bagi musafir

-Tempat kegiatan lainnya yang berhubungan dengan umat Islam

Masjid sebagai pusat kebudayaan Islam pada masa Rasulullah dan menjadi termpat orang-orang berkumpul sehingga menimbulkan interaksi sesama umat manusia baik secara sosial maupun secara Islami. Masjid juga bisa digunakan sebagai tempat menuntut ilmu dan kesenian. Dengan demikian masjid sangat erat hubungannya dengan interaksi umat muslim secara agama dan juga secara sosial dengan sesamanya.


(31)

17 Keberadaan sebuah masjid pada suatu wilayah dapat mempengaruhi pembangunan mental spiritual dan penyebaran agama Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:“ Barang siapa membangun masjid karena Allah, maka baginya

Allah akan membangunkan gedung di surga.” Hadist-hadist Rasul yang lain pun banyak yang memerintahkan umat Islam untuk membangun masjid. Telah dijelaska pada Al Qur‟an Surat At Taubah:

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian , serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orangorang

yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk”( At Taubah: 9 :18)

Berdasarkan hadist Nabi Muhammad dan Surat At Taubah dapat disimpulkan bahwa orang-orang dan daerah yang memuliakan masjid adalah yang dilindungi dan disayang oleh Allah.

Sebuah masjid dibangun untuk memenuhi kebutuhan ibadah umat Islam, fungsi dan peranan mesjid tersebut ditentukan lingkungan, tempat dan jaman masjid itu dibangun. Sebuah masjid yang baik adalah yang tidak dibiarkan sepi dan kosong, oleh sebab itu masjid sebaiknya ditempatkan pada tengah-tengah pemukiman penduduk, dekat dengan tempat aktifitas dan mudah dijangkau. Secara umum fungsi masjid dapat digambarkan dengan bagan berikut ini.


(32)

18 Gambar 2.1 Diagram fungsi masjid yang saling berhubungan

Sumber : Penulis, 2015

Berdasarkan Dewan Masjid Indonesia yang telah tertulis dalam buku Memakmurkan Masjid, masjid terbagi menjadi beberapa kelas atau strata. Kelas atau strata masjid ini ditentukan berdasarkan fungsi masjid, fasilitas masjid dan juga lokasi masjid. Klasifikasi masjid berdasarkan statusnya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Masjid Negara, masjid ini berada di daerah pusat pemerintahan Negara kedudukannya sebagai Masjid yang straranya paling tinggi di Negara tersebut

2. Masjid Nasional / Akbar, masjid ini berada di ibukota Negara 3. Masjid Raya, masjid ini berada di tingkat provinsi

4. Masjid Agung, masjid ini berada di tingkat kabupaten 5. Masjid Besar, masjid ini berada di tingkat Kecamatan 6. Masjid Jami‟, masjid ini berada di tingkat kelurahan 7. Masjid / surau, masjid ini berada di tingkat RW

Klasifikasi masjid di atas dapat digambarkan dalam piramida strata masjid. Masjid

Fungsi keagam

Fungsi sosial


(33)

19

Negara Masjid Negara

Nasional Masjid Nasional/Akbar Provinsi Masjid Raya Kabupaten Masjid Agung Kecamatan Masjid Besar

Kelurahan Masjid Jami’

RT Masjid

Gambar2.2 Piramida Strata Masjid

Sumber: http://memakmurkan masjid.com/ modul (diakses pada tanggal 21 Maret 2010)

Berdasarkan klasifikasi masjid tersebut, maka dapat disusun berdasarkan tipe masjid sebagai berikut:

Tipe A: Masjid Negara Tipe B: Masjid Akbar Tipe C: Masjid Raya Tipe D: Masjid Agung Tipe E: Masjid Besar Tipe F: Masjid Jami‟ Tipe G: Masjid

Untuk masing-masing tipe masjid tipe ditentukan klasifikasinya, contoh untuk masjid Tipe E maka dapat ditetapkan masjid Tipe E bintang satu sampai dengan bintang lima. Klasifikasi ditentukan berdasarkan fasilitas yang disediakan masjid tersebut, sekaligus menunjukkan kualitas dari masjid. Kualitas Tipe Eb1


(34)

20 dapat terus meningkat menjadi Tipe Eb2 atau Tipe Eb3 jika fasilitas yang dimiliki terus bertambah.

Fasilitas setiap masjid berbeda-beda disesuaikan dengan strata atau tingkatan masjid tersebut. Masjid Negara atau Masjid Nasional merupakan masjid yang memilki fasilitas paling lengkap dibandingkan dengan jenis masjid lainnya. Tetapi pengadaan fasilitas masjid disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dan pemerintah. Dengan kata lain fasilitas yang diuraikan pada Tabel 2.1 merupakan fasilitas yang maksimal yang dapat dimiliki oleh suatu masjid sesuai dengan stratanya.

“Fasilitas masjid pada umumnya dapat digolongkan dengan fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama seperti mimbar, mihrab, tempat adzan, tempat wudhu‟, kamar mandi, toilet, menara, dan lain-lain.

Selain itu, ada fasilitas pendukung yaitu kantor pengurus, majelis taklim, perpustakaan poliklinik, baitul mal, UPZ, Asy-Syifa, dan lain-lain.”3

Berikut ini tabel fasilitas masjid berdasarkan strata masjid tersebut Tabel 2.1 Fasilitas Masjid Berdasarkan Strata Masjid

Sumber: http://memakmurkan masjid.com/ modul (diakses pada tanggal 21 Maret 2010)

3


(35)

21 Berdasarkan tabel tersebut lebih terlihat jelas mengapa masjid tersebut dapat berbeda strata. Fasilitas masjid dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kelengkapan fasilitas masjid tersebut untuk memenuhi kebutuhan kaum muslim dan masjid sebagai pusat kegiatan.

2.1.3. Kegiatan di dalam Masjid

Pada umumnya kegiatan di dalam masjid merupakan kegiatan ibadah seperti shalat dan mengaji yang biasanya dilakukan pada ruang shalat berupa ruang yang besar dan kosong, tetapi ada pula yang melakukannya di serambi masjid. Mengaji dalam hal ini ada dua macam yakni mengaji secara berkelompok maupun mengaji perorangan dengan membaca Al Quran.

Setelah melakukan ibadah di dalam masjid, orang-orang biasanya memberikan infak pada kotak yang sudah disiapkan oleh pengurus masjid. Masjid juga digunakan sebagai tempat merenung, kondisi masjid yang tenang dapat menjerihkan pikiran dan berkonsentrasi.

Masjid sebagai tempat orang-orang menimba ilmu salah satunya dengan mendengarkan ceramah atau khotbah dan juga pendalaman ilmu agama. Biasanya masjid yang dekat dengan pemukiman penduduk mengadakan TPA (Taman Pendidikan Al Quran) bagi anak, tak jarang pula terdapat pendidikan formal di dalam kompleks masjid dan menyelipkan pendidikan agama. Masjid menjadi tempat memperoleh informasi ilmu agama dan juga ilmu pengetahuan umum.

Saat bulan Ramadhan kegiatan yang di lakukan dalam masjid lebih banyak lagi. Kegiatan seperti pengumpulan zakat, buka puasa bersama, shalat tarawih, dan sebagainya. Pada bulan ramadhan jumlah pengguna masjid lebih meningkat


(36)

22 karena pada bulan itu pahala orang yang beribadah berlipat ganda, sehingga beberapa orang ingin lebih taat menunaikan ibadah. Pada saat bulan puasa semakin banyak orang yang mendatangi masjid. Masjid menjadi fasilitas yang menampung banyak kegiatan di dalamnya terutama pada saat bulan Ramadhan.

Fungsi masjid sebagai tempat yang mencakup hubungan manusia dengan manusia seperti nikah juga menjadi kegiatan yang cukup sering dilakukan di dalam masjid. Akad nikah yang dilakukan secara teknis dihadiri oleh keluarga dekat kedua pengantin dan dihadiri serta disahkan oleh pejabat KUA (Kantor Urusan Agama). Akad nikah menjadi salah satu contoh interaksi antar umat manusia yang terjadi di dalam masjid. Dengan demikian kegiatan di masjid. merupakan interaksi secara hablumminallah dan hablumminannas, karena hubungan yang terjadi merupakan hubungan kepada Tuhan dan hubungan kepada sesama.

2.1.4. Prinsip Bangunan Masjid

Prinsip bangunana masjid merupakan pembeda dengan bangunan lainnya. Prinsip bangunan masjid yang paling utama adalah perletakan masjid, bentuk masjid, arah kiblat, ruang shalat, dan beberapa bagian bangunan pelengkap masjid. Prinsip bangunan masjid berikut meliput prinsip-prinsip arsitektural secara umum mengenai peruangan pada bangunan masjid.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penemapatan masjid adalah:

a. Memungkinkan dapat / tidaknya untuk dipindah-pindah, berkaitan dengan status kepemilikan Masjid, yaitu:


(37)

23 - Apabila Masjid merupakan milik seseorang / badan hokum, dalam keadaan demikian Masjid boleh dipindah dan di bongkar atas persetujuan pemiliknya dengan pemberian ganti rugi dan lain sebagainya.

- Apabila Masjid itu telah dinyatakan sebagai wakaf, sedangkan tanah tempat Masjid itu di dirikan tidak diwakafkan, dalam keadaan demikian Masjid boleh dipindahkan atau dibongkar tetapi struktur utama Masjid harus dipindahkan dan dipergunakan di tempat baru.

- Apabila Masjid dan tanahnya telah diwakafkan maka dalam keadaan demikian Masjid tidak dapat dipindahkan dan apabila bangunan ini telah runtuh sekalipun, di atas tanah wakaf inipun tidak dapat dibangun bangunan baru. Dengan demikian wakaf yang demikian dapat berlaku hingga akhir jaman.

- Perletakan Masjid harus netral terhadap tempat-tempat ibadah agama lain untuk dapat menciptakan kekhusyukan. Serta menciptakan kerukunan umat beragama

Di dalam Al Quran dan Hadist tidak ditentukan mengenai bentuk masjid. Bentuk masjid berkaitan dengan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh tempat di dirikan dan waktu pendirian bangunan masjid. Di dalam Al Quran dan Hadist tidak ditentukan mengenai bentuk masjid. Bentuk masjid berkaitan dengan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh tempat di dirikan dan waktu pendirian bangunan masjid.

Suatu ketentuan yang harus dimiliki oleh sebuah masjid salah satunya adalah menghadap ke Kiblat. Awalnya semua umat muslim shalat ke arah mana


(38)

24 saja yang mereka kehendaki. Kemudian atas permintaan Nabi Muhammmad SAW, arah kiblat ini ditentukan di Masjidil Aqsa di Jerusalem, tetapi kemudian diubah kea rah yang sekarang yakni di Masjidil Haram di Makkah.

“Sesuai dengan ketentuan solat yang harus mengadap ke

kiblat, maka masjidpun senantiasa mempunyai arah kiblat ini, yakni salah satu sisi dari dindingnya menghadap ke kiblat, yakni kea rah

masjidil Haram tempat Ka‟bah berada. Oleh sebab itulah pada

dinding arah kiblat ini akann selalu tidak berubah dan biasanya pada dinding arah kiblat itu dilengkapi dengan mihrab, sedangkan dinding

yang berlawanan dengannya menjadi bagian muka masjid.”4

Ruang salat adalah ruang yang paling penting pada sebuah masjid. Ruang ini berupa ruang kosong tanpa prabot, lantainya dilapisi sajada atau karpet sebagai alas shalat tapi ada pula masjid yang sejak awal lantainya telah diberi pola sebagai pengganti sajada.

Bentuk ruang shalat ada dua kemungkinan berkaitan dengan arah kiblat, kemungkinan pertama berbentuk bujur sangkar, bentuk ini banyak dijumpai pada masjid-masjid tradisional, karena panjang masing-masing sisinya sama maka penghargaan terhadap keemapt sisinya sama. Sebenarnya berntuk ini merupakan bentuk yang memusat.

Bentuk denah ruang shalat yang kedua yaitu bentuk empat persegi panjang, bentuk ini mempunyai dua varian pokok dalam perletakkannya yaitu sisi panjang mengarah sejajar arah kiblat dan yang kedua sisi panjangnya tegak lurus arah kiblat.

4


(39)

25

2.1.5. Perkembangan Arsitektur Masjid

Ada tiga kebudayaan yang berpengaruh pada zaman sebelum kebudayaan Islam lahir. Kebudayaan-kebudayaan ini ikut serta mewarnai kebudayaan Islam yang muncul kemudian. Berikut ini penjelasan tentang tiga kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan Islam.

Kebudayaan yang pertama yaitu Kebudayaan Romawi berlangsung pada tahun 142SM- 550M, bangsa Romawi menaklukkan bangsa dan wilayah Yunani yang sudah memilki kebudayaan yang bermutu tinggi. Hasil kebudayaan ini adalah kesenian dan kesusastraan maju dengan amat pesat, dibangunnya sebuah gereja dengan beratapkan kubah yaitu Gereja Aya Sophia. Hal ini yang kemudian menjadi pengaruh kebudayaan Islam menggunakan kubah.

Kedua, Kebudayaan Persia. Istana-istana bergaya Iwan menggunakan kubah dan bangsa ini menghasilkan barang-barang berukir dan tenunan dari sutera. Kebudayaan ini kemudian memberikan ide penggunaan barang-barang berukir pada bangunan Islam.

Ketiga, Kebudayaan Arab Jahiliyah, kebudayaan ini merupakan kebudayaan Arab sebelum lahirnya agama Islam. Tata masyarakatnya masih cenderung membangkang dari kebenaran meskipun mereka tahu bahwa hal itu tidak benar. Hal ini yang mempengaruh kebudayaan Islam meluruskan tatanan masyarakat yang cenderung membangkang dengan mengenal agama.

Meskipun dalam kehidupan bermasyarakat terjadi hal-hal yang tidak terpuji, namun dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni bahasa mereka sangat menonjol terutama Ilmu Perbintangan, Ilmu Meteorologi, Ilmu Mitologi /


(40)

26 Astronomi, Ilmu Tenung, Ilmu Kesehatan, serta kepandaian berpidato dan sebagainya.

Masjid pertama yang didirikan yaitu masjid Quba pada tahun 622M bersamaan dengan hari pertama datangnya Nabi dalam rangka Hijrah dari Mekah ke Madinah. Masjid ini memiliki bentuk yang sangat sederhana dengan denah berbentuk segi empat, berdinding pagar batu gurun, bagian tengah masjid berupa lapangan terbuka dibuat sumur sebagai tempat mengambil air wudhu.

Selanjutnya pembangunan masjid pada jaman Nabi Muhammad SAW mencontoh dasar-dasar pendirian Masjid Quba yaitu:

- Atas dasar taqwa terhadap Allah

- Cara pembangunan gotong royong dan penggunaan material setempat - Kegiatan-kegiatan mencakup penyatuan fungsi ibadah dan muamalah

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW perkembangan masjid dipengaruhi oleh pasang surutnya dunia Islam akibat pemahaman tentang hukum Islam.

Perkembangan masjid di Indonesia dimulai dengan dibangunnya masjid tradisional. Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-14. Faktor cultural sangat mempengaruhi bentuk-bentuk masjid tradisional. Berawal dari cara walisongo menyebarkan agama Islam yang menggunakan seni yang bersifat tradisional agar mudah diterima. Tradisional merupakan sesuatu yang bersifat lokal. Hal yang penting mengenai masjid tradisional sebagai berikut:

- Masjid hanya sebagai tempat ibadah


(41)

27 - Gaya arsitekturalnya mengikuti gaya setempat

- Biasanya mempunyai atap susun yang memusat ke atas ( tajug / tajub ) Sedangkan ciri-ciri masjid tradisional Jawa yaitu:

- Hanya sebagai tempat ibadah

- Denah persegi empat dengan dilengkap ruang-ruang seperti serambi, ruang wanita dan mihrab

- Adanya kolam yang mengelilingi bangunan

- Adanya makam yang diletakkan pada sisi Barat (sebagai usaha peningkatan sacral)

- Bangunan menghadap tepat ke timur

- Tidak memiliki menara ( kecuali masjid Kudus )

- Gaya arsitektur dipengaruhi oleh arsitektur hindu sebagai tradisi asli yang lebih dahulu hidup di masyarakat

Sedangkan masjid modern dirasakan oleh umat Islam di Indonesia pada abad ke-19 Masehi. Adanya masjid modern dipengaruhi oleh masyarakat Indonesia yang sudah behubungan dengan dunia luar. Masjid modern yang berkembang di Indonesia memilki ciri:

- Masjid berfungsi sebagai pusat kegiatan ibadah dan muamalah - Adanya kecenderungan megikuti pola masjid kuno

- Biasanya beratap datar ( pengaruh gaya arsitektur dari dunia islam ) - Mengarah ke arah ka‟bah ( kiblat ) secara tepat

- Tata ruang beragam, logis, rasional, dan fungsional terhadap tuntutan fungsinya


(42)

28 Perkembangan masjid secara umum tergolong lambat karena sudah memiliki kaidah-kaidah atau prinsip baku tetapi dalam penampilan bangunan masjid disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuannamun tidak meninggalkan sesuatu yang baik dari masa lalu dan tetap mempertahankan nilai lokalitas.

2.2. Tinjauan Khusus

2.2.1. Pengertian Islamic Research and Education Centre

 Islamic

Islamic berarti Islam;bernafaskan Islam. Islam menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Badudu-Zain ) berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Islam menurut Al-Quran adalah agama yang dianut oleh umat muslim. Firman Allah SWT : “Hari ini aku sempurnakan agamamu dan aku akan lengkapkan nikmatKu padamu dan rela Islam itu sebagai agamamu”.

 Research

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Inggris ( Prof.Drs. S. Wojowasito – WJS. Poerwadaminta ) berarti peneyelidikan; penelitian. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Badudu-Zain ) berarti pemeriksaan yang teliti, yang berhati-hati, penelitian tentang suatu ilmu; penganalisaan suatu objek yang dilakukan berdasarkan teori-teori serta cara-cara yang sistematis untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah yang bersifat keilmuan, atau menguji hipotesis dalam pengembangan prinsip-prinsip umum.


(43)

29  Education

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Inggris ( Prof.Drs. S. Wojowasito – WJS. Poerwadaminta ) berarti pendidikan. Pendidikan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Badudu-Zain ) berarti hal, cara, hasil, atau proses kerja mendidik.

 Centre

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Inggris ( Prof.Drs. S. Wojowasito – WJS. Poerwadaminta ) berarti pusat, pokok. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pusat berarti segala sesuatu yang dianggap berada atau terletak di tengah, atau bagian yang berada di tengah suatu benda. Pusat dapat juga berarti tempat yang mempunyai konsentrasi tinggi dalam hal aktifitasnya sehingga menarik orang-orang untuk mendatanginya tempat tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian Islamic Research and Education Centre adalah :

“Suatu tempat yang merupakan pusat kegiatan pendidikan, pengkajian dan dakwah yang berorientasi pada islam, dimana di samping pelaksanaan pendidikan agama sebagai dasar, pusat pendidikan dan pengkajian islam ini juga

menyelenggarakan pendidikan / pelatiahan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat korban relokasi bencana Gunung Sinabung.” 2.2.2. Fungsi Islamic Research and Education Centre

Islamic Research and Education Centre merupakan suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang berorientasi pada Islam. Fungsi utamnya adalah tempat Ibadah serta dakwah dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan, ilmu


(44)

30 pengetahuan serta kegiatan pengkajian / penelitian agama Islam. Adapun fungsi-fungsinya dapat diuraikan sebagai berikut :

 Tempat ibadah / Masjid

Sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing. Masjid mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan khusus. Dalam arti umum, Masjid adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud, sedangkan dalam arti khusus masjid adalah tempat yang dibangun khusu untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.

 Pendidikan

Menyelenggarakan pendidikan bagi umat atau generasi muda islam untuk mempersiapkan diri dalam menatap dimulainya era perdagangan bebas dengan tetap menekankan ilmu keagamaan di atas segala-galanya sebagai dasar atau modal awal untuk mencapai insan yang soleh dan menguasai ilmu pengetahuan.

 Dakwah

Fungsi bertujuan melaksakan kegiatan dakwah di kalangan internal Islamic Research and Education Centre maupun di kalangan masyarakat luat agar nantinya lembaga pendidikan dan keagamaan ini dapat membina hubungan langsung dengan masyarakat deengan pelaksanaan kegiatan informal tanpa harus melalui kegiatan yang formal, sehingga keberadaannya akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat.


(45)

31  Informasi

Fungsi informasi ini dalam pengertian yang luas memberikan informasi kalangan internal Islamic Research and Education Centre juga bagi masyarakat luas akan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan serta informasi mengenai agama terutama agama islam. Fungsi diwujudkan dalam bentuk pengadaan perpustakaan yang dapat digunakan oleh siapa pun bagi kebutuhan pendidikan yang terutama, juga bagi kebutuhan fungsi dakwah di atas.

2.2.3. Site Perencanan 2.2.3.1. Lokasi

Pada tahap ini perancang melakukan survey di daerah Kabanjahe,Berastagi untuk mengidentifikasikan lokasi perancangan. Perancang mengambil daerah tersebut karena daerah tersebut telah terjadi bencana alam yaitu gunung meletus. Gunung Sinabung yang merupakan gunung berapi aktif di daerah tersebut terus-menerus mengeluarkan debu-debu vulkanik dan awan panas yang mengakibatkan warga sekitaran gunung berapi tersebut harus berpindah tempat untuk beberapa waktu atau mengungsi ke tempat daerah yang aman. Pemerintah sudah melakukan tidakan seperti bantuan sandang pangan untuk korban sinabung, tapi itu saja belum cukup karena tempat tinggal mereka yang dulu sudah tidak ada lagi akibat peristiwa bencana alam tersebut.

Perancang memilih lokasi yaitu Hutan Siosar. Hutan Siosar yang merupakan lokasi resmi dari pemerintah daerah setempat untuk merelokasi masyarakat daerah Gunung Sinabung. Lahan ini sudah mendapatkan izin secara


(46)

32 resmi dari daerah setempat dan merupakan satu-satunya alternative lokasi perancangan untuk pemukiman baru relokasi masyarakat sekitaran daerah gunung sinabung.

Secara geografis Hutan Siosar terletak di 02°58 56.9 LU dan 98°30 18.5 BT dengan jarak terhadap Gunung Sinabung yaitu sekitar 23.7 Km, dan jarak terhadap Kabanjahe yaitu sekitar 6 Km. Hutan Siosar mempunyai batasan wilayah yaitu Kec. Tigapanah dari Utara, Kec. Merek dari sebelah Selatan, Hutan Pinus dari sebelah Timur dan Hutan Lindung dari sebelah Barat. Peta Lokasi Proyek:


(47)

33 Gambar2.3 Peta Lokasi Perancangan - Hutan Siosar


(48)

34 Gambar 2.4 Site Perancangan – Hutan Siosar

Sumber : Penulis

Perancang melakukan tinjauan kondisi eksisting pada daerah tersebut yaitu Survey lansgung ke daerah Hutan Siosar yang menjadi tempat pemukiman


(49)

35 relokasi masyarakat Gunung Sinabung. Adapun tinjauan eksisting yang dilakukan oleh perancang yaitu kondisi aksesbilitas, kondisi lingkungan, dan kondisi fisik bangunan yang sudah dibangun.

 Kondisi Aksesibilitas

Setelah melakukan survey langsung di Hutan Siosar tempat pemukiman relokasi masyarakat Gunung Sinabung. Hanya terdapat satu jalur utama untuk bisa masuk ke pemukiman relokasi masyarakat Gunung Sinabung ini, yaitu dengan dari jalur masuk dari Kabanjahe dengan jarak tempuh sekitar 5 Km. Kondisi site yang berkontur megakibatkan jalan akses kesana sedikit berliuk-liuk sebagai solusi terhadap lahan berkontur. Dan kondisi fisik jalan menurut perancang sudah memasuki tahap finishing perkerasan. Berdasarkan survey pengamatan perancang, jalur aksesibilitas hanya berupa tanah keras yang sudah dilapisi oleh agregat kasar (bahan kasar), yang dimana karateristik dari bahan kasar ini merupakan komposisi dari jalan Aspal, yang akan diselesaikan nantinya oleh anggota TNI yang perancang wawancarai di Hutan Siosar tersebut.

Gambar 2.5 Kondisi fisik permukaan jalan menuju Hutan Siosar


(50)

36 Gambar2.6 Kondisi jalan yang berliku-liku dan naik turun

Sumber : Data Penulis

 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan Hutan Siosar yang merupakan tempat pemukiman relokasi Gunung Sinabung setelah perancang melakukan survey langsung memiliki ketenangan dan kenyamanan yang luar biasa, sangat bagus untuk pemulihan psikologo warga korban bencana Gunung Sinabung.

Udara sejuk dan dingin, jauh dari kebisingan kota, kemacetan, terik matahari yang tidak menusuk tajam dan kehijauan atau pepohonan yang mengelilingi site tersebut menjadikan tempat ini layak untuk dijadikan tempat hidup baru bagi masyarakat korban bencana Gunung Sinabung secara permanen. Tapi faktor itu saja tidak cukup untuk warga korban bencana Gunung Sinabung, melainkan ada faktor lainnya seperti pengadaan fasilitas umum, fasilitas sosial, dan yang terpenting adalah ketersediaan lahan perkebunan yang merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat tersebut.


(51)

37 Gambar 2.7 Signage Entrance Perkampungan Siosar

Sumber : Data Penulis

Gambar2.8 Kondisi Lingkungan Perkampungan Siosar dalam tahap konstruksi


(52)

38 Fasilitas-fasilitas umum dan fasilitas-fasilitas sosial belum ada di bangun di site lokasi yang akan menjadi tempat pemukiman relokasi masyarakat Gunung Sinabung. Hanya ada beberapa pemukiman rumah tinggal yang sudah dibangun saat ini.

Gambar 2.9 Hunian yang sedang dalam proses konstruksi

Sumber : Data Penulis

Adapun pepohonan di sekitar site yaitu pohon pinus yang berfungsi sebagai bantuan dari pekerjaan konstruksi pekerjaan pemukiman, pohon pinus sendiri hanya bisa di pakai untuk futniture bangunan, tidak bisa jadi bahan konstruksi pada bangunan.

Gambar 2.10 Pohon pinus di sekitaran site


(53)

39  Kondisi Fisik Bangunan Yang Telah Di Bangun

Pada saat perancang survey di hutan Siosar, banyak pertanyaan yang timbul dengan kondisi fisik bangunan yang telah dibangun. Kondisi fisik bangunan yang telah dibangun pada saat perancang survey adalah rumah tinggal penduduk relokasi. Banyak beberapa pertanyaan yang timbul tentang kodisi fisik rumah tinggal tersebut antara lain adalah mulai dari karateristik pemukiman mereka yang dulu dengan yang sekarang, pola pemukiman yang berbeda, menggunankan material yang berbeda, dan karateristik ruang yang berbeda. Dan sampai saat ini hanya rumah tinggal aja yang masih dibangun saat perancang survey ke hutan Siosar.

Gambar 2.11 Rumah tinggal bagi masyarakat relokasi

Sumber : Data Penulis

2.2.3.2. Batas-batas Tapak Yang Akan Mau Dirancang

 Sebelah Utara : Sekolah

 Sebelah Selatan : Rumah Tinggal Penduduk  Sebelah Barat : Puskesmas


(54)

40

2.2.3.3. Kondisi Fisik

 Luas Tapak : 13702m2

 Topografi : Kondisi Tanah Berkontur

 Sarana utilitas seperti listrik, dan air sudah cukup memadai

2.2.3.4. Program Kegiatan

Islamic Research and Education Centre ini menampung berbagai macam kegiatan. Secara garis besar, di bawah ini akan diuraikan kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan jenisnya :

1. Pengkajian

-Pengkajian ilmu Al-Quran dan Hadist dan sejarah ke-Islaman -Diskusi / seminar permasalahan ke-Islaman

2. Dakwah dan Ibadah

-Pelaksanan ibadah dan dakwah / pengajian yang terbuka bagi masyarakat 3. Pendidikan

-Pendidikan dasar agama

 Pengadaan pendidikan ilmu tafsir  Pendidikan aqidah dan akhlaq  Sejarah keislaman

 Pendidikan ilmu hadis

 Pendidikan ilmu hukum islam -Pelatihan keagamaan

 Pelatihan bahasa dan sastra Arab  Pelatihan seni kaligrafi


(55)

41 4. Penyediaan Informasi

-Pengadaan kepustakaan yang bebas diakses oleh masyarakat luas disamping kalangan kompleks Islamic Research and Education Centre sendiri.

5. Kegiatan Pameran

-Pelaksanaan pameran seni kaligrafi Islam secara temporer serta pameran / kegiatan eksibisi lain.

6. Kegiatan Pendukung -Pengelola / administrasi -Koperasi

-Took buku -Poliklinik

-Unit pengumpulan zakat

2.2.4. Pengguna (user) Bangunan

Pengguna bangunan dapat dikelompokkan menurut kategori kegiatan yang ada pada bangunan Islamic Research and Education Centre. Kegiatan dan pengguna bangunan tersebut dapat diuraikan seperti pada table berikut ini :

Tabel 2.2 Pengguna bangunan Islamic Research and Education centre Kegiatan Pelaku kegiatan sekaligus pengguna bangunan

1. Pengkajian 1. Pengajar ataupun kalangan internal Islamic Research and Education Centre umumnya dan Masyarakat luas. 2. Ibadah dan Dakwah 2. Masyarakat luas serta sarana dakwah dapat digunakan

oleh kalangan internal Islamic Research and Education Centre.

3. Pendidikan 3. Anak usia sekolah baik putra mupun putri dan pengajar. 4. Penyediaan Informasi 4. Kalangan internal Islamic Research and Education


(56)

42 5. Kegiatan Pameran 5. Kalangan internal Islamic Research and Education

Centre dan masyarakat luas.

6. Kegiatan Pendukung 6. Pengelola, pengajar, siswa, pelayan bangunan, dan masyarakat luas/

2.3. Studi Banding

2.3.1. Mesjid Besar Kauman Semarang

Masjid Besar Kauman Semarang adalah sebuah masjid yang berada di Semarang. Dahulu masjid ini bernama Masjid Agung Semarang sesuai dengan nama yang tertulis di gerbang Masjid dan tertulis di fasad depan masjid. Tulisan dengan aksara arab cukup besar, namun masyarakat lebih mengenal masjid ini dengan sebutan Masjid Besar Kauman Semarang.

Lokasi Mesjid Besar Kauman Semarang

Letak Masjid Besar Kauman Semarang tadinya berdiri megah di depan alun-alun kota Semarang. Namun, sejak tahun 1938 alun alun tersebut beralih fungsi menjadi kawasan komersil yaitu dengan adanya Pasar Johar , Pasar Yaik, gedung BPD dan Hotel Metro yang kemudian menjadi area Kawasan Perdagangan Johar. Masjid Besar Kauman Semarang kini terjepit di antara bangunan tinggi yang mengepungnya. Masjid Kauman beralamat di Jl. Alun-alun Barat Nomor 71 Semarang. Sekarang Masjid Kauman atau Masjid Besar Semarang letaknya tidak lagi berada dalam wilayah Kampung (Kelurahan) Kauman, tetapi masuk dalam wilayah Kelurahan Bangunharjo Semarang Tengah.


(57)

43 Gambar 2.12 Alun-alun kota Semarang

Sumber:http://4.bp.blogspot.com/_Xpmm0Inq_hI/TQTzLfdaYiI/AAAAAAAABS8/h Eye2fCIkcw/s1600/alun-alun-semarang-th-35.jpg

Masjid Besar Kauman Semarang dengan latar depan Alun Alun Kota Semarang, tahun 1935 . Alun alun kota Semarang sendiri sudah beralih fungsi sejak tahun 1938 kini sudah penuh sesak menjadi kawasan pertokoan Pasar Yaik, Pasar Johar, gedung BPD dan Hotel Metro

Sejarah Mesjid Besar Kauman Semarang

Menurut inskripsi berbahasa dan berhuruf jawa yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk ke Masjid Besar Kauman Semarang, masjid ini dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749M. lengkapnya inskripsi tersebut berbunyi seperti berikut :

“Tanda peringatan ketika kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh,

Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala

membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah”

Tuan Nicoolass Hartingh sendiri seperti yang disebutkan dalam inskripsi tersebut adalah tokoh utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memecah wilayah Kesultanan Mataram atau dikenal dengan Palihan


(58)

44 Nagari menjadi wilayah kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat berpusat di Yokyakarta dan Kasunanan Surakarta. Atas upayanya Nicoolas Hartingh kemudian dihadiahi rumah dinas oleh pemerintah penjajahan Belanda (VOC) di daerah tugu muda dengan nama De Vredestein atau Wisma Perdamaian.

Masjid Besar Kauman Semarang ini yang kini masih berdiri kokoh adalah bangunan yang didirkan oleh Adipati Suradimanggala (Kiai Terboyo) menggantikan masjid lama yang rusak parah akibat kebakaran selama geger pecinan di Semarang tahun 1741. Lokasi masjid lama ini berada di sebelah timur alun alun diseberang barat kali Semarang. Masjid tua ini pernah dipugar pada masa penjajahan, pada tahun 1889 sampai 1904 dikarenakan pernah terjadi kebakaran pada masjid tersebut. Pada waktu pemugaran Masjid Kauman ditangani seorang arsitek Belanda bernama Gakampiyan.

Gambar 2.13 Masjid Kauman Semarang tahun 1953

Sumber: wisatanesia.com

Arsitektur

Bangunan Masjid Besar Semarang yang ada sekarang adalah bangunan yang keempat, yang merupakan lanjutan dari masjid keadipatian sebelumnya Pertama kali masjid dibangun di kawasan Mugas (Mugasari), tetapi karena


(59)

45 penduduknya tidak berkembang masjid dipindahkan ke Bubakan yang penduduknya lebih ramai sehubungan kawasan ini telah berkembang menjadi kota pelabuhan. Bersamaan timbulnya pemberontakan orang-orang Cina terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, terjadi kebakaran yang menimpa perumahan termasuk bangunan masjid.

Atas pertimbangan lokasi masjid yang terlalu dekat dengan perkampungan Cina, maka oleh Bupati Semarang Suro Hadimenggolo II (1713 - 1751) pembangunannya kembali dipindahkan ke kawasan Kanjengan,. Pembangunan masjid selesai tahun 1760, di masa pemerintahan Bupati Suro Hadimenggolo III (1751-1773). Namun bangunan masjid baru ini pada tahun 1885 kembali mendapat musibah, terbakar karena disambar petir. Pembangunan kembali masjid di lokasi yang sama baru dimulai pada tahun 1889 atas bantuan Bupati Raden Tumenggung Tjokrodipuro, dan selesai pada tahun 1890.

Gambar 2.14 Gerbang Mesjid Besar Kauman Semarang

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_Xpmm0Inq_hI/TQT01LsJnzI/AAAAAAAABTE/ TOVjjqFCUxQ/s1600/19104787.jpg


(60)

46 Arsitektur Masjid Besar Kauman Semarang ini sering disebut dengan konsep tektonika. Sistem yang mirip dengan struktur tumpang pada bangunan tumpang berpenyangga berpilar lima pada bangunan bangunan pra Islam di tanah Jawa. Menurut Ir. Totok Roesmanto, diterapkannya sistem tektonik dalam pembangunan Masjid Besar Kauman Semarang ini bukan menggunakan soko guru layaknya Masjid Agung Demak, menunjukkan ketidakmampuan ahli bangunan Belanda pada masa itu mencerna aplikasi sistem konstruksi brunjung empyak pada bangunan tajuk tradisional.

Penggunaan sistem tektonik ini mengarah kepada struktur bangunan yang rigid. Empat sokoguru digantikan dengan pilar pilar bata penopang rangkaian pilar dan balok kayu di atasnya. Pada rangkaian bangunan ini juga dikenal sistem dhingklik yang menopang pilar pilar balok kayu yang lebih kecil di atasnya dan bntuk bangunan itu dan seterusnya. Dari tahun pendirian Masjid Besar Kauman Semarang ini, menjadikan Masjid Kauman Semarang sebagai masjid pertama di Jawa yang bercitra tradisional, namun menggunakan konstruksi modern. Karya demikian dikenal dengan sebutan arsitektur masjid modern tradisionalistik.

Secara keseluruhan masjid kauman ini mencirikan bangunan tradisional Jawa. Dengan atap limas besusun tiga yang mempunyai arti filosofi Iman, Islam, dan Ikhsan. Bentuknya seperti bangunan Majapahit, disokong 36 pilar. Tajug paling bawah menaungi tempat ibadah, tajug kedua lebih kecil, dan tajug tertinggi berbentuk limas. Limas tersebut berhias mustika, sementara pintunya dari rangkaian daun waru. Semua tajug ini ditopang kayu jati. Ciri khas yang mengacu


(61)

47 pada tradisi Arab atau Persia. Ornamen seperti ini hampir serupa pada Masjid Agung Demak.

Gambar 2.15 Interior Masjid Kauman Semarang

Sumber: http://seputarsemarang.com/masjid-besar-kauman-4059/interior-masjid/

Secara keseluruhan masjid kauman ini mencirikan bangunan tradisional Jawa. Dengan atap limas besusun tiga yang mempunyai arti filosofi Iman, Islam, dan Ikhsan. Bentuknya seperti bangunan Majapahit, disokong 36 pilar. Tajug paling bawah menaungi tempat ibadah, tajug kedua lebih kecil, dan tajug tertinggi berbentuk limas. Limas tersebut berhias mustika, sementara pintunya dari rangkaian daun waru. Semua tajug ini ditopang kayu jati. Ciri khas yang mengacu pada tradisi Arab atau Persia. Ornamen seperti ini hampir serupa pada Masjid Agung Demak.

Pada bagian utama masjid, yaitu ruang salat, hanya diperbolehkan bagi muslim laki-laki. Di sini berdiri seperti singgasana nan megah, kursi mimbar tempat khotbah. Ukiran kayu mimbar ini tampak rumit. Lengkungan-lengkungannya indah. Pahatan halus menunjukkan kelenturan tangan berseni pembuatnya. Di pojok terdapat pula jam bandul kuno yang masih digunakan.


(62)

48 Untuk mencapai ruang salat utama, jamaah melewati beberapa pintu di sisi kanan dan kiri (bagi perempuan). Barisan pintu ini pun terbuat dari kayu jati bermotif pahatan kotak-kotak sederhana.

Masjid aslinya sendiri kini cukup sulit untuk dilihat karena sudah tertutup oleh bangunan masjid baru dibagian depan masjid asli ditambah dengan himpitan gedung gedung disekitarnya.aslinya masjid ini beratap seng, kini sudah diganti dengan genteng beton. Sebuah menara yang cukup tinggi juga sudah menjadi pelengkap bagi Masjid Besar Kauman Semarang ini. Tampakan depan nya sudah jauh lebih modern tanpa kehilangan keaslian bangunan aslinya.

2.3.2. Masjid Al-Irsyad Bandung

Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah masjid yang terletak di Bandung, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2010. Bentuk masjid sekilas hanya seperti kubus besar laiknya bentuk bangunan Kubah di Arab Saudi. Dengan konsep ini, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dinding masjid.

Masjid Al-Irsyad diresmikan pada 17 Ramadan 1431 Hijriah tepatnya 27 Agustus 2010 silam. Bangunannya unik, megah, dan kokoh. Beberapa bulan setelah dibangun, masjid yang memiliki arsitektur memukau ini langsung menyabet penghargaan bergengsi tingkat dunia.

Arsitektur

Desain masjid dirancang mirip Kakbah. Warna dasarnya abu-abu. Penataan batu bata pada keseluruhan dinding terlihat sangat mengagumkan. Batu bata disusun berbentuk lubang atau celah di antara bata solid. Pembangunan


(63)

49 masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil. Dia menciptakan desain unik sebuah masjid yang memanfaatkan sinar matahari. Pembangunan masjid menghabiskan dana sebesar Rp 7 miliar. Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan alam. Saat senja, semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu. Dilihat dari kejauhan, akan menghadirkan lafaz Arab yang terbaca sebagai dua kalimat tauhid, Laailaha Ilallah Muhammad Rasulullah, yang artinya Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kekuatan desain Masjid Al-Irsyad tampak pada embedding teks kaligrafi Arab dengan jenis tulisan khat kufi. Bentuknya, dua kalimah tauhid yang melekat pada tiga sisi bangunan dalam bentuk susunan batu bata, yang dirancang sebagai kaligrafi tiga dimensi raksasa.

Masjid ini mempunyai luas 1.871 meter persegi hanya memiliki tiga warna yaitu putih, hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut menjadikan tampil lebih cantik, modern, simpel namun tetap elegan dan enak dipandang mata. Di dalam interior masjid, jumlah lampu yang dipasang sebanyak 99 buah sebagai simbol 99 nama-nama Allah atau Asmaul Husna. Masing-masing lampu yang berbentuk kotak itu, memiliki sebuah tulisan nama Allah. Tulisan pada lampu-lampu itu dapat dibaca secara jelas dimulai dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan ke-99 pada sisi kiri bagian belakang masjid.Ruang salat di masjid mampu menampung sekitar 1.500 jamaah ini. Masjid ini tidak memiliki tiang atau pilar di tengah untuk menopang atap, sehingga terasa begitu luas. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Celah-celah angin pada empat sisi dinding masjid menjadikan sirkulasi udara di ruang masjid begitu


(64)

50 baik, sehingga tidak terasa gerah atau panas meski tak dipasangi AC atau kipas angin. Di Bagian imam sengaja tanpa dinding artinya menggambarkan bahwa setiap makhluk yang salat dia akan menghadap Allah. Lanskap dan ruang terbuka, sengaja dirancang berbentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid itu terinspirasi dari konsep tawaf yang mengelilingi Kakbah.

Analisis Ruang Luar Bangunan Masjid

1. Perencanaan Tapak

Masjid Al – Irsyad sebagai bangunan peribadatan yang ikonik pada kawasannya, yaitu dengan pemilihan site yang tepat (site choosing), memanfaatkan keadaan topografi lahan sebagai hirarki bangunan masjid yang terletak lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan sekitarnya. Tujuannya untuk kedudukan bangunan peribadatan yang memiliki fungsi dan peranan penting. Ruang luarnya menerapkan gaya/langgam dari kontemporer dengan perpaduan dari unsur tradisional dan modern sebagai bangunan peribadatan yang ikonik pada kawasannya.

Gambar 2.16 Konfigurasi Masjid Al-Irsyad


(65)

51 Konfigurasi Masjid Al-Irsyad terdiri atas:

- Bangunan diapit oleh Geding Islamic School Al-Irsyad.

- Bangunan Masjid Al-Irsyad paling kontras dengan bengunan sekitarnya. Lembah hijau yang indah tepat berada di depan bangunan di manfaatkan secara maksimal untuk view pada bangunan, juga berfungsi sebagai orientasi bangunan masjid yang mengarah ke barat.

1. Tatanan Bentuk

Gambar 2.17 Arah Orientasi Bangunan

Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah

Pada Masjid Al-Irsyad dimensi bangunan sangat mempengaruhi penataan pada bangunan sekitarnya, dikarenakan fungsi utama sebagai bangungan peribadatan yang memiliki hierarki lebih tinggi dibandingkan fungsi lainnya. Sehingga bangunan Masjid Al -irsyad yang memiliki orientasi ke arah barat menjadi pusat orientasi kawasan sekitarnya.


(66)

52 Gambar 2.18 Fasad Arah Timur dan Arah Barat

Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah

Orientasi pada bangunan Masjid Al-Irsyad ini yaitu mengarah ke Barat didasari adanya kiblat yang menjadikan muka masjid Al-Irsyad menghadap ke Timur yang memiliki potensi yaitu main entrance yang mengarah langsung ke site entrance. Pada sisi bangunan arah timur dan utara terdapat olahan fasad berupa ruang transisi bangunan yang berfungsi sebagai wind scoop dan juga sebagai entrance bangunan.

Gambar 2.19 Transisi Bangunan


(67)

53 Wind scoop berbentuk portal berfungsi untuk mengendalikan arah aliran angin yang masuk ke dalam bangunan.

2. Fasad Bangunan

Gambar 2.20 Fasad Bangunan

Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah

Konsep yang digunakan pada fasade bangunan adalah penerapan supergrafik fasad bangunan Masjid Al-Irsyad, terlihat dengan penerapan prinsip desain yang simetris berupa penempatan kolom-kolom secara modular dan bukaan bangunan dengan ritme yang berulang dengan pola la ilaha illallah.

Gambar 2.21 Pola Supergrafik Pada Fasad Bangunan


(68)

54 3. Material Fasad

Gambar 2.22 Detail Fasad Bangunan

Sumber: Archdaily, 2010, diolah

Unsur sustainable pada fasad bangunan terlihat dengan penggunaan bahan material local setempat yaitu penggunaan bahan material roster/batu Cisangkan dari Karawang yang tidak jauh dari lokasi Masjid Al -Irsyad. Fasad bangunan ini didesain dengan maksud tersendiri pada tampilan fasade nya yang disebut super grafik, yang memiliki pola-pola khusus, sehingga material batu Cisangkan ini harus produksi per modul secara khusus yang dapat digunakan untuk pola-pola super grafik tersebut.

Warna pada fasad Masjid Al-Irsyad memiliki daya serap kalor yang besar, sehingga panas yang diterusakan kedalam ruang akan besar, namun adanya insulasi pada kulit bangunan dan cross ventilation akan menghantarkan angin yang optimal kedal am ruangan dan radiasi panas akan mudah keluar.

Analisis Ruang Dalam Bangunan Masjid

Elemen Pembentuk Ruang - Pengolahan Lantai


(69)

55 Ekspresi ruang dalam dari bentukan lantai, dinding, dan atap menjadikan suasana ruangan menjadi lebih dramatis yang dapat menambahkesan meruang dalam beribadah.

Gambar 2.23 Elemen Pembentuk Ruang Bangunan

Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah

Pengolahan lantai pada Masjid Al – Irsyad terbagi menjadi 2 bagian yaitu lantai utama dan lantai sekunder. Lantai utama berfungsi sebagai tempat beraktifitas dalam masjid, sedangkan lantai sekunder sebagai ornamen dalam ruang.

Gambar 2.24 Zoning Bangunan

Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah

Lantai utama menggunakan material granite tile yang di lapisi karpet sesuai dengan saf untuk solat, sedangkan lantai sekunder menggunakan material


(70)

56 batu – batu koral sebagai ornamentasi pengolahan lantai sekaligus sebagai area resapan cipratan air hujan yang berasal dari bukaan udara di area bawa fasad bangunan.

- Pengolahan Dinding

Gambar 2.25 Mihrab Masjid

Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah

Pada bagian mihrab terdapat teknik pasif berupa patio yang berfungsi sebagai cooling effect yaitu mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan. Dinding terbuka menjadi sumber cahaya dan udara untuk operasional bangunan setiap harinya, oleh karena itu bangunan masjid ini tidak menggunakan AC dan pencahayaan buatan pada pagi hingga sore hari.

- Pengolahan Atap

Gambar 2.26 Plafond Bangunan


(71)

57 Olahan pada plafon memberikan tambahan estetis pada ruangan masjid. Meski siang hari lampu tidak dinyalakan namun pembayangan dari sinar yang datang dari arah mihrab yang mengenai box – box lampu tersebut menjadi lebih dramatis, dan mampu mencapai IEQ (indoor environment quality) untuk kenyamanan pengguna dan kenyamanan visual, hal tersebut menjadikan para pengguna masjid menjadi lebih khusu dalam melaksanakan ibadah.

Pengaruh Terhadap Ekologi, Sosial, dan Ekonomi

Masjid Al - Irsyad didesain untuk tanggap terhadap ekologi/lingkungan sekitar. Hal tersebut terlihat dalam pemilihan site yang tepat berada lebih atas dari jalan tanpa merubah kontur pada lingkungan tersebut dengan begitu keanekaragaman organisme hidup dapat dipertahankan.

Konsep bangunan Masjid Al - Irsyad yang hemat energi teraplikasi pada penggunaan material lokal yaitu batu cisangkan dari karawang. Dengan menggunakan material tersebut pada pengolahan fasade bangunan Masjid Al - Irsyad mampu mencapai kenyamanan thermal tanpa menggunakan teknologi bantuan seperti AC dan lampu pada siang hari. Lalu material tersebut sangat dekat lokasi pembuatannya dari bangunan yang memudahkan dalam proses pendistribusian material.

Masjid Al - Irsyad semakin popular di kalangan masyarakat sehingga kawasan tersebut menjadi destinasi utama bagi para promotor untuk menggelar acara – acara besar yang berkaitan dengan religi pada khususnya maupun kegiatan sosial pada umumnya.


(72)

58

2.3.3. Al-Azhar Islamic Education Center Mojokerto

Pondok Pesantren Al-Azhar didirikan oleh KH. M. Ma‟shum Maulani. Dirintis sejak tahun 2000 dengan awal berdirinya sebagai pendidikan Islam formal yang menerapkan program Full Day School (Pendidikan Sepanjang Hari) bertempat di Jalan Bromo Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Kemudian seiring dengan berkembangnya jumlah siswa yang ada dan masukan dari berbagai pihak maka diwujudkanlah sebuah sistem Boarding School (asrama) dengan harapan lebih bisa mengawasi anak didik secara maksimal.

Karena lokasi awal berdirinya Al-Azhar dirasa sempit sehingga tidak memungkinkan lagi untuk mengembangkan asrama guna menampung jumlah anak didik yang semakin lama semakin bertambah, maka beliau bersama istri (Ibu Hj. Chilyatuzzahro) membeli lahan seluas 1 (satu) hektar yang berlokasi di Jalan Al-Azhar Kedundung Magersari Kota Mojokerto yang berjarak 1 km sebelah selatan dari lokasi pertama.

Pada tahun 2005 dimulailah pembangunan di lokasi yang baru sebagai cabang dari Al-Azhar 1 dengan mendirikan sebuah masjid dan 12 (dea belas) lokal kelas dan beberapa lokal asrama yang pada awalnya hanya ditempati belasan santri putri.

Corak pemikiran yang berkembang di pondok pesantren ini berhaluan Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah (Aswaja) dengan corak yang lebih moderat. Para pendiri dan pembinanya lebih banyak yang berafiliasi dan aktif di Nahdlatul Ulama (NU).


(73)

59

Visi

Terwujudnya generasi yang bertaqwa kepada Allah SWT, yang berakhlaq al karimah dan mampu mengemban amanah, mengajak dan mengajarkan kebaikan serta amar ma’ruf nahi munkar.

Misi

Mewujudkan cita-cita luhur pesantren berupa:

- Terbinannya mental spiritual santri sebagai wujud penghambatan kepada Allah SWT.

- Terbinanya moral dan etika sebagai santri sebagai makhluk social beradab.

- Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta wawasan intektual Islamiyyah hingga terciptanya kader dan pemimpin yang handal dari pesantren.

SD Islam Plus Al-Azhar

- Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SD Islam Plus Al-Azhar adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dipadukan dengan Kurikulum Mandiri serta diperkaya dengan pengetahuan Agama Islam melalui materi-materi tambahan. Adapun penambahan materi Agama Islam, yaitu Al Qur‟an (Juz „Amma), hafalan surat dan do‟a-do‟a pendek, Hadist serta Asma‟ul Husna yang setiap hari dilaksanakan oleh seluruh siswa/i.

o Pelajaran Komputer, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab sudah diperkenalkan sejak kelas 1 (satu).


(74)

60

o Sistem pembelajaran ditekankan pada belajar aktif dan learning by doing. Posisi meja dan bangku siswa yang selalu berubah setiap bulan sesuai dengan pola pembelajarannya.

o Full Day School (5 hari sekolah).

o Setiap siswa memiliki Buku Penghubung, Kartu Ibadah Amaliah, dan

Buku Harian Siswa.

o Pembiasaan hidup bersih & sehat setiap hari.

o Ada 2 Raport dalam menilai anak di SD Islam Plus Al-Azhar. Untuk

mengetahui perkembangan anak, terdapat Raport Sikap & Perilaku. Raport Akademik yang dibagikan setiap akhir semester dan Laporan nilai tengah semester yang dibagikan setiap pertengahan semester, untuk melihat kemampuan akademik anak dan Raport Kesehatan Anak untuk memantau record kesehatan anak secara berkala.

SD Islam Plus Al-Azhar Terakreditasi A (Nilai tertinggi) dari Badan Akreditasi Nasional Kementerian Pendidikan Nasional.

- Waktu Belajar

o Full day School ( 5 hari sekolah ) Senin-Jumat o Jam 07.00-15.00 WIB

- Fasilitas

o Ruang kelas ber-Ac o Asrama

o Laboratorium Komputer o Laboratorium Sains


(75)

61

o Ruang Perpustakaan

o Ruang UKS o Aula

o Masjid

o Halaman Upacara

o Lapangan Basket dan Futsal

o Armada Antar Jemput & Katering o Akses Internet ( hotspot )

o Kolam renang dan sarana olah raga

- Program Unggulan

Program-program yang diadakan di SD Islam Plus Al-Azhar bertujuan untuk mengembangkan bakat dan potensi anak, serta memberikan bekal di masa depan dengan melibatkan anak secara aktif dalam setiap kegiatannya.

- Kegiatan Intrakurikuler

o Pembelajaran Tilawati & Al-Quran

o Hafalan Surat Pendek, Doa, Hadist, Asmaul Husna o Praktek Ibadah Amaliah

- Kegiatan-kegiatan lain:

o Peringatan Hari Besar Nasional o Peringatan Hari Besar Islam

o Pesantren Kliat & Buka Puasa Bersama

o Manasik Haji


(1)

119

BAB VI


(2)

KESIMPULAN

Gunung Sinabung merupakan gunung yang masih aktif di wilayah Indonesia dan tergolong rawan. Akhir-akhir ini Gunung Sinabung kembali meletus, mengakibatkan daerah-daerah sekitarnya harus mengungsi ketempat yang lebih aman. Pemerintah merelokasi pemukiman-pemukiman tersebut ke hutan Siosar yang berjarak 23.5km dari Gunung Sinabung dan merencanakan fasilitas-fasilitas umum seperti tempat ibadah serta sekolah, untuk mengembalikan psikologi mereka yang telah hancur, khususnya tempat ibadah seperti Masjid. Sampai saat ini, selain sebagai pusat ibadah, masjid masih merupakan tempat kegiatan pendidikan agama terutama yang berkaitan dengan ilmu agama islam. Dengan penekanan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ilmu dunia, di harapkan generasi / kader-kader islam dapat bersaing bahkan dapat menempati posisi di jajaran depan dalam persaingan yang semakin ketat di era globalisasi saat ini. Oleh karena itu perlu adanya suatu strategi untuk mensejajarkan jalan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pendidikan agama.

Menyadari keperluan tersebut, penting adanya pengadaan suatu sarana pengkajian yang berorientasi pada agama Islam. Sarana yang disediakan diharapkan akan mampu mendidik dan melatih umat dengan metode-metode pembelajaran yang teoritikal, praktikal dan ilmiah agar pendidikan yang diberikan


(3)

menciptakan kembali psikologis umat muslim yang telah hilang atau hancur akibat bencana Gunung Sinabung. Kegiatan-kegiatan pendukung seperti kegiatan dakwah dan sosialisai kepada masyarakat luas maupun masyarakat relokasi itu sendiri yang akan ikut memperkuat keberadaan Islamic Research and Education Centre ini di tengah masyarakat demi tujuan yang akan dilaksanakan yaitu untuk mencerdaskan umat muslim.

Proses desain pada proyek Siosar Islamic Research and Education Centre dilatarbelakangi oleh masyarakat relokasi bencana Gunung Sinabung yang sudah mengalami banyak trauma sehingga sebagai perancang ingin mengembalikan sifat atau kehidupan mereka seperti semula. Tahapan yang diperhatikan dalam mendesain proyek ini adalah penggunaan material yang sederhana, harga material yang murah (low cost), serta pengkerjaan yang mudah dan cepat. Di desain ini, perancang memakai bangunan yang permanen dan mengambil adat sekitar, seperti atap dari rumah siwaluh jabu dan susunan peletakan dari rumah siwaluh jabu,

serta langgam “retret” sebagai ornament pada bangunan Madrasah dan Fasilitas pendukung masjid. Hasil akhir pada desain diupayakan mampu mengembalikan psikologi masyarakat relokasi korban bencana alam gunung sinabung menjadi kembali semula. Adapun semua tujuan dari perancang memilih proyek ini agar masyarakat relokasi kembali kedalam kehidupan sebelumnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Blake

Ferrier, R.W. A Journey to Persia Hattstein, M., Delius, P.

Mentayani, I. (2012). Menggali Makna Arsitektur Vernakular. LANTING Journal of Architecture, Vol. 1, No. 2, ISSN 2089-8916.

Pope

PT. Urbane (2010) Archdaily (2010)

Rochym, A. (1983). Masjid dalam Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung: Penerbit Angkasa.

Wiryoprawiro, Z. (1986). Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Wikipedia (2015)

Kusuma Wardhani, S. (2011). Mesjid Besar Kecamatan Depok Sleman di Yogyakarta dengan pendekatan Habluminallah dan Habluminannas. E-Journal Universitas Atmadjaya Yogyakarta


(5)

(6)